Tante Seksi Itu Istriku

Kecurigaan Farisha



Kecurigaan Farisha

2Hari demi hari, Farisha dan Usman berada di desa Tapangwaru. Tidak terasa mereka sudah melalui beberapa hari. Ia sangat bahagia berada di desa itu bersama dengan sang suami. Kadang mereka akan berjalan kaki ke pantai dan tidak jarang juga, mereka akan membawa sepeda motor untuk jalan-jalan ke tempat yang lebih jauh. Secara bertahap, Farisha bisa hafal dan tahu jalanan.     

"Kenapa perasaanku tidak enak, yah? Sebenarnya apa yang terjadi dengan ibu? Apa si brengsek Benny itu menyiksa ibu lagi, yah? Akh, semoga saja dia tidak akan pernah berani mengganggu ibu lagi. Tapi kenapa bisa aku khawatir begini?"     

Usman yang melihat istrinya termenung, membuatnya penasaran. Akhirnya pemuda itu pun mendekat ke arah istrinya seraya menyerahkan beberapa buah-buahan yang ada di sekitaran hutan.     

"Kenapa? Apa yang sedang dipikirkan, Tante?" tanya Usman dengan rasa khawatirnya. "Ayo makan ini dulu, yah!" ujarnya memberikan buah kecil yang ia dapat dari anak-anak yang bermain-main di sekitar.     

"Eh, enggak apa-apa, kok." Sejenak Farisha kembali berpaling dan berpikir. Apakah dirinya harus memberi tahu kepada Usman dengan apa yang ia pikirkan itu. "Emm ... gini ... aku ..." ucapnya lirih. Ia masih belum bisa mengatakannya karena masih bingung, haruskah ia jujur atau tidak.     

Hari ini mereka sudah berada di pulau kecil yang tidak berpenghuni. Pulau itu masih menjadi misteri karena konon katanya, pulau itu akan memghilang dan akan kembali muncul di tempat yang berbeda. Kadang setiap tahunnya akan berubah-ubah letaknya. Namun masih berada di sekitaran. Hanya saja pulau itu akan terlihat berbeda. Akan banyak pohon besar yang mungkin tumbang atau letak pohonnya akan berubah sesuai dengan kondisinya.     

Dengan menggunakan perahu nelayan, mereka bisa dengan mudah datang ke pulau itu. Ada banyak pekerjaan atau menikmati liburan mereka bersama para penduduk setempat. Baru ketika mereka sampai, perasaan Farisha sebenarnya sudah khawatir dari dirinya datang ke desa Tapangwaru untuk yang pertama kali. Ia khawatir kalau ibunya akan hidup dengan penuh siksaan bersama pria gendut dan suka main wanita itu. Terakhir mereka yang melihat Benny yang dalam keadaan lumpuh dan hidupnya tergantung dengan orang lain. Tapi bisa saja sekarang Azhari sudah membawa suaminya pergi berobat. Mengetahui sifat sang ibu yang baik walau disakiti, Farisha sangat marah dan tidak terima. Ia malah berharap pria yang ia benci itu mati saja daripada sakit menyusahkan, sehat menyakiti kerjaannya setiap ada kesempatan.     

Usman terdiam ketika melihat sang istri yang tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya. Kembali ke anak-anak yang sedang mencari buah-buahan yang berada di sekitar pulau. Sementara itu, orang yang membawa perahu itu tengah sibuk mencari ikan dengan cara memasang jebakan yang dibuat sendiri. Karena pulau itu terdapat buah-buahan yang tumbuh liar, anak-anak itu kerap kali memetik dan memakannya. Hari ini mereka sudah mendapatkan buah kecil berwarna hijau dan ada pula yang berwarna merah dan kuning. Mereka tidak ada yang mengetahui nama buah itu. Tapi mereka sudah biasa memakannya. Yang berwarna hijau di akan terasa masam dan kadang pahit. Sementara yang berwarna kuning, sudah asam mendekati manis. Barulah kalau sudah berwarna merah atau ungu, sudah dipastikan kalau buah itu sudah masak dan mereka suka berebut satu sama lain.     

Usman tidak ingin mengganggu sang istri. Ia kembali menuju ke anak-anak itu berada. Namun ia tidak tahu harus bagaimana yang dipikirkan oleh wanita yang berusia lebih tua darinya. Anak-anak yang bermain dan masih mencari buah, ada juga yang mencari kepiting atau hewan laut bercangkang. Atau apa saja yang bisa mereka temukan, termasuk kepiting yang berjalan menyamping dengan capit yang terlalu besar, lebih besar dari tubuhnya yang sangat kecil.     

"Yeah, hari ini kita akan segera mendapatkan makanan enak lagi, horeee!" teriak salah seorang anak yang merasa senang karena melihat banyaknya ikan yang mengambang di sekitaran pantai. Tidak tahu apa yang terjadi tapi tidak ada yang bisa membuat mereka tidak senang.     

"Kenapa ada banyak ikan yang mati? Padahal kan ini laut, loh. Jangan-jangan, terjadi sesuatu yang membuat ini bisa terjadi? Ah, apa yang aku katakan ini? Mengapa aku tidak bisa berpikir dengan jelas? Aduh, pusing saja ini kepala." Farisha mengingat, dirinya belum makan sama sekali semenjak pagi. Ia melihat buah kecil berwarna merah di depannya. Lantas ia mencobanya dan terasa manis di lidahnya.     

Sementara ia kembali melihat ke arah air laut. Ia mulai curiga dengan apa yang terjadi di laut itu. Bahkan ia berdiri untuk melihatnya dari dekat. Betapa anak-anak itu berlarian untuk mengumpulkan ikan-ikan yang mengambang di air laut tersebut. Mulailah anak-anak itu berebutan untuk mendapatkan banyaknya ikan yang mengambang.     

'Apakah orang itu memakai bom untuk menangkap ikan? Eh, tapi tidak terdengar apa-apa. Tapi mengapa ada banyak ikan yang mati!' pikir Farisha, sembari menangkap beberapa ikan yang ternyata masih hidup. "Eh, ini kenapa malah begini?"     

Ternyata ikannya belum mati sepenuhnya. Hanya saja ikan-ikan itu ada yang mati dan ada yang lemas. Ada juga terlihat ikan yang masih sehat. Ombak pantai membawa ikan yang tidak bisa bertahan ke pesisir. Peristiwa itu membuat Farisha semakin curiga kepada orang yang bersama mereka datang ke tempat itu. Namun ia tidak bisa mengatakan secara terang-terangan. Ia takut kalau dirinya tidak bisa pulang ke rumah nantinya. Tentu ia akan segera membereskan semua yang terjadi hari ini. Sudah banyak yang tidak bisa dilakukan oleh wanita itu.     

Dari jauh, terlihat seorang pria yang membawa mereka ke pulau itu tengah membawa beberapa hasil buruannya yang berupa kepiting besar. Membuat Farisha semakin bingung karena yang ditangkap pria paruh baya itu hanya udang besar itu. Tapi melihat ikan-ikan itu, hanya melewatinya begitu saja. Hal itu membuat Farisha semakin berpikir tentang pria itu.     

"Wah, ternyata ikannya pada mabuk lagi, yah? Ah, kalian tangkap yang banyak! Nanti kita akan bakar di sini saja, yah! Ini udang dan kepiting besar ini yang akan kujual. Kalau ikan sih harganya tidak begitu mahal. Jadi bisa kita makan." Pria paruh baya itu mendekat ke arah Farisha. Namun ia melewatinya setelah menganggukan kepalanya.     

"Ayo semuanya, kita tangkap yang banyak-banyak!" seru seorang anak lelaki berusia delapan tahun. Ia segera menceburkan diri tanpa takut dengan air laut. Bersama yang lainnya, menangkap ikan-ikan yang mabuk itu.     

Dalam bingungnya, Farisha hanya bisa melongo, menyaksikan apa yang terjadi hari ini. Ia kembali menangkap ikan yang masih bisa bergerak walau gerakannya terbatas. Perasaan curiga terhadap pria paruh baya yang membawanya pun belum sirna. Hanya saja ia melihat ke arah pria itu, tidak terlihat mencurigakan. Hanya saja ia tidak percaya, peristiwa itu terjadi dengan sendirinya. Entah apa yang terjadi selanjutnya.     

"Hei, Tante! Ikutan juga balapan nangkap ikan di sini! Siapa yang dapat paling banyak, makannya paling banyak, hahaha!" tawa seorang anak yang menjumpai Farisha yang bingung.     

Sementara Usman sendiri juga tidak berpikir macam-macam. Hanya pikiran Farisha sendiri yang masih belum percaya, apa yang terjadi di tempat itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.