Istri Kecilku Sudah Dewasa

Harus Cocok dengan Karakter Gadis Itu



Harus Cocok dengan Karakter Gadis Itu

2Liuli Guoguo tersenyum bahagia, dia pun langsung terduduk lemas di tanah sambil memegang jantungnya yang tadinya sangat ketakutan. "Kamu menakutiku saja Tuantuan. Aku tadi mengecek napas di hidungmu dan menyadari kalau kamu sudah tidak bernapas, ditambah lagi tubuhmu sedingin es. Aku kira aku tidak akan lagi bisa bertemu denganmu."     

Kelinci kecil cantik mengusap wajah berbulunya. "Aku juga mengira aku akan mati. Namun anehnya, tenaga yang masuk dan menyerang ruang sihir itu seolah hanya ingin menahanku saja untuk menghentikan agar tidak keluar. Tenaga itu seolah tidak bermaksud mencelakaiku sedikitpun."     

"Hanya saja, karena aku tidak juga berhenti melawan, hal ini memengaruhi tenaga itu, hingga perlahan dia mendorongku masuk ke dalam tanah berpasir. Jika Nyonya kecil terlambat datang, walaupun aku tidak akan dilukai oleh tenaga itu, tapi mungkin saja aku akan mati kehabisan napas karena berada di dalam tanah."     

Kelinci kecil cantik bersandar di dekapan Liuli Guoguo, lalu mengatakan hal ini. Dia kemudian mengibaskan tubuhnya untuk membersihkan pasir kotor di tubuhnya. Tapi, karena khawatir pasir kotor itu akan mengenai Liuli Guoguo, jadi dia tidak melakukannya.      

Walaupun sebenarnya dia tahu kalau Liuli Guoguo yang memeluknya saat ini hanya sekedar jiwanya saja dan bukan tubuh asli Liuli Guoguo. Jadi, dia lebih memilih untuk bersandar di dekapan Liuli Guoguo, dan barulah nanti dia akan membersihkan dirinya.     

"Tenaga yang sangat kuat?" Liuli Guoguo terkejut dan heran. Apa jangan-jangan ini perbuatan pemuda bertopeng itu? batinnya.     

***     

Di sisi lain, di area isolasi warna kuning, seorang pemuda bertopeng giok putih menyilangkan kakinya dengan santai dan duduk di atas batu tinggi. Mata phoenixnya yang jahat dan pose duduknya yang begitu arogan itu sama sekali tidak cocok dengan pakaian putih di tubuhnya yang seperti dewa.     

Tangan lembut dan seputih salju dari pemuda itu sedang mengecek dengan serius berbagai macam cetak biru bangunan rumah. "Yang ini bagus juga."      

Setelah mengeceknya baik-baik, dia melemparkan cetak biru bangunan di tangannya ke pria berjubah hitam dan bermata merah yang tak memegang apa-apa di samping pria berjubah hitam bermata merah satunya yang memegang tumpukan kertas cetak biru.     

Pria berjubah hitam bermata merah itu tidak berani menentangnya. Dia bergegas menangkap cetak biru bangunan itu, lalu kembali menggulungnya dan memasukkannya ke dalam ruang sihir.     

Pemuda itu mengerutkan kening, lalu mengambil salah satu gulungan cetak biru yang lain dan mengeceknya. "Desain apa ini! Sungguh jadul dan kuno sekali. Apakah ini desain bangunan untuk hari tua? Desain bangunan yang kuinginkan itu yang imut dan lincah! Harus cocok dengan karakter gadis itu!"     

Setelah pemuda itu marah-marah, dia langsung melemparkan gulungan kertas itu keluar. Gulungan kertas berisi cetak biru bangunan itu pun mengenai simbol segel area isolasi warna kuning muda yang dibuat pemuda itu. Percikan api bersinar dan langsung menjadikan gulungan kertas ini menjadi debu dalam sekejap.     

Imut? Lincah? Mana ada bangunan rumah yang imut dan lincah? Sudut bibir dua pria berjubah hitam dan bermata merah itu berkedut lagi. Tapi mereka hanya berani mengeluh, namun tak berani mengatakannya.     

"Sialan! Bagaimana bisa ada gambar begini?! Kemampuan sejelek ini astaga! Aku seharusnya menyuruh para manusia yang pandai menggambar di jurusan simbol mantra perguruan tinggi untuk melakukan ini!"     

Pemuda bertopeng itu lagi-lagi melemparkan cetak biru itu keluar dan menjadikannya abu.     

"Em, yang ini lumayan bagus. Namun, struktur jendelanya perlu diperbaiki lagi. Dia pasti tidak suka yang seperti ini."     

"Ini terlalu kecil! Rumah seperti ini mau ditinggali siapa?! Desain apaan sih ini?"     

"Jelek sekali, bagaimana bisa merancang desain rumah sejelek ini? Tidak ada bagusnya sama sekali, strukturnya juga jelek sekali!"     

"Apa tangannya bermasalah ya? Merancang bangunan yang seperti cakar ayam begini. Jika benar-benar mendirikan rumah ini, mata kecilku saja tidak akan bersedia untuk meliriknya sedikitpun!"     

Bibir dua pria berjubah hitam dan bermata merah berkedut lagi mendengar ini.     

Salju putih masih beterbangan dan malam musim dingin masih terasa dingin. Tumpukan cetak biru di tangan pria berjubah hitam bermata merah itu berangsur-angsur berkurang sampai tak tersisa satupun gulungan cetak biru lagi.     

Hampir sembilan puluh persen dari seluruh cetak biru itu yang telah dilempar ke simbol segel area isolasi warna kuning muda hingga jadi debu. Hanya beberapa gulungan saja dipilih oleh pemuda bertopeng giok putih, dan pemuda itu meminta para pangeran iblis untuk memperbaiki lagi cetak biru yang mereka buat. Setelah itu, baru menyerahkannya lagi kepadanya.     

Setelah selesai menunggu, pemuda bertopeng giok putih itu mengecek semua cetak biru bangunan. Lalu, pria berjubah hitam bermata merah yang tadi ada di depannya, kini sedang memegang cetak biru itu dan mengeluarkan sebuah kotak kayu berwarna coklat tua seukuran telapak tangan dari ruang sihirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.