Tapi Perutnya Berkata Yang Sebenarnya
Tapi Perutnya Berkata Yang Sebenarnya
Apalagi saat Dong Huiying sedang merayu Liang Haoming kemarin. Saat itu ia melihat caranya merayu kakaknya melalui celah di pintu. Kakak keempat yang masih terdiam di luar hanya melihat ke arah Sang Istri. Sang istri pun tampak sangat lembut merayu kakak keempatnya. Ia membujuk kakak laki-laki keempat dengan segala usaha yang dia bisa.
Dalam hari, ia ingin mengungkapkan pada Sang Istri bahwa dirinya selalu ada di dalam hatinya, tapi apa Liang Yuening benar-benar ada di hati Sang Istri?
Liang Yuening bingung dan sedih, ia memandangi Sang Istri yang sedang sibuk bekerja di sekitar pot pemanas, tidak tahu hal yang ingin dilakukannya tiba-tiba Liang Yuening merasa aneh. Semuanya terasa canggung, dan semua energi di tubuhnya terasa menghilang dari tubuhnya.
Di sisi lain, Dong Huiying masih tidak peka bahwa ada seseorang yang diam-diam merasa tersakiti karena dirinya. Ya, Liang Yuening hanya bisa murung dengan ketidakpekaan Sang Istrinya ini. Sejujurnya ia ingin marah, namun sekali lagi, apa hal itu bisa merubah pandangan Sang Istri terhadapnya. Liang Yuening juga sudah menghabiskan tiga ratus enam puluh lima hari dalam setahun untuk marah-marah dan juga muram. Lima belas hari sisanya, ia lewati dengan tidur pulas.
Saat ini Dong Huiying sedang memotong ayam menjadi beberapa bagian. Kemudian menumisnya dengan minyak dan menambahkan beberapa cangkir air. Setelah potongan ayam itu direbus, sup diisi dengan kaldu ayam. Setelah itu, ia mengaduk-aduk adonan yang diuleni menjadi potongan panjang berbentuk mie dan dimasukkan ke dalam panci yang sudah diisi dengan air mendidih. Adonan mie yang dimasukkan pun jadi matang sempurna setelah ditiriskan dari rebusan air itu.
Tidak lama setelah itu, Dong Huiying merebus beberapa sayuran dan merebus dua telur lagi. Setelah mie yang harum dimasukkan ke dalam mangkuk, ia mendengar suara gemericik di belakangnya.
Dong Huiying menoleh, wajah Liang Yuening yang tampak suram sempat mengagetkannya. Namun, ia juga mengetahui berasal dari perut Liang Yuening yang sedang lapar.
"Cuci tanganlah dulu, setelah itu kamu baru bisa makan." Ia menepuk pundak Liang Yuening dan meletakkan mie di atas meja makan.
Liang Haoming kemudian datang untuk membantu Sang Istri mempersiapkan makanan lainnya. Liang Yuening memandang kakak laki-lakinya dan juga Sang Istri. Ia hanya merasa bahwa pemandangan yang dilihatnya mengenai mereka berdua tampak sangat harmonis. Keduanya terlihat rukun, tetapi dalam suasana yang hangat ini, ia benar-benar merasa seakan kehilangan pijakannya sendiri.
Apa Liang Yuening tidak terlalu dianggap di sini?
Padahal Sang Istri juga sudah ramah pada semua saudara-saudaranya, tapi kenapa setiap kali berbicara padanya selalu terdengar nada bicara yang marah? Apa dia perlu untuk berubah atau bagaimana?
Bisakah Sang Istri memperhatikannya sebenatar saja? Bisakah dia bersikap lembut padanya juga? Bahkan jika itu tidak selembut yang dilakukan terhadap Liang Yixuan, setidaknya Sang Istri bisa bersikap lembut selembut sikapnya pada kakak keempat. Atau bila memungkinkan, ia juga tidak menolak sikap marahnya yang lucu seperti saat bersama dengan kakak ketiganya.
Walau demikian, Liang Yuening juga tahu bahwa Sang Istri hanya ada satu-satunya di dunia ini. Namun ia juga merasa bahwa dirinya bukan orang yang serakah. Liang Yuening hanya ingin jika Sang Istri bersikap adil pada semua suaminya. Ia juga ingin diperhatikan oleh Sang Istri seperti ketika Sang Istri memberi perhatian pada saudara-saudaranya yang lain.
Padahal, Liang Yuening bukan orang jahat. Ia pun sadar bila dirinya terlalu mudah terbawa emosi. Liang Yuening juga sudah berusaha mengubahnya sebaik yang dia bisa, mencoba mengendalikan mulutnya yang jahat, tidak selalu mengatur dan protektif pada Sang Istri. Ia bahkan juga sudah tidak selalu mengikutinya ke manapun Sang Istri pergi.
Tapi, apakah sudah terlalu terlambat sekarang?
Ia baru menyadarinya sekarang, apakah sudah terlambat?
"Liang Yuening?"
Dong Huiying tampak sedang memperhatikan Liang Yuening yang berdiri di depan pot pemanas, dengan ekspresi yang dalam dan mengerucutkan bibirnya. Namun dari matanya, ia benar-benar terlihat sedih, seolah-olah Dong Huiying telah melakukan hal yang keji padanya.
Dong Huiying dengan linglung bertanya, "Ada apa?"
Liang Yuening terkejut dan frustasi secara bersamaan. Kemudian ia pergi untuk mencuci tangan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Setelah itu, ia duduk berhadapan dengan Sang Istri dan hanya diam saja. Ia pun melihat sumpit yang dipegangnya itu. Anehnya, Liang Yuening tidak juga memakan mie di depannya itu. Tetapi, tiba-tiba ia tersenyum dan teringat kejadian ketika kakaknya terbakar.
Liang Yuening pun akhirnya mengambil sesuap mie yang rasanya terlihat lezat. Sayangnya mulutnya saat ini terasa masam, hatinya pun juga terasa demikian. Alhasil ia tidak bisa memakannya dengan lahap.
Beberapa saat kemudian, ketiganya hampir selesai makan mie ketika langit semakin gelap. Liang Yuening berbaring di lantai, mendengarkan napas Sang Istri yang ada di atas tempat tidur kayu di sebelahnya. Liang Yuening juga melihat saudara laki-laki keempat yang berbaring dengan rapi di sampingnya. Liang Yuening tiba-tiba menutup matanya, meletakkan punggung tangannya di matanya, bibirnya ditekan menjadi garis lurus.