Enam Suami Tampan

Poplar Putih Di Bawah Langit Yang Cerah



Poplar Putih Di Bawah Langit Yang Cerah

0Dong Huiying tidak tahu bahwa setelah Liang Yuening membawa babi hutan pulang ke rumah, ia segera naik ke gunung lagi. Meskipun sudah meninggalkan Dong Huiying dan percaya pada Dong Huiying, tetapi di dalam hati Liang Yuening masih ada rasa yang tidak nyaman.     

Di sisi lain, tepatnya di gunung.     

Melihat bahwa langit mulai gelap, Dong Huiying mengumpulkan kayu-kayu yang ada disekitarnya dan segera menyalakan api. Ia berkemah di bawah pohon dengan mata terpejam untuk menyegarkan dirinya. Anehnya, tiba-tiba ia sedikit merindukan Lao Si.     

Ketika sedang naik gunung bersama Lao Si waktu itu, Dong Huying merasa lapar dan Lao Si menangkap burung untuk dimakan bersama.     

Hei, aku agak lapar, tapi aku tidak benar-benar ingin bergerak. Mungkin karena aku terlalu lelah untuk mendaki gunung sepanjang hari, jadi aku malas?     

"Hah?" Sebuah suara tiba-tiba terdengar.     

Dong Huiying mendongak dan melihat bahwa orang yang dilihatnya adalah seorang lelaki berpenampilan cendekia. Orang itu mengenakan baju berwarna biru tua yang sudah dicuci. Meski ada beberapa tambalan di ujung lengan, ia tetap terlihat meyakinkan dengan selendang cyan di kepalanya hingga bahunya. Ia pun juga membawa keranjang obat yang terbuat dari anyaman bambu. Keranjang itu juga sudah terlihat dipenuhi dengan rempah yang dikumpulkan dari gunung.     

Orang itu pun berdiri di dekat Dong Huiying seperti sebuah pohon poplar putih di bawah langit yang cerah di tengah padang rumput yang hijau.     

Ya, dia adalah Dokter Xiao, ia menatap Dong Huiying yang duduk di bawah pohon dengan tatapan penuh rasa terkejut.     

"Nona kecil, kenapa kau sendirian?"     

Gadis yang dilihat oleh Dokter Xiao tampak seperti berusia 11 atau 12 tahun, perawakan tubuhnya mungil dan kecil. Dokter Xiao pun berpikir bahwa gadis yang dilihatnya ini memiliki keberanian yang tinggi hingga pergi sendirian ke gunung.     

Dong Huiying hendak menjawab ketika tiba-tiba terdengar guntur dan turun hujan.     

Sayangnya, Dokter Xiao tidak sesiap Dong Huiying. Ia justru ketakutan saat mendengar suara guntur yang menggelegar. Ketika hujan mulai turun di langit, ia dengan cepat bergegas mendekat pada Dong Huiying dan berteduh di bawah pohon untuk menghindari air hujan yang akan membasahi pakaiannya.     

Dong Huiying ingin membuka mulut untuk berbicara, namun ucapannya itu hanya bisa tertahan dalam pikirannya. Hal ini karena ia bingung, bagaimana bisa berada di bawah pohon bisa melindungi mereka dari hujan dan juga petir?     

Tidak lama setelah itu, ia melihat sebuah gua dan langsung berlari kesana.     

Dokter Xiao sendiri masih terdiam dan masih memikirkan sesuatu.     

Mungkinkah dokter ini merasa bahwa dirinya datang terlalu tiba-tiba dan mengejutkan gadis kecil itu?     

"Duar!!!" Tiba-tiba terdengar suara guntur dan kilat yang memekakkan telinga untuk kedua kalinya.     

Dokter Xiao kaget hingga wajahnya terlihat pucat.     

Pada saat yang bersamaan, "Masuklah!"     

Dong Huiying memandang Dokter Xiao yang sedikit tidak berdaya menghadapi cuaca yang tidak terduga ini.     

Dokter Xiao menarik napas dalam-dalam, bertanya-tanya mengapa gadis kecil itu berlari begitu cepat. Ia pun jadi mengira bahwa gadis ini mungkin bukan takut sendirian, tetapi sudah menduga bahwa akan terjadi guntur dan petir sebesar ini?     

*****     

Di dalam gua.     

Dong Huiying mengeluarkan pakaian bersih dan menyeka rambutnya yang basah. Ia mengeluhkan perutnya yang lapar. Ia pun merasa kecewa karena belum sempat berburu sebelum hari menjadi gelap. Jika berburu setelah hujan deras ini, sudah pasti tidak akan mendapatkan apa-apa. Bila berhasil mendapat seekor hewan buruan pun, entah itu kelinci atau burung, pasti dagingnya lembek dan tidak enak untuk dipanggang.     

Singkatnya, Dong Huiying malah menemukan alasan untuk bertahan pada kemalasannya.     

Hanya saja, suara perut laparnya yang bergemuruh ini tidak hanya didengar dirinya saja, melainkan didengarkan pula oleh orang yang tiba-tiba datang ini. Ia merasa sangat malu dan langsung menggosok perutnya dengan berpura-pura sakit. Ia pun bersandar ke dinding, berpura-pura terlihat seperti 'aku tidak lapar sama sekali'. Sekejap kemudian, ia menutup matanya dan menenangkan pikirannya.     

Dokter Xiao menatapnya dengan ramah, dan gadis kecil ini memang menarik hatinya.     

"Jika kamu tidak keberatan, aku masih memiliki setengah dari ikan bakar di sini. Sisa dari makan siang tadi, tetapi rasanya tidak enak setelah dingin."     

Dong Huiying menggaruk kepalanya, "Terima kasih, tapi aku masih tidak membutuhkannya."     

Mendengar penolakan Dong Huiying itu, Dokter Xiao tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Kenapa kamu di gunung sendirian dan dimana keluargamu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.