Hamil
Hamil
***
Setelah masuk ke dalam perpustakaan, Liuli Guoguo menarik tangan gemuk Lie Nieduo dan langsung pergi ke lantai lima. Buku yang disimpan di lantai lima kebanyakan berkaitan dengan jurus obat, teori tentang obat dan juga kedokteran.
Zhan Zihao terus mengikuti di belakang Lie Nieduo dengan perasaan bingung. Li Guo ini bukannya belajar dua jurusan di jurusan penangkap jiwa dan simbol? Lalu, untuk apa dia pergi ke lantai yang berisi buku-buku yang berkaitan dengan obat? Apakah dia juga bisa jurus obat? Wow, sahabat istriku ini benar-benar jenius dan berbakat, batinnya. Sebab, dia juga telah mendengar julukan terkenal dari Liuli Guoguo.
Liuli Guoguo merangkul lengan gemuk Lie Nieduo, lalu menggoyang-goyangkannya, kemudian mencondongkan tubuhnya ke telinga Lie Nieduo sambil berbisik, "Duo gemuk, minta calon suamimu itu untuk mencari bangku kosong, lalu duduk dan menunggu kita. Jangan lagi mengikuti di belakang kita, oke?"
Lie Nieduo tidak bertanya apapun, hanya mengangguk kepada Liuli Guoguo dan mengiyakannya, "Iya." Dia pun menghampiri Zhan Zihao dan mengatakan apa yang diucapkan Liuli Guoguo barusan.
Zhan Zihao menggaruk kepalanya, lalu menurut dengan ucapan Lie Nieduo dan memilih bangku di dekatnya, kemudian mendudukinya. Karena khawatir bosan, dia pun mengambil satu buah persik merah muda di atas piring buah di atas meja dan mulai menggigitnya.
Setelah Zhan Zihao tidak lagi mengikuti mereka, Liuli Guoguo langsung menggenggam tangan gemuk Lie Nieduo dan pergi mencari buku.
***
Setelah satu dupa berlalu, Zhan Zihao melihat calon istrinya dan juga Li Guo si jelek bopeng itu masih juga belum kembali. Perlahan, dia pun menyandarkan tangan dan kepalanya di atas meja, lalu tidur. Kemudian, tampak tiga belas biji buah persik di samping kepala besarnya.
Demi lebih memantaskan diri untuk Lie Nieduo dan agar bisa melindunginya dengan baik serta menggendongnya dengan mudah. Jadi, selain berlatih keras dalam olahraga, Zhan Zihao juga sengaja menambah nafsu dan asupan makanannya.
***
Di sisi lain, Liuli Guoguo dan Lie Nieduo sedang berada di barisan kedua rak buku yang paling pojok. Tangan kecil Liuli Guoguo yang putih dan lembut memegang sebuah buku yang berjudul pengetahuan ibu hamil. Dua mata anggurnya yang begitu besar dan jernih kini sedang membaca buku itu dengan serius.
"Xiao Guo, kamu… Kamu kamu kamu…. Apa kamu berpikir kalau kamu…" Lie Nieduo terkejut sampai dagunya ternganga lebar, dan tak juga melontarkan ucapannya dengan jelas. Dia juga menurunkan volume suaranya ke suara yang paling pelan agar orang lain tak bisa mendengarnya.
Liuli Guoguo mengusap hidung kecilnya, membaca buku di tangannya dengan serius, lalu berkata, "Aku juga tidak tahu apa ini benar. Hanya saja, dengan membaca buku begini, semakin lama aku merasa sepertinya memang begitu. Di buku ini bilang kalau ibu hamil, khususnya yang kandungannya baru berusia dua sampai empat bulan. Biasanya akan sering menunjukkan gejala mual dan ingin muntah."
"Selain itu, menstruasinya akan berhenti. Aku cocok sekali dengan ini semua. Dua bulan ini aku belum menstruasi. Selain itu, akhir-akhir ini aku merasa sering mual dan ingin muntah." Padahal Liuli Guoguo sangat senang sekali saat menstruasi belum keluar dua bulan ini. Dan selama ini, dia tidak menganggapnya serius. Namun, dia sama sekali tidak menyangka, begitu membaca buku ini, ternyata itu semua karena dia sedang hamil.
Lie Nieduo tercengang. Ya Tuhan, Xiao Guo ternyata hamil anaknya Raja Huayou! batinnya.
Walaupun ini adalah berita yang sangat bagus. Tapi, Liuli Guoguo masih seusianya. Tanpa sadar, muncul bayangan Liuli Guoguo yang berperut buncit dan besar di kepalanya. Lalu, beberapa bulan kemudian, bayi kecil dari perut Liuli Guoguo pun terlahir keluar. Setelah itu Liuli Guoguo akan menyodorkan bayi kecil itu ke depannya, dan meminta bayi kecil itu untuk memanggilnya tante.
Pemandangan ini…
Lie Nieduo tiba-tiba memiliki pemikiran ajaib ini. Di matanya, Liuli Guoguo hanyalah seorang anak kecil. Jadi, seorang anak kecil mana mungkin bisa melahirkan seorang anak.
Liuli Guoguo kemudian memegang jantungnya, lalu menutup bukunya. Sebab, ketidakpercayaan telah memenuhi wajahnya saat ini.