Istri Kecilku Sudah Dewasa

Wanita Cantiknya Akhirnya Datang



Wanita Cantiknya Akhirnya Datang

1Si kecil yang menyiksanya membuat Xuanyuan Pofan menepuk keningnya dengan tak berdaya, dan hanya bisa pergi berlari ke kamar mandi, lalu memadamkan api dengan tangannya. Saat dia sudah kembali, si gadis kecil di atas ranjang sudah tidur bersandar di bantal kelincinya. Dua kaki rampingnya menjepit selimut, buku di tangan kecilnya jatuh di karpet bulu di bawah tepi ranjang, dan lenteranya juga berguling ke lantai.     

Xuanyuan Pofan berjalan kembali ke samping ranjang, lalu memasukkan kaki kecil Liuli Guoguo yang sedang menjepit selimut itu ke dalam selimut. Dia lalu membungkuk, mengambil lentera dan buku, kemudian menaruhnya di meja di samping ranjang.     

Setelah naik ke ranjang, dia memeluk tubuh empuk dan lembut Liuli Guoguo ke dekapannya. Xuanyuan Pofan tidak berani melakukan hal lain, hanya memeluknya seperti itu, kemudian memejamkan mata elangnya yang indah.     

Liuli Guoguo memanyunkan bibirnya. Bahkan walaupun dia sedang tidur, dia masih saja bisa merasakan kalau dirinya sedang dipeluk oleh dekapan yang sangat familiar baginya. Jadi, dia pun semakin bersandar dan memeluk erat dekapan yang begitu kokoh dan familiar itu.     

Di mimpinya, dia tidak sengaja bermimpi hal yang memalukan lagi. Liuli Guoguo bermimpi Xuanyuan Pofan berhubungan seks dengannya, dan membuat wajah kecilnya langsung memerah.      

Lalu, ketika baru saja pemandangan manis di halaman Liuli Guoguo berakhir, tiba-tiba sosok merah berjalan secepat angin dan masuk ke dalam kegelapan paviliun Chiming. Sosok merah itu seolah sangat familiar sekali dengan setiap sudut ruangan di kediaman Raja Huayou.      

Tanpa menghabiskan usaha yang besar, dia melangkah seperti angsa terbang dengan tubuh yang anggun dan kuat. Dia menghindari setiap telinga dan pandangan tajam dari para pengawal di kediaman Raja Huayou. Setelah masuk ke dalam paviliun Chiming, dia melompat dan masuk ke dalam ruangan lewat jendela kamar, dengan tidak menimbulkan suara apapun.     

Saat mencium aroma yang familiar itu, Du Heng yang terbaring di ranjang mengerutkan keningnya, dan bibir lembabnya yang sempurna sedikit melengkung. Sebab, wanita cantiknya akhirnya datang.     

Sosok merah itu berjalan pelan menuju tepi ranjang. Dia memandangi pria yang terbaring di ranjang dengan mata cantiknya yang dingin, namun begitu menawan. Mata cantik itu agak sembab saat melihat wajah pria yang luar biasa cantik, yang saat ini tampak sangat pucat dengan alis tebal yang agak mengkerut. Kemudian, dia melihat noda darah di pakaiannya.     

Namun, dia benci dirinya yang seperti ini. Sebab, tubuhnya malah lebih jujur daripada hatinya. Lalu, saat tersadar dari lamunannya, tanpa sadar dia sudah mendekati pria di ranjang itu.     

Saat aroma menawan itu semakin mendekat, Du Heng hampir tidak bisa menahan dirinya. Namun, dia ingin sekali membuat Xiao Qiqi semakin sedih dan tidak tega melihatnya. Karena dia jarang mendapatkan luka parah seperti ini. Jadi, dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.      

Bagi orang lain, membuat orang yang dicintai khawatir, cemas, sedih, dan tidak tega adalah hal yang membahagiakan. Namun baginya, ini adalah sesuatu yang seratus kali lipat lebih berharga dan mewah daripada emas. Tidak, bukan seratus kali, tapi ribuan kali.     

Namun, wanita di samping ranjang tiba-tiba berhenti mendekat dan hanya diam di tempatnya. Du Heng tidak bisa membuka matanya, jadi dia tidak bisa melihat ekspresi dilema di wajah wanita itu. Dia mengira kalau wanita itu hanya diam memandanginya, membuat dadanya dipenuhi rasa tidak tega dan kekhawatiran padanya.     

Ruangan itu sepi senyap. Mo Ying dilema cukup lama sekali. Lalu, akhirnya dia membulatkan tekadnya, dan dia mengeluarkan belati tajam dari lengan bajunya. Jika dia membunuhnya di sini, bahkan walaupun ada orang yang curiga, tapi tidak akan mungkin sampai curiga padanya. Karena mutiara cakra sudah ada di tangannya, jadi dia tidak memerlukan Du Heng lagi.     

Kilat sedingin es bersinar di mata indahnya. Bibir Mo Ying agak gemetar. Tangannya yang ramping dan sangat putih memegang gagang belati dan hendak mengeluarkan belati itu, lalu menikam pria di depannya sampai mati. Tapi tak disangka, telapak tangan besar yang panas menggenggam pergelangan tangannya, tepat saat dia hendak mengeluarkan pisau belatinya.     

Walaupun Mo Ying tidak menduga ini, namun responnya sangat cepat. Setelah itu, dia langsung memasukkan kembali belati itu ke dalam lengan bajunya.      

Kemudian detik berikutnya, tubuhnya ditarik oleh pria di ranjang itu. Dalam sekejap mata, pria yang barusan tadi pingsan dan sangat pucat, sekarang tiba-tiba menindihnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.