Istri Kecilku Sudah Dewasa

Tidak Usah Pedulikan Dia, Cepat Kok!



Tidak Usah Pedulikan Dia, Cepat Kok!

3"Raja, utusan dari kerajaan Lan Hai ingin bertemu."     

Saat busurnya mau segera dilepaskan di dalam tubuh wanitanya. Tiba-tiba suara pelayan tua terdengar dari luar tirai panjang. Du Heng pun menggertakkan gigi karena sudah hampir saja...     

"Suruh dia menungguku di aula Qihua!" Mata Du Heng sudah kosong. Dia pun memeluk tubuh Mo Ying semakin erat lagi setelah melontarkan ucapannya dengan marah kepada pelayan yang ada di luar tirai panjang. Lalu, dia mulai bergerak dengan teratur.     

"Raja jangan seperti ini. Cepat pergilah sana. Tidak enak kalau harus mengabaikan utusan dari kerajaan Lan Hai," kata Mo Ying sembari mendorong pundak Du Heng. Dia agak tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat pria itu benar-benar sudah buru-buru ingin masuk.     

"Tidak usah pedulikan dia, cepat kok!" jawab Du Heng. Lalu, dia terus bergerak hingga suara kursi berderit dengan sangat keras. Kepalanya juga sudah ditenggelamkan ke dalam roti daging montok milik Mo Ying.     

Pelayan tua di luar tirai panjang pun menyeka keringat tua dari keningnya. Melihat Raja yang belum juga keluar, dan seolah tidak ada niat untuk segera keluar. Kemudian dia memberanikan diri untuk melapor lagi, "Raja, tidak bisa menunggu lagi. Utusan bilang kalau ada hal yang sangat mendesak yang harus disampaikan kepada Raja."     

Du Heng mengerutkan keningnya dan menjawab, "Iya, habis gini!" Lalu, gerakannya semakin lama menjadi semakin besar dan keras.     

Mo Ying tidak berdaya, tubuhnya mulai gemetaran ketika pria itu mulai menikmati dan memasukkan benda itu. Hanya saja, detik berikutnya, ucapan yang dilontarkan oleh pelayan tua membuatnya seakan berhenti bernapas.     

"Raja, utusan itu datang ke sini, sepertinya ada kaitannya dengan keberadaan mutiara cakra."     

Begitu pelayan mengatakan ini, gerakan Du Heng berhenti sejenak. Tapi, dia masih saja tidak rela melepaskan tubuh Mo Ying. Jadi, dia pun langsung mempercepat gerakannya. Setelah beberapa saat, hasrat panas di dalam tubuh mencapai puncaknya. Cahaya di matanya tiba-tiba menjadi dingin. Baru kemudian dia rela melepaskan wanita yang ada di dalam pelukannya itu.     

Mutiara cakra itu kembali menarik baginya. Tapi, mutiara cakra itu tetap saja tidak seindah dan sebaik Mo Ying. Setelah selesai, Du Heng dengan tenang menyeka tubuh Mo Ying, lalu menggendongnya ke ranjang permata. Baru setelah itu mengenakan jubah naganya, berjalan pergi dan keluar dari tirai panjang.     

Mo Ying mengeratkan genggaman tangannya yang selembut giok itu. Tidak tahu apa karena pria tadi terlalu kasar, atau karena ucapan yang keluar dari mulut pelayan tadi. Karena tubuh Mo Ying saat ini, tanpa sadar sedang gemetaran.     

Setelah Du Heng benar-benar keluar dari tirai panjang, mata Mo Ying yang menawan bersinar dengan rasa kesal. Dia buru-buru menahan rasa sakit karena pembengkakan di pinggangnya, lalu bangkit dari ranjang permata itu.     

Mo Ying memanggil pelayan terdekatnya, memintanya menyisir rambutnya yang telah diacak-acak oleh Du Heng. Setelah selesai mengenakan jubah phoenixnya, dia pun mondar-mandir ke arah dapur.     

***     

Aula Qihua,     

Yang Wan, utusan dari kerajaan Lan Hai mengeluarkan kotak brokat merah tua dari ruang sihirnya. Lalu memegangnya dengan kedua tangan, dan meletakkan kotak brokat itu ke atas meja indah di depan Du Heng.      

Kemudian Yang Wan membuka kotak brokat tersebut. Setelah itu, terlihat sebuah batu mutiara bulat berwarna merah pekat sebesar pir salju yang tergeletak di sana, dan langsung muncul di depan mata Du Heng. Membuat mata indah Du Heng yang seperti bunga persik itu langsung bersinar cerah.     

Utusan kerajaan Lan Hai menatap wajah tampan Du Heng yang juga lebih cantik dari seorang wanita itu. Tanpa sadar dia terpesona sejenak, lalu berkata, "Raja, ini adalah mutiara cakra."     

Saat Du Heng masuk ke dalam aula Qihua, Yang Wan benar-benar tercengang, dan membatin dalam hati, Di dunia ini, bagaimana bisa ada wanita yang sangat cantik yang begitu memikat begini… Eh, cih! Bukan. Pria, em pria yang begitu memikat!     

Du Heng dengan santai meletakkan tangannya di pinggangnya, lalu memandangi mutiara besar berwarna merah pekat yang ada di dalam kotak brokat. Kemudian dia melengkungkan bibirnya dan berkata kepada utusan kerajaan Lan Hai, "Mutiara cakra ini kabarnya bisa berubah jadi kecil ataupun besar. Entah apakah utusan Yang Wan dapat memperlihatkan itu padaku?"     

Orang bilang, selir biasanya senyum saja sudah sangat cantik. Tapi, Raja kerajaan Bei Yun ini, senyum biasa saja kecantikannya sudah luar biasa gila! batin Yang Wan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.