Apakah Sang Istri Membenciku
Apakah Sang Istri Membenciku
Pasar jalanan yang makmur, tempat dimana orang-orang dimasa ini melakukan kegiatan jual beli. Komoditas barang yang dijual disini juga beragam dan sangat menyenangkan mata.
Akan tetapi sejak sampai di kota, Dong Huiying mendapati bahwa Lao Si tampak sedikit tidak nyaman. Lao Si terus menundukkan kepalanya dan tidak melihat ke depan sama sekali. Dong Huiying pun diam-diam memandangi ekspresi di wajahnya, masih seperti biasanya seperti air laut yang tenang tanpa ombak. Sebenarnya Dong Huiying juga tidak pernah bisa benar-benar melihat apa yang salah dengannya?
"Kakak, maaf merepotkan sebentar, saya ingin melaporkan suatu kasus kepada pejabat yang berwenang?" Dong Huiying bertanya jalan kepada seorang perempuan. Kebetulan perempuan ini berjualan mantou dan sepertinya juga adalah seseorang yang ramah terhadap orang asing.
Setelah menanyakan jalan, Dong Huiying langsung meraih Zhu Xingfang dan hendak bergegas pergi ke kantor pejabat. Sayangnya, ia tiba-tiba membeku beberapa saat melihat Liang Haoming.
'Pria ini terlihat jelek saat cemberut.' Batin Dong Huiying dalam hatinya.
"Itu, yang tubuhnya tinggi dan besar, juga bekas lukanya itu?'
Dong Huiying memutar badan dan melihat ke arah berlawanan, terlihat ada dua orang perempuan paruh baya yang menyelinap di belakang mereka dan sedang membicarakan mereka bertiga. Ketika ia melihat ke arah sepasang perempuan itu, kedua orang itu merasa canggung.
Dong Huiying kembali menatap Liang Haoming, namun Lao Si masih menundukkan kepalanya. Sepertinya ia juga tidak ingin mengatakan sepatah kata pun.
Kemudian sambil mengerutkan keningnya, Dong Huiying berjalan dengan cepat masuk ke sebuah toko.
"Pak, berapa harga topi ini?"
"Sepuluh wen."
"Berikan satu!"
Setelah membayar topi itu, Dong Huiying membawa pergi topi itu dan bergegas menuju Liang Haoming. Di hadapan Liang Haoming, ia berjinjit menaikan ujung kakinya dan meluruskan lengannya. Dong Huiying pun memasangkan topi itu di atas kepala Liang Haoming.
Topi dengan kain hitam yang melingkar di pinggirannya, kain hitam itu tergantung secara alami sehingga dapat menutupi penampilan unik Liang Haoming.
Liang Haoming membeku sesaat, bibirnya terbuka tapi tidak bisa berkata-kata. Akhirnya ia menundukkan kepalanya lagi.
Satu tangannya memegangi kelinci gemuk, lalu menggigit bibir tipisnya yang tajam setajam pisau. Sedikit tidak nyaman, ia menyentuh pipinya yang telah memerah seperti dicium oleh lidah api.
Jelas-jelas ia adalah pria yang tangguh dengan tinggi lebih dari seratus delapan puluh sentimeter. Sayangnya, saat ini ia benar-benar seperti meruntuhkan bahunya dan dalam diamnya itu seolah mengirimkan sinyal sedih dengan perlakuan orang lain yang buruk dan tidak semestinya.
Dong Huiying menggaruk lehernya, "Soal itu, jangan terlalu dipikirkan, aku hanya mengkhawatirkan kau tidak nyaman dengan dirimu."
Dalam hatinya ia berpikir kalau sejak mereka sampai di kota, Lao Si yang membosankan itu semakin banyak diam dan tidak bisa berkata-kata.
Karena bekas luka bakar di wajahnya, memang itu terlihat menakutkan bagi orang yang baru pertama melihatnya. Selain itu, disebabkan oleh wajahnya yang terlihat tampan dan tegas, jika dilihat-lihat, Lao Si memang memiliki pesona pria yang kasar dan maskulin.
Sayangnya perempuan di masa Dinasti Yuan lebih suka pria dengan tubuh yang lemah gemulai yang anggun. Menurut mereka, pria semacam itu lebih menarik dan terlihat tampan di mata mereka. Sedangkan pria seperti Liang Haoming ini, tidak hanya dianggap aneh, tetapi juga tidak populer di kalangan wanita.
Ketika keluar rumah, Lao Si tidak mengenakan topi sehingga orang-orang dapat melihat wajahnya dengan jelas. Ditambah dengan tubuhnya yang tinggi besar, sehingga saat mereka memasuki kota ini, Liang Haoming seperti seekor gorila yang datang membobol sekelompok angsa. Spontan, hal itu membuat orang-orang menghindar karena takut.
Oleh sebab itu, Lao Si menundukkan kepalanya lebih rendah lagi.
Namun sekarang, ia mengenakan topi di kepalanya. Dong Huiying pun tidak bisa melihat wajahnya, tapi entah disebabkan oleh sesuatu, Dong Huiying tampaknya bisa merasakan suasana hati Lao Si yang tertekan.
"Tidak masalah, mereka tidak tahu bagaimana menghargai orang lain."
Liang Haoming ingin bicara, tapi ia tidak bisa berkata-kata. Ia hanya melirik Dong Huiying dengan gugup lalu berkata, "Apakah Sang Istri membenciku?"
"Hah?"
"Kami laki-laki keluarga Liang selalu diperlakukan aneh karena punya tubuh yang tinggi, selain itu mereka juga mengatakan aku jelek, apalagi ditambah bekas luka di wajahku."
Dong Huiying langsung terdiam, ia jadi heran karena baru pertama melihat pria yang memiliki perawakan yang tegas, namun memiliki hati polos seperti anak kecil.
Dong Huiying sedikit bingung dan kesulitan menanggapinya. Namun di sisi lain, ia juga ingin tertawa. "Aku pikir itu bagus dari pada pria dengan tubuh kecil, karena dengan pria bertubuh tinggi besar aku merasa lebih aman."
"Benarkah?" Tanya Liang Haoming, ia merasa tidak percaya dengan yang baru saja dikatakannya.
Di balik kain hitam topi itu, ia memandang Dong Huiying dengan penuh kepolosan.
Dong Huiying menganggukkan kepalanya, "Sungguh!"
Liang Haoming meliriknya lagi, lalu kemudian menundukkan kepalanya lagi.
Dong Huiying tidak tahu apakah Liang Haoming mempercayai kata-katanya atau tidak, tetapi ia ingat di hari itu. Saat Liang Yuening melukai lengannya sendiri dengan pisau, dan kebetulan saat itu Liang Haoming baru kembali dari luar. Lao Si memang seorang yang menghargai kata-kata seperti emas. Dengan kata lain, ia adalah jenis orang yang tidak banyak bicara. Namun saat ia menyampaikan beberapa kata sederhananya, justru dengan mudah telah mengejutkan Liang Yuening..
Tapi ...
"Uhuk!" Dong Huiying seketika batuk dan menutupi wajahnya. Sebenarnya ia ingin tertawa, tetapi demi menghargai perasaan Lao Si, ia merasa akan lebih baik bila menahan perasaan yang lucu ini, "Fuh!"