Terlihat Jelas
Terlihat Jelas
Ia membuka matanya perlahan dengan tetap terbaring diatas tempat tidur. Ketika duduk, ia sangat terkejut ketika selimutnya terjatuh dan tidak menutupi tubuhnya.
Ini?
Ya, ia baru menyadari bahwa dirinya masih telanjang bulat!
Dong Huiying kebingungan, ia tidak memiliki kebiasaan tidur telanjang. Saking putus asa memikirkan kejadian yang terjadi semalam, ia berusaha mengingat hal yang terjadi dan mengingat bahwa setelah makan, dirinya bersantai di bak mandi. Namun mengapa ia justru tertidur dalam kondisi telanjang seperti ini?
Bahkan, ia terbangun di atas tempat tidur.
Mungkinkah….
Dong Huiying menelan ludah dan segera melihat-lihat ke sekujur tubuhnya.
Tubuhnya terlihat normal-normal saja tanpa bekas luka ataupun memar sedikitpun, walaupun ia sudah telanjang bulat.
Tapi…
Ah, dia benar-benar ingin mati saja!
Entah suatu sebab, tiba-tiba ia bisa mengingat jari-jari Lao Si yang menyentuh kakinya dan mengangkatnya ke atas tempat tidur.
Walau bentuk tubuhnya terlihat buruk, kurus kering, dan juga langsing, tapi semuanya terlihat dengan sangat jelas…
Tiba-tiba hatinya seolah diterpa angin kencang. Ia merasa canggung dan memikirkan hal yang aneh dalam pikirannya.
Setelah beberapa waktu tertegun, Dong Huiying mengemas rasa malunya dan segera memakai baju.
Jika ia bisa, dirinya sangat ingin menggali lubang di tanah dan menyembunyikan dirinya dari Liang Haoming. Sayangnya ia bukan trenggiling atau marmut.
Alhasil, Dong Huiying hanya bisa menghembuskan napas.
"Tok... tok... tok..."
Seketika terdengar suara orang sedang mengetuk pintu dari luar.
"Sang Istri, apa kau sudah bangun?"
Ya, itu adalah suara Lao Si atau Liang Haoming.
Dong Huiying menjawab dengan canggung, "Ehm, iya, aku sudah bangun."
Dong Huiying menundukkan kepalanya dan berjalan keluar kamar. Ia terlalu malu dan canggung untuk bertemu dengan Lao Si.
Tanpa menatap Dong Huiying, Lao Si bergegas mengambil tas besar dan kecil yang kemarin mereka beli di pasar.
Sayangnya Dong Huiying masih tertegun dengan kejadian semalam. Tidak lama setelah itu, sebuah kereta yang ditarik oleh sapi terparkir di halaman ditemani oleh seorang perempuan.
Lalu ia bergegas berkata, "Akan ku bantu!"
"Iya,"
Lao Si meliriknya tanpa ekspresi lalu bergegas mengalihkan pandangannya.
Dong Huiying pun terdiam tanpa memberikan tanggapan apapun
*****
Di desa Kao Shan, tepatnya di rumah keluarga Liang.
Liang Yixuan sedang mengolah tepung jagung terakhir. Ia melihat tangki gandum yang kosong dan mendesah dengan paksa.
Ia mulai memikirkan bahwa Sang istri sudah pergi dari kemarin dan hingga malam belum kembali. Sementara bahan makanan yang diolahnya ini adalah stok makanan terakhir untuk keluarganya.
Tidak beberapa lama, Liang Zhichen datang dari luar dengan membawa seikat kayu.
"Yixuan?"
Melihat Liang Yixuan berada di depan bak gandum, Liang Zhichen pertama-tama mengambil air untuk mencuci tangannya, dan kemudian menoleh untuk bertanya, "Ada apa? Apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Aku tengah berpikir, sekantong kecil kentang yang tersisa di ruang bawah tanah, dan kubis sudah dimakan," Ia pun melihat mie jagung yang terlihat setengah jadinya lagi, "Dan ini adalah mie yang tersisa untuk kita makan hari ini."
Liang Zhichen berhenti.
Setelah mencuci tangan dan sedikit gemetar, ia berkata, "Tunggu saja dulu, jika Sang Istri tidak kembali, aku akan pergi ke rumah Bibi Lin untuk meminjam beberapa bahan makanan darinya. Lalu aku akan naik gunung. Jika aku menjual beberapa burung pegar dan kelinci, aku bisa menukarnya dengan uang untuk kita makan."
"Ehmm baiklah."
Liang Yixuan menganggukkan kepala, lalu mengambil beberapa kentang dan membuat makanan sederhana.
Pada sore hari, Liang Yixuan hanya diam menganggur. Ia pun mengangkat bangku kecil dan duduk di luar halaman dan tampak linglung.
Tiba-tiba ia melihat sebuah kereta yang ditarik oleh sapi. Awalnya ia hanya tertegun dan kemudian tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.
Dalam kereta yang ditarik oleh sapi itu, ia bisa melihat tumpukan barang yang mirip seperti gunung. Selain melihat seorang perempuan yang menunggangi sapi itu, Liang Yixuan juga melihat dua orang yang duduk pada bagian belakang kereta. Kedua orang itu adalah Sang Istri dan juga Kakak Keempat.
"Kakak, Sang Istri sudah pulang!" Liang Yixuan segera berlari menyambut kedatangan mereka.
Setelah gerobak sapi berhenti di depan rumah keluarga Liang, Dong Huiying melompat turun dari kereta seperti keledai kepanasan.
"Nona, ini uang untuk keretanya, ambillah."
Beberapa lempengan tembaga dimasukkan ke tangan perempuan yang mengemudikan kereta itu. Lalu Dong Huiying memeluk perutnya seperti huruf O dan berkata, "Aku ingin buang air kecil dulu, aku akan masuk dulu ke rumah" Kemudian ia berlari dengan kencang.
Liang Yixuan hanya tertegun melihat perilaku Sang Istri.
Ada apa dengan Sang Istri?