Menggambar ‘Pantat’
Menggambar ‘Pantat’
Siapa juga yang tahu, Wen Yiwen malah tertawa terbahak-bahak. Rambutnya yang awalnya sudah disisir dan dirapikan, tiba-tiba kembali miring karena tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha! Hahahaha! Si jelek bopeng, wajahmu! Hahahaha."
Liuli Guoguo memutar matanya untuk melirik Wen Yiwen, lalu dia memegangi wajah kecilnya dan bertanya, "Ada apa dengan wajahku?"
"Bo, bodoh! Ada kata bodoh di wajahmu itu! Hahahaha!" Wen Yiwen memegangi perutnya dan masih tertawa dengan puasnya.
Liuli Guoguo menepuk keningnya dengan tak berdaya, dia lalu melotot kesal kepada Wen Yiwen. Kemudian dia mengeluarkan cermin kecilnya dari ruang sihir gelangnya, setelah itu bercermin dan melihat wajah kecilnya. Dia pun langsung berteriak setelahnya, "Huwaaah!!!"
Wen Yiwen semakin tertawa terbahak-bahak saat melihat ini. Namun, siapa sangka kalau detik berikutnya, suara teriakan itu berhenti. Lalu gadis berbaju merah muda di meja lain itu bangkit dengan cepat dari bangkunya, dan mengambil kuas penanya. Setelah itu dia bergegas menghampirinya.
"Apa apa apa yang mau kamu lakukan?" Wen Yiwen membelalakkan matanya lebar-lebar saat melihat Liuli Guoguo yang mendekatinya dengan wajah jahatnya. Ada ketakutan yang memenuhi dasar matanya.
"Menurutmu?" Liuli Guoguo tersenyum jahat. Dia bergegas menghampiri Wen Yiwen dan menekan kepala Wen Yiwen di atas meja.
Wen Yiwen berusaha terus untuk melepaskan diri. Namun, dengan sedikit kekuatan Liuli Guoguo, Wen Yiwen merasa tidak bisa apa-apa. Sebab, dia sama sekali bukan lawan yang sebanding untuk Liuli Guoguo. Bahkan kepalanya terus ditekan ke atas meja oleh tangan kecil Liuli Guoguo.
"Li Guo, jika kamu berani menggambar sesuatu di wajahku dan berani bersikap kurang ajar kepadaku. Maka kakek Rajaku dan nenek Ratuku, ayahku, ibuku, dan kedua pamanku, lalu paman tertuaku pasti akan menghabisimu!" Wen Yiwen berusaha melepaskan diri sambil menggertakkan gigi dengan hati yang bergetar.
Liuli Guoguo melengkungkan bibirnya dan tersenyum. "Siapa yang menghabisi siapa, itu masih belum pasti! Kamu bisa menggambar di wajahku, lalu kenapa aku tidak bisa menggambar di wajahmu?"
"Kamu kamu kamu kurang ajar! Apa kamu tahu siapa aku? Aku aku ini seorang putri! Seorang putri!" Liuli Guoguo sepenuhnya mengabaikan Wen Yiwen yang terus bicara tanpa henti. Dia menggerakkan kuas di tangannya dan terus menekan kepala Wen Yiwen.
Setelah berpikir dengan sungguh-sungguh, Liuli Guoguo lalu bergumam, "Em… Sebaiknya menggambar apa ya di wajahmu? Kamu menggambar kata bodoh di wajahku. Ini tidak kreatif sama sekali. Lebih baik, bagaimana kalau menggambar pantat saja! Siapa juga yang menyuruh kamu suka melontarkan kata-kata yang lebih busuk dari apa yang dikeluarkan dari pantat!"
"Apa?! Kamu ya!"
Wen Yiwen benar-benar hancur. Jangan!!!!
Tapi, seberapa keras dia berjuang untuk melepaskan diri, dan bagaimana dia berusaha mengancam serta menakuti Liuli Guoguo. Namun, tetap saja dia masih merasakan sentuhan yang agak basah di wajah kecilnya.
Tidak lama kemudian, ada gambar 'pantat' warna hitam di wajah kecil Wen Yiwen yang lembut. Walaupun keterampilan menggambar Liuli Guoguo tidak bagus, tapi dia masih cukup ahli dalam menggambar gambar 'pantat'.
"Apa yang kamu lakukan?"
Liuli Guoguo masih dalam proses menyelesaikan maha karyanya. Lalu, pintu ruangan yang disegel dengan simbol kunci pun dibuka. Kemudian, orang tua yang gemuk yang bertanggung jawab di sana pun muncul di depan pintu ruangan.
Karena tidak menyangka kalau tiba-tiba ada orang yang akan datang, tangan kecil Liuli Guoguo pun menjatuhkan kuas pena di tangannya. Namun, tidak lama kemudian senyum senangnya kembali muncul.
Wen Yiwen melihat pamannya datang. Liuli Guoguo pun sudah tidak fokus lagi dan tidak lagi menekan kepala Wen Yiwen. Karena itulah, Wen Yiwen dengan mudah terlepas dari Liuli Guoguo dan langsung berjalan dengan cepat ke pamannya.
"Hiks hiks hiks, paman, rakyat biasa ini berbuat kurang ajar padaku!"
Wen Yiwen bukanlah gadis yang suka menangis. Tapi, pada saat ini dia benar-benar merasa sedih dan tersudut sekali. Namun seberapa marah, kesal dan sedihnya dia, tetap saja dapat merasakan ada napas dan aura yang sangat besar di belakang Wen Shuo yang perlahan mendekat.