Istri Kecilku Sudah Dewasa

Xiao Qiqi, Ayo Kita Terus Bekerja Keras  



Xiao Qiqi, Ayo Kita Terus Bekerja Keras  

3Karena walaupun Mo Ying tetap bersikap acuh padanya, namun Du Heng masih saja akan tetap menyukainya. Du Heng memandangi Mo Ying lagi sejenak, lalu mencium bibirnya, memeluk tubuhnya, kemudian dia memejamkan mata dan tidur lagi. Sebab, dia benar-benar kelelahan setelah berhubungan badan semalaman.     

Lalu, Mo Ying bangun lebih dulu. Namun, baru saja dia bangkit dari dekapan Du Heng dan hendak mengenakan pakaiannya, tiba-tiba pinggangnya dipeluk dari belakang oleh pria itu.     

Dagu Du Heng yang dipenuhi jenggot bersandar di pundak Mo Ying, lalu dia berkata dengan agak malas, "Sudah bangun? Aku sangat merindukanmu."     

Mo Ying tidak memedulikannya, dia mendorongnya dan terus memakai pakaiannya. Namun, Du Heng masih saja menempel di tubuhnya dan kembali memeluknya. Hidungnya mengendus seperti anjing, lalu dia mulai mencium aroma wangi dan menawan dari tubuh Mo Ying. Setelah diam sejenak, tangan besarnya mulai bergerak dengan liar.     

Mo Ying geleng-geleng kepala melihat ini. Kemudian dia melepaskan tangan Du Heng, "Apa kamu ini binatang? Bisa tidak berhenti bernafsu sepanjang hari?"     

Du Heng menyandarkan pundak depannya ke pundak belakang Mo Ying, lalu berkata dengan sangat genit, "Iya benar, aku memang binatang. Aku ini babi yang hanya tahu makan. Makan kamu, hehe."     

"Pergi sana."     

"Oke, tapi aku ingin pergi ke tubuhmu, pergi berpelukan denganmu." Du Heng kembali bersandar ke tubuh Mo Ying yang selembut air. Jemari panjangnya membelai rambut panjang Mo Ying, lalu menciumnya dalam-dalam.     

"Apa kamu bisa mati jika tidak mengatakan kata-kata omong kosong sehari saja, hah?" Mo Ying mendorong Du Heng, lalu melanjutkan memakai pakaiannya. Dia ingin buru-buru turun dari ranjang dan segera menjauh dari pria yang tak tahu malu itu.     

"Xiao Qiqi, aku sangat terharu melihatmu datang menjengukku dari kerajaan Bei Yun. Aku bahagia sekali. Xiao Qiqi, mari kita berusaha keras lagi. Berusaha keras untuk mendapatkan bayi, ya?" Kali ini, Du Heng memeluk Mo Ying dan berkata dengan suara yang terdengar bahagia sekali, serta sangat serius.     

Selesai bicara, telapak tangan Du Heng yang besar tanpa sadar menyentuh perut Mo Ying yang rata.     

Mo Ying terkejut. Di kepalanya, seketika muncul pemandangan Hong Lian, pelayan pribadinya yang menyajikan semangkuk sup kepadanya.     

"Ratu, jangan minum sup ini lagi. Setiap kali Raja pergi, kamu selalu minum penghalang hamil ini. Sup penghalang hamil ini sangat tidak baik untuk tubuh. Ratu, tolong pikirkan baik-baik."     

Mo Ying mengabaikan bujukan dari pelayannya dan terus meneguk sup obat itu lagi sampai habis. Saat Mo Ying melamun, entah sejak kapan pakaian di tubuhnya sudah kembali ditarik hingga terbuka oleh pria di belakangnya.     

"Kamu…" Mo Ying tersipu malu dan tak bisa berkata apa-apa.     

"Kita sudah beberapa bulan tak bertemu. Satu malam, mana cukup?" kata Du Heng. Dia pun telah mulai merabai punggung Mo Ying yang sehalus dan secerah giok, bahkan terus meraba ke bawah.     

Mo Ying menoleh dan memelototinya dengan kejam, "Tidak tahu malu." Tubuhmu masih terluka, apa kamu ingin bersetubuh sampai mati? batinnya.     

"Aku tentu saja tidak tahu malu, aku hanya menginginkanmu." Du Heng tersenyum genit, lalu menangkup wajah kecil Mo Ying yang seukuran telapak tangannya. Namun, saat belum juga berhasil menciumnya, pipinya sudah langsung terasa sakit, serta suara tamparan yang sangat keras pun terdengar. Kemudian dia ditendang hingga jatuh dari ranjang, oleh kaki indah Mo Ying yang panjang, ramping dan lembut.     

Du Heng merintih, lalu memanyunkan bibirnya dengan tidak senang, "Xiao Qiqi, kamu ini ingin membunuh suamimu sendiri ya?"     

Du Heng menggosok pantatnya yang sedikit terluka. Dia tampak sangat menyedihkan, lalu bangkit dari lantai dengan sangat puas.      

Jatuh dari ranjang adalah hal sepele. Tapi, hal yang lebih besar saat ini adalah ada luka pedang di punggungnya yang akhirnya terbuka lagi dan membuatnya kesakitan. Lalu, ada juga bekas tamparan merah yang begitu jelas, serta beberapa tamparan yang merahnya sudah memudar di wajah cantiknya yang luar biasa itu.     

"Aku memang ingin membunuhmu," kata Mo Ying dengan kejam. Pria ini sungguh tidak tahu malu, batinnya.     

Du Heng bangkit dari lantai, lalu naik ke ranjang dan memeluk Mo Ying lagi. Dia menyandarkan kepala besarnya di bakpao daging besar milik Mo Ying, kemudian berkata sambil memasukkan telapak tangannya ke dalam selimut. Setelah itu, menyentuh bagian terdalam di sana, "Apa kamu tega? Kamu tega, tapi aku yang tak tega. Tak tega membuatmu menyia-nyiakan tenagamu."     

Mata indah Mo Ying membelalak. Dia lalu mengangkat kaki panjangnya dan menendang Du Heng lagi dengan sangat keras, tanpa belas kasih sedikitpun hingga Du Heng terjatuh lagi dari ranjang.     

Du Heng tertegun. Setelah itu dia mulai meragukan hidupnya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.