Tante Seksi Itu Istriku

Rencana Yang Sempurna



Rencana Yang Sempurna

0Mendapatkan kepercayaan dari wanita seperti Farisha, membuat Usman bangga sekaligus bahagia. Untuk rebahan atau tidur di sisinya saja sudah membuat dirinya senang. Melihat wajah cantik seorang wanita di depannya.     

"Terima kasih, Tante sudah percaya denganku. Aku tidak akan mengecewakan Tante," ungkap Usman senang.     

Farisha kembali tersenyum, ia genggam tangan pria itu yang menjadi bantalan tidurannya sembari berucap, "Tetaplah menjadi Usman yang kukenal. Jangan pernah bernafsu kepada harta dunia dan kesenanganmu. Mungkin aku bisa merubah jalan pikiranku. Asalkan ada kamu yang seperti ini."     

"Iya, Tante ... aku akan menjadi seperti ini. Dengan ini, aku bisa dekayt denganmu. Tante ... kamu cantik," puji Usman jujur. Ingin dirinya menyentuh wajah itu. Wajah cantik dengan hiasan yang sempurna, matanya yang sipit, hidungnya yang juga bagus, serta bibir yang mungil. Membuatnya ingin mengecup bibir indah itu. Tapi apalah daya, ini hanyalah pernikahan yang tidak sebenarnya. Hanya sebuah kepura-puraan semata.     

"Kamu juga tampan, Man. Kamu tampan dari hatimu. Tidak mungkin kan, aku mengatakan tampan dari wajahmu? Hehehe, tapi kamu juga nggak jelek-jelek amat. Hanya saja, kamu kelihatan banget, wajah desanya. Mungkin kamu juga banyak kekurangan. Tapi ku akui, kamu orang yang baik. Sulit untuk mencari yang baik seperti kamu, Man," tutur Farisha. Disentuhnya pipi sang suami dan mengelusnya perlahan.     

Usman tidak tahu, apa yang sedang dirasakannya. Yang pasti ia merasa bahagia, wanita itu mengusap pipinya dengan lembutnya. Ia merasa ini adalah sebuah mimpi yang nyata. Tanpa harus terlelap dan harus merasakan kesemuan saja.     

Farisha dan Usman sampai ketiduran karena lelah. Entah lelah karena apa, karena emosi atau karena habis makan. Dalam posisi mereka yang saling berdekatan dan saling menatap. Di sana tangan Usman sebagai bantalan Farisha tidur.     

***     

Vania sudah mendengar pernyataan Farisha yang telah menikah. Ia tidak menerima itu semua. Apalagi dirinya yang mengalami hal yang sama dengan Farisha, membenci kaum lelaki dan sama-sama saling mencintai. Ia merasa sudah terkhianati oleh wanita yang sudah bertahun-tahun telah memadu kasih bersamanya. Wanita itu juga sudah menghubungi Farisha berkali-kali. Namun dirinya tidak berhasil menghubungi kekasihnya itu. Maka ia hanya ingin membuat perhitungan dengan sang kekasih.     

"Oke ... You started it, can't I too, hmm? Farisha ... kau akan tahu, bagaimana aku bisa membalas pengkhianatan ini! Aku sudah tahu kamu ada di mana. Aku tentu akan memiliki rencana matang untuk hari ini. Pasti kau tidak akan menyangka, aku bisa melakukannya juga."     

Dengan senyuman menyeringai, Vania menjalankan mobilnya meninggalkan restoran miliknya. Di sore hari yang cerah ini, jalanan cukup padat merayap. Tapi tidak menyurutkan niatnya untuk melakukan pembalasan langsung kepada Farisha. Ia akan menunjukkan pada kekasih wanitanya itu, siapa Vania sebenarnya.     

Dalam perjalanan ke hotel, di mana Farisha berada, dirinya telah menyuruh orang untuk melakukan sesuatu. Apalagi sesuatu itu adalah hal yang dapat membuatnya yakin, rencananya akan berhasil dengan sempurna. Ia sudah tidak sabar untuk segera sampai di hotel itu.     

"Lihat saja kejutan dariku, Farisha sayang. Aku akan membuat kamu menyesal karena kamu memutuskan untuk menikah dengan orang itu. Bagaimana jadinya kalau aku merebut lelaki itu darimu, hemm? Hahahaha!" tawa lantang Vania. Tidak perduli dengan tanggapan orang yang menganggapnya gila atau apa. Yang penting ia bisa membalas dendam.     

***     

Sore harinya, Usman terbangun ketika seseorang mengetuk pintu kamar itu. Ia melihat sang istri yang tengah tertidur pulas. Karena tidak ingin mengganggu, ia memutuskan untuk membukakan pintu. Ia juga berpikir kalau yang datang adalah Azhari atau Bram. Setelah membetulkan celananya, ia kemudian melangkah ke arah pintu.     

"Siapa, yah?" sahut Usman kepada orang di luar. Namun ia tidak mendengar jawaban apapun. "Hemm, ini sudah sore atau jam berapa, aku baru bangun," lirihnya, membuka slot pintu yang terpasang di dalam kamar itu. Ia kemudian membuka pintunya dan ada seorang pria yang tersenyum ke arahnya.     

"Selamat sore, Pak. Kami dari manajemen hotel ini, bermaksud untuk mengundang anda, terkait dengan terpilihnya Bapak dan ibu sebagai pemenang dalam undian yang kami laksanakan. Untuk itu, mari ikuti saya untuk mengambil hadiahnya. Tapi ini hanya jika Bapak sendiri yang mengambil. Untuk istri anda, biarkan saja di dalam kamarnya. Nanti Bapak bisa kembali setelah mengambil hadiah itu," pungkas sang pria dengan sopan.     

"Oh, aku harus minta izin terlebih dahulu, Pak. Aku nggak tahu apapun di sini. Dan aku tidak bisa meninggalkan istri saya tanpa pamit," bakas Usman yang ingin kembali masuk ke dalam.     

Pria itu menarik tangan Usman karena tidak ingin rencana yang sudah diperintahkan orang padanya gagal. "Eh, maaf Pak. Lebih baik Bapak saja yang mengambilnya sendiri. Ini hanya sebentar saja, kok. Setelah itu, Bapak bisa kembali lagi." Dengan sebuah senyuman sopan santun, ia berharap keberuntungan ada padanya.     

"Oh, ya sudah kalau begitu. Aku akan mengikuti Bapak. Nanti, aku tutup pintunya dulu, kasihan istriku masih tidur. Nanti aku akan beri kejutan padanya, hehehe," kekeh Nehan yang langsung percaya begitu saja.     

"Oh, syukurlah ... rencana ini jadi berjalan dengan baik. Mari, Bapak ikut dengan kami," ajak pria itu. Ia memalingkan badan dan berjalan perlahan, membiarkan Usman untuk mengikutinya.     

Usman tidak mencurigai apapun rencana dari pria itu. Karena pemikiran polosnya, Usman kini sudah terjebak rencana seseorang yang sudah merencanakannya.     

Pria itu mengajak Usman ke lantai bawah dan membiarkan pria itu membukakan pintu lift dengan memencetnya saja. Usman juga tidak tahu apapun yang terjadi nantinya. Karena ia sudah sangat senang, mendapatkan hadiah yang menarik baginya. Walau belum tahu, apa hadiahnya. Ini cukup membuat dirinya diliputi kebahagiaan.     

"Pak, hadiahnya ada di mana? Apa kita harus turun ke bawah untuk mengambil hadiah itu?" tanya Usman yang tidak sabar lagi.     

"Oh, ini ... mmm ... Bapak tenang saja. Kami tidak akan membuat anda kecewa dengan hadiahnya. Jadi anda hanya perlu mengikuti kami sebentar. Emm, ayo cepat, Pak. Ini pintu liftnya sudah terbuka!" ujar pria itu, menyunggingkan senyum.     

Mereka meninggalkan lift, menuju ke restoran lagi. Itu adalah tempat, di mana Usman makan dan minum tadi pagi. Tentu Usman tidak menyangka, kalau pada akhirnya, mereka akan kembali ke tempat itu. Pria itu mempersilahkan Usman untuk duduk.     

"Silahkan duduk dulu, Pak. Eh, maafkan saya, Pak. Tadi saya mendapatkan pesan, kalau barangnya belum sampai. Untuk itu, saya akan bertanggung jawab. Bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu? Saya akan memesan makanan untuk Bapak," ujar pria itu dengan siasat tersembunyi.     

"Oh, kalau begitu, boleh saja, Pak. Kebetulan aku juga lapar, hehehe," kekeh Usman, menunjukkan giginya yang bersih itu.     

Akhirnya pria itu memanggil pelayan restoran untuk memesan makanan. Pria itu mulai memesan banyak makanan untuk pria lugu dan polos itu.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.