Reruntuhan, Harta Peninggalan (4)
Reruntuhan, Harta Peninggalan (4)
Tetua Mei menyadari kegagalannya dalam menjilat dan terlihat sedikit malu. Dia baru akan berbicara lagi ketika Tetua Yun, yang berada tepat di sebelahnya, menariknya ke belakang.
"Dengan memiliki kekuatan besar seperti itu, mengapa dia membutuhkan khazana ini? Tetua Mei, tak ada gunanya kamu melakukan ini. Lebih baik kita bergegas dan membagi khazana ini agar kita bisa melanjutkan perjalanan."
Mata pria itu jelas menampakkan bahwa dia sama sekali tidak tertarik dengan khazana ini.
Kalau tidak, berdasarkan tingkat kekuatannya, jika dia sungguh menginginkan khazana ini, akankah ada khazana yang tersisa untuk mereka bagi?
Lucunya, Tetua Mei berusaha menggunakan khazana ini untuk mendapatkan kebaikan pria itu. Pada akhirnya, pria itu tidak terkesan sama sekali.
...
Setelah semua orang membagikan khazana itu, mereka melanjutkan perjalanan.
Lorong panjang itu bagaikan jalan yang menuju ke dunia lain. Meskipun jalan itu panjang, cahaya terang segera muncul dan hati semua orang merasa gembira. Mereka berseru dengan penuh semangat, "Akhirnya kita sampai. Mungkinkah ini tempat harta peninggalan itu?"
Hanya ada satu harta peninggalan. Karena itu, semua orang di sebelah mereka adalah musuh! Sebelumnya mereka telah menyerang teman sendiri demi khazana tersebut. Kini, satu kesalahan akan menghasilkan kematian mereka sendiri…
Ketika kerumunan sampai di penghujung jalan, kebahagiaan mereka segera berubah menjadi kekecewaan.
Mereka disambut oleh jembatan papan tunggal yang bergoyang di ujung jalan itu. Dibawahnya adalah kehampaan gelap yang tiada berakhir. Ketakutan merayap ke dalam hati mereka dan mereka merasa seolah-olah ada sesuatu yang bisa melompat keluar dari bawah jembatan setiap saat...
"Tampaknya ini bukanlah tempat harta peninggalan itu"
"Seperti yang aku katakan, tidak mungkin kita akan segera mendapatkan harta peninggalan itu. Pemilik reruntuhan ini tidak mungkin membiarkan kita menikmati harta peninggalan dengan cepat! Sepertinya jika kita ingin mendapatkan harta peninggalan, kita harus melewati jembatan papan tunggal ini."
Hati kerumunan menjadi suram.
Lagipula, ujian dalam reruntuhan ini menjadi semakin berbahaya. Manusia batu yang sebelumnya sudah sangat kuat dan mereka tak tahu apa yang sedang menunggu mereka selanjutnya.
"Ayo."
Tetua Yun menghela nafas dalam-dalam dan berjalan melalui kerumunan serta berdiri di depan. "Kita harus melewati jembatan ini tak peduli apapun!"
Yang lain mengikutinya. Mereka sudah melalui banyak mara bahaya, bagaimana mungkin mereka mundur sekarang? Selain itu, tidak mungkin mereka mundur.
Tak lama setelah itu, semua orang menginjakkan kaki di jembatan papan tunggal. Karena bobot orang yang begitu banyak, jembatan itu mulai goyah dan tampak seolah bisa runtuh setiap saat.
"AUM!"
"AUM, AUM, AUM!"
Tepat ketika kerumunan melewati jembatan dengan susah payah, terdengar raungan keras di bawah jembatan. Ketika mereka melihat ke bawah, mereka begitu ketakutan sehingga jiwa mereka hampir melompat keluar dari tubuh mereka.
Naga hitam yang tak terhitung jumlahnya bangkit dari bawah jembatan sambil melebarkan mulut berdarah dan ganas mereka serta meraung keras. Jika naga-naga hitam ini tidak terikat oleh rantai, para kultivator mungkin akan ketakutan sampai mati.
"Awas, jangan sampai jatuh. Jika kalian jatuh, kalian akan menjadi makanan naga hitam!"
Mata Tetua yun menjadi gelap ketika memerintahkan dengan suara pelan.
KREAK!
Walaupun kerumunan sudah berjalan dengan sangat hati-hati, jembatan papan tunggal tak henti-hentinya bergoyang seolah bisa runtuh setiap saat.