Tante Seksi Itu Istriku

Usman Tenggelam



Usman Tenggelam

3Hari yang menyenangkan bagi anak-anak yang sudah kabur dari kejaran Farisha. Farisha juga tidak tahu siapa yang ia peluk sebelum ia membuka matanya. Hingga ia menyadari kalau yang ia peluk itu lebih tinggi dari anak-anak berusia tujuh tahunan. Saat ia membuka matanya, ia menyadari kalau itu adalah Usman. Pemuda yang memiliki wajah tidak terlalu tampan dan juga tidak jelek-jelek amat. Tapi saat menyadari kalau di depannya adalah sang suami, dirinya melepaskan kembali.     

"Hahaha! Rasain tuh, kena dada gede si Tante itu! Pasti sesak nafas karena kegeden, hahaha!" tawa anak-anak itu bersamaan. Mereka terus meledek Usman dan Farisha yang sudah dalam keadaan bingung itu.     

"Sudah, yah! Apa kalian mau merasakan pelukan dari tante, hah? Kalau mau, ayo ... kalian semuanya maju!" ancam Farisha yang mulai aktif kembali. Ia menyelam dan mencari siapa saja yang terdekat. Tapi ia tidak menemukan siapapun. "Hahhh! Ke mana kalian, huuhh!" Karena tidak menemukan mereka, ia mengangkat kepalanya dan kini sudah berada di kedalaman hampir dua meter.     

Farisha tidak sadar kalau sudah berenang jauh. Setelah istirahat sejenak, ia kembali berenang menuju ke tempat dangkal. Rasanya sangat lelah jika harus berenang kembali. Itulah mengapa, wanita itu memutuskan untuk menyudahinya. Sementara Usman tidak tahu ketinggian dan ingin menyusul Farisha. Sementara anak-anak itu sudah naik ke permukaan. Mereka sudah berdiri di atas batu yang tidak terlalu jauh dari Usman.     

Usman tidak bisa berenang, saat lehernya hampir tenggelam, ia malah gelagapan. Tinggi badannya yang tidak lebih dari Farisha, ditambah dengan tidak adanya pengalaman berenang, membuat Usman tidak berkutik dan melambaikan tangannya. Ia ingin kembali ke tempat yang dangkal namun ia tidak sanggup.     

"Hei, kenapa masnya itu? Ayo kalian renang saja sampai puas! Ke dalam lagi, Mas! Ayo ayo ayo ayo ... ke dalam lagi!" teriak anak-anak dengan riang gembira. Tidak tahu keadaan Usman yang sesungguhnya. Mereka pikir kalau lelaki yang lebih tua dari mereka akan baik-baik saja.     

Farisha yang berhenti di depan Usman, ia memposisikan berdiri dan ia melihat tangan yang melambai ke atas. Membuat Farisha bingung dan ingin meninggalkan suaminya yang tenggelam tanpa ia sadari. Namun saat Farisha sudah berjarak dua meter, ia menengok ke belakang dan Usman terlihat kesulitan untuk bernafas.     

"Ooh, apakah benar-benar tidak bisa berenang?" Segera Farisha memutuskan untuk berbalik arah dan menggapai tangan lelaki itu. Ia peluk kembali dan membawanya ke air yang lebih dangkal.     

Beberapa kali Usman mengeluarkan air asin yang tertelan olehnya. Hingga pada akhirnya Farisha membawa sang suami ke bebatuan yang berada tidak jauh. Di sana anak-anak pun menyadari kalau Usman tadi tenggelam.     

"Eh, itu beneran tenggelam? Apa benar-benar tenggelam?" tanya anak-anak dengan panik. "Ayo kita tolongin!" Mereka menghampiri Usman dan Farisha yang sudah mendekat ke daratan. Anak-anak itu membawa Usman ke atas bebatuan.     

Usman dibaringkan di atas batu yang berada di pinggiran air laut. Ia mengeluarkan air asin berulang kali sambil terbatuk-batuk. Semuanya pun melihat bagaimana pemuda itu tampak lemas dan memang tidak semua orang bisa berenang. Kalau anak-anak pantai, sudah terbiasa berenang di lautan. Berbeda dengan Usman yang belum pernah belajar berenang.     

"Kenapa malah jadi begini? Kita niatnya di sini untuk honeymoon, menikmati indahnya alam ini berdua. Kenapa bukannya bahagia, malah kamu tidak bisa berenang? Ya sudahlah ... mungkin kamu harus belajar berenang, kedepannya harus bisa, yah!" Farisha jongkok di depan Usman.     

Setelah merasa baikan, pemuda itu sudah lebih tenang lagi. Dirinya membuka matanya perlahan dan tepat di depannya adalah Farisha yang tengah jongkok. Roknya tersingkap dan terlihat celana dalam wanita itu oleh Usman. Kembali lelaki itu memejamkan matanya. Ia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi dengan kejadian barusan, membuatnya merasa sangat malu.     

"Kasihan tuh, Masnya nggak bisa berenang. Kalau gitu, kami akan panggil pak Ahmad saja, yah! Dia biasanya sedang di sekitar sini lagi mencari daun pandan!"     

"Iya sudah, kalian memangnya mau ngapain? Orang ini sebentar lagi juga sembuh. Untungnya nggak pingsan tapi kenapa malah menutup mata kembali? Usman ... ayo bangun, lah. Jangan tutup matamu lagi."     

Usman membuka matanya lagi dan kembali yang ia lihat adalah pemandangan barusan. Tidak seharusnya ia melihatnya tapi ada sesuatu yang lain, membuat jiwa kotor Usman bergejolak. Selain dari bawah, dari balik kaosnya juga menggoda imannya yang sebenarnya juga sedikit dangkal. Hanya saja Usman merasa takut akan dosa-dosa karena melihat sesuatu yang tidak seharusnya.     

Anak-anak sudah meninggalkan keduanya. Sementara Farisha membantu suaminya untuk duduk. Lelaki itu diam tapi menurut. Hanya saja ia masih memejamkan matanya. Farisha mengira kalau lelaki itu merasa sakit karena air laut bisa membuat mata perih.     

"Kamu matanya perih, kah? Mungkin akan hilang setelah dibilas dengan air tawar. Tapi di sini kan adanya air laut. Wajar kalau kamu lebih memilih untuk memejamkan mata. Kamu ternyata beneran nggak bisa berenang. Tapi kamu tenang saja, aku akan mengajarkan beberapa gerakan renang dasar sampai bermacam gaya. Aku dulu pernah menjadi juara tiga berenang antar sekolah, loh!" ungkap Farisha dengan bangga.     

Lelaki itu belum juga membuka matanya. Ia takut karena sudah memiliki pikiran kotor di kepalanya. Walau ia sudah mencoba tapi mimpi basah waktu itu pun teringat kembali. Yang diimpikan juga adalah Farisha sendiri.     

Anak-anak pesisir pantai itu menemui orang yang dimaksud. Saat mereka melihat tanaman pandan berduri, langsung mencari ke mana posisi pria yang bernama Ahmad itu. Anak-anak itu memanggil nama itu berulang kali. Tidak seberapa lama, orang yang dicari pun muncul.     

"Ada apa, kalian memanggilku? Apa ada sesuatu yang bisa dibantu? Anak-anak pasti mau minta dipetikin kelapa, bukan? Ya sudah, akan kupetik kelapa muda untuk kalian, yah!" ujar Ahmad kepada anak-anak yang suka bermain itu.     

"Nggak, Pak Ahmad. Di sana ada orang tenggelam dan mungkin dengan minum kelapa mungkin akan cepat sembuh," celetuk seorang anak perempuan satu-satunya.     

Ahmad tidak mempermasalahkan alasan anak-anak itu. Karena ia sudah terbiasa melakukannya. Kebun kelapa yang berada di sekitar pantai merupakan milik seseorang yang telah membeli sekaligus dengan tanahnya. Walau demikian, apa yang berada di tanah itu, bisa mereka manfaatkan. Banyak orang-orang desa yang memetik kelapa atau buah yang terjatuh di sekitar pantai. Kecuali mereka sendiri yang tanam.     

Setelah mengetahui maksud dari anak-anak yang ingin kelapa muda, ia pun segera naik pohon kelapa. Pria paruh baya itu mengambil beberapa butir kelapa dan tidak tahu kalau anak-anak itu berniat memberikan kelapa itu kepada menantu dari pemilik tanah itu.     

Usman dan Farisha sedang duduk dan melihat keadaan sekeliling. Saat ini Usman sudah berusaha menahan segalanya. Ia takut terjadi sesuatu yang membahayakan. Tapi untungnya Usman tidak melihat bagian dari Farisha yang menggoda imannya yang merasa lemah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.