Pelayan Istana yang Pandai
Pelayan Istana yang Pandai
"Benarkah?!" Timpal seseorang sambil membelalakkan mata tak percaya.
"Iya benar, pelayan Chun Hua tadi melihatnya sendiri. Jadi tidak mungkin hanya desas-desus. Ayo kita coba lihat dan memastikan apakah itu benar atau tidak!"
"Ayo ayo!"
"Ayo! Zhang Zi, aku dengar putri Wen Yixi dihukum oleh istri Raja Huayou dan sekarang sedang berlari memegang batu besar mengelilingi pusat istana. Bahkan dia juga terus berucap 'aku salah, aku salah!' ayo kita cepat ke sana melihatnya!"
"Benarkah?! Ayo ayo!"
"Coba lihat itu, ada gadis yang sedang berlari memegang batu besar! Itu sepertinya putri Wen Yixi!"
"Ayo ayo ayo! Coba kita lihat!"
"Ya Tuhan, itu benar-benar putri Wen Yixi!"
"Iya iya, coba lihat, wajah putri Wen Yixi sudah merah sekali karena lari, hahaha!"
Melihat para pelayan berkumpul menyaksikannya, Wen Yixi rasanya benar-benar ingin melemparkan batu besar di tangannya itu ke arah mereka semua. Tapi sayangnya, dia tidak bisa dan juga tidak berani melakukannya. Karena, jika dia melakukan ini, dia hanya akan dihukum lagi dengan lebih menyedihkan oleh bibinya yang sialan itu.
Karena itu, dia hanya bisa memelototi Cai Zhu, pelayan pribadi yang ikut berlari di belakangnya dengan marah. "Cai Zhu! Cepat suruh mereka jangan di sini menyaksikan aku, suruh mereka pergi semua!"
Pelayan itu mengikuti perintahnya. Dengan wajah kecil yang sudah merah, dia bergegas berteriak kepada para pelayan istana yang sedang mengelilingi dan menyaksikan mereka, "Apa yang kalian lihat hah?!! Cepat kembali bekerja sana! Putri Wen Yixi sedang olahraga ini!"
Di luarnya saja para pelayan istana terlihat takut, padahal mereka tertawa di dalam hati. Jika olahraga, lalu untuk apa sampai berucap 'aku salah aku salah' seperti itu? Hahaha, jelas-jelas sedang dihukum! Namun karena takut ancaman Wen Yixi, para pelayan pun tidak berani mengelilingi dan menyaksikannya lagi. Nyali mereka ciut, hanya berani menyaksikan dari kejauhan dengan agak bersembunyi.
Namun tidak lama setelah itu, semakin banyak orang yang ikut menyaksikan ini. Para pelayan yang bernyali ciut pun satu persatu kembali maju untuk melihatnya lebih dekat.
***
Bangunan Sunmei,
Sun Mei'er terlahir dari keluarga kecil dan biasa. Dia seorang selir, jadi dia tidak pernah sekolah sejak masih kecil. Tapi Xuanyuan Pofei bilang dia ini pintar, karena itu Xuanyuan Pofei sering mengajari dia menulis.
Saat ini, dia sedang latihan beberapa kata yang baru saja diajari oleh Xuanyuan Pofei di tengah ruangan. Lalu, seorang pelayan dari dapur bangunan Sunmei tiba-tiba berlari masuk, "Hamba memberi salah kepada Nyonya." Tampak kepandaian di antara alis pelayan istana itu.
Sun Mei'er tidak suka diganggu saat dia latihan menulis, dia lalu berkata dengan raut wajah tidak senang, "Ada apa?"
Pelayan itu tidak takut, karena dia tahu Nyonya mereka ini pasti akan senang mendengar apa yang akan diucapkannya.
"Nyonya, ada keributan di luar. Aku dengar, putri Wen Yixi dihukum oleh istri Raja Huayou dengan diminta untuk berlari mengelilingi pusat istana dengan membawa batu besar. Selain itu, dia juga diharuskan untuk berucap kata-kata seperti aku salah, aku salah, aku tidak akan sombong lagi," lapor pelayan itu kepada Sun Mei'er.
Tangan Sun Mei'er yang memegang kuas dan sedang berlatih menulis langsung berhenti, namun tidak ada gejolak apapun di ekspresi wajahnya. Dia mengangkat pandangannya dan melihat ke pelayan istana yang sedang setengah berlutut di depannya, menaruh kuas di tangannya dan berkata, "Kamu pelayan dari ruangan mana?"
Sun Mei'er adalah selir kesayangan. Pelayan di bangunan istananya tidak terlalu banyak tapi juga tidak terlalu sedikit. Bahkan dia tidak terlalu mengenal semua pelayannya.
Pelayan itu kemudian tersenyum dan menjawab, "Nyonya, hamba adalah pelayan yang bagian membersihkan dapur. Hamba didatangkan tidak lama ke sini oleh kepala pelayan."
"Siapa namamu?" Sun Mei'er berjalan dari belakang mejanya.
"Chun Hua," jawab pelayan itu masih dengan senyum.
"Baiklah, Chun Hua, kedepannya jangan lagi menjadi pelayan yang membersihkan dapur. Kamu akan menjadi pelayan pribadiku."