Kamu Cantik Sekali (2)
Kamu Cantik Sekali (2)
Xuanyuan Poxi mengambil kartu kristal yang diberikan oleh Xi San itu, lalu melemparkannya ke bantal Su Muhuan. Kemudian dia berkata dengan nada bicara sangat kesal, "Apa sekarang sudah mau mengatakannya? Dua kartu kristal sebagai hadiah untukmu. Selama kamu mau mengatakan yang sebenarnya, mungkin saja aku bisa memberikan lebih banyak lagi."
Jangan kira kamu cantik, lalu hatiku akan luluh padamu. Di dunia ini, hanya kecantikan dari kakak dewi dan juga si persik madu saja yang bisa membuat hatiku luluh dan jadi memanjakannya! batin Xuanyuan Poxi.
Su Muhuan berusaha bergerak, dia menahan rasa sakit di tubuhnya dan berusaha duduk, lalu kelembutan di matanya berubah jadi dingin. "Yang Mulia Pangeran Mahkota, anda salah paham."
"Aku tidak disuruh oleh siapapun. Saat itu situasinya sangat tiba-tiba dan aku tidak berpikir panjang, aku hanya langsung pergi untuk melindungi anak itu dan tidak punya tujuan lainnya."
Wajah kecil yang cantik ini pandai juga menyembunyikan sesuatu. Bahkan bisa-bisanya menunjukkan ekspresi dingin yang tampak tak bersalah dan polos. Benar-benar menggelikan, batin Xuanyuan Poxi. Dia mengangkat tangannya dan mencubit dagu Su Muhuan, lalu jarinya membelai pipi lembut Su Muhuan. "Berapa umurmu?"
Tidak disangka, pemuda ini tiba-tiba melakukan gerakan seperti itu. Hal tersebut membuat tubuh Su Muhuan bergetar sedikit, serta muncul rona merah yang jelas di wajah kecilnya yang pucat.
Dia merapatkan bibirnya dengan erat, dan hanya merasa jari panjang serta ramping itu seperti solder yang begitu menyentuh kulitnya yang dingin, maka langsung terasa membakarnya.
"Tujuh belas tahun," jawab gadis itu dengan suara lembut. Pipinya yang sangat pucat itu seketika memerah.
"Kamu cantik sekali," kata Xuanyuan Poxi yang sangat suka bermain-main dengan hal yang berbahaya. Jadi, seketika langsung muncul perasaan ingin memainkan gadis di ranjang itu, saat melihatnya yang masih berpura-pura.
Ma Jinjiao yang ada di samping tercengang. Pangeran mahkota, kamu tidak pernah memujiku seperti itu sebelumnya, batinnya. Dia langsung agak cemburu dan hanya memanyunkan bibir kecilnya. Namun, mau tidak mau dia harus mengakui kalau gadis yang duduk di atas ranjang saat ini memang benar-benar cantik sekali.
Wajahnya mungil, mata aprikotnya sangat hitam dan bersinar sungguh memikat. Dia yang seorang wanita saja sampai merasa jantungnya berdetak kencang saat menatapnya sedetik saja. Hidungnya yang mungil. Bibir cerinya yang walaupun saat ini agak pucat, tapi masih saja membuat orang lain rasanya ingin menciumnya.
Terakhir kali saat dia berkunjung di kediaman Raja Huayou, dia mengagumi paras wajah kakak iparnya sendiri yang bukan lain adalah istri kecil Raja Huayou. Kali ini, Ma Jinjiao lagi-lagi dikejutkan dan membuat pengetahuannya jadi semakin terbuka mengenai wanita cantik.
Istri kecil Raja Huayou memiliki kecantikan yang sangat imut dan menggemaskan, bibir dan hidungnya sangat sempurna. Begitu melihatnya pasti akan langsung sayang dan suka padanya. Bahkan wanita sekalipun, pasti ingin sekali bertemu dia setiap hari.
Kesan terdalam terhadapnya yaitu, mata anggurnya yang besar dan jernih itu, yang seolah memiliki jiwanya sendiri. Ma Jinjiao sekarang ingat, saat itu dia bahkan merasa kalau mata besar yang sempurna dan indah seperti itu, kemungkinan besar tidak akan ada yang memilikinya lagi di dunia ini.
Pada saat ini, seorang wanita cantik duduk di atas ranjang itu. Kecantikan gadis tersebut berbeda dengan kecantikan istri kecil Raja Huayou. Karena kecantikannya penuh dengan kelembutan, kecantikannya begitu menenangkan, bahkan kecantikannya membuat orang lain ingin melindunginya.
Tapi, juga seolah-olah ada banyak hal lain di belakangnya. Sebab, di matanya itu seolah menyembunyikan banyak kisah hidup. Di mata jernih itu juga seolah menyimpan rasa kecewa dan sedih.
Wanita-wanita cantik seperti istri kecil Raja Huayou dan gadis berbaju putih di depannya ini hanya ada beberapa orang saja di dunia ini. Mereka juga benar-benar mampu membuat hati orang lain merasa nyaman dan tenang.
Ma Jinjiao terus memikirkan semua ini, dia menatap wajah Su Muhuan dan tanpa sengaja melamun sendiri.
Saat mendengar ucapan Xuanyuan Poxi, bibir ceri Su Muhuan yang pucat agak merapat. Tangan kecilnya yang berada di dalam selimut kini tengah meremas roknya dengan erat.