Qi Weiying, Putri Negeri Xia
Qi Weiying, Putri Negeri Xia
Yang Wan, utusan dari kerajaan Lan Hai ini, hanya merasa dengan Du Heng tersenyum biasa saja. Hal itu membuat jiwanya seolah sudah terbang dan masuk ke dalamnya. Namun, setelah tercengang sejenak, dia pun akhirnya kembali ke akal sehatnya.
"Oh Raja, rumor itu memang benar. Namun, hamba masih belum punya kemampuan untuk merubah mutiara cakra ini jadi besar atau kecil. Hanya saat cuaca berubah atau saat ada visi di dunia, baru batu mutiara cakra ini bisa merubah bentuknya menjadi ukuran kecil atau besar. Jika hari-hari biasa, hanya satu orang yang dapat merubah mutiara cakra ini jadi kecil atau besar."
"Siapa?" tanya Du Heng dengan santai. Walaupun dia sangat penasaran dalam hatinya, tapi di luar dia tidak menunjukkan sedikitpun ketertarikannya ini.
"Mutiara cakra awalnya adalah mutiara sihir dari piring kehidupan negeri Xia. Jadi, orang ini adalah Qi Weiying, putri negeri Xia," jawab Yang Wan, utusan kerajaan Lan Hai ini. Dia tidak bisa menahan diri mengangkat pandangannya, kemudian melirik ke wajah tampan Du Heng yang secantik dewi itu.
"Qi Weiying?" tanya Du Heng yang mulai mencari nama ini di dalam pikirannya. Tapi, seperti tidak ada kesan dan ingatan apapun di kepalanya tentang nama ini.
Yang Wan, utusan kerajaan Lan Hai ini merasa heran di dalam hatinya ketika melihat Du Heng seolah tidak tahu nama ini. "Raja, gadis bernama Qi Weiying ini adalah putri dari negeri Xia yang mana negerinya tiga belas tahun lalu telah dihancurkan oleh Raja kerajaan Bei Yun."
"Dia adalah satu-satunya darah daging keluarga kerajaan negeri Xia. Katanya, Qi Weiying ini mati di tangan anda Raja," kata Yang Wan yang langsung berbicara dan tidak bisa menahan diri untuk sekali lagi melirik wajah cantik Du Heng yang lebih cantik dari seorang wanita itu. Pipi Yang Wan jadi terasa panas, dan muncul perasaan aneh di dalam hatinya.
"Oh..." Du Heng hanya menjawab singkat, lalu melambaikan tangan pada pelayan tua di sampingnya. Kemudian dia memberi pelayan tua itu instruksi, agar segera menuangkan teh hangat untuk utusan kerajaan Lan Hai.
Setelah itu Du Heng berkata dengan sombongnya, "Ayahku telah menghancurkan banyak sekali negeri. Aku pun hanya ikut serta tidak lebih dari sepuluh peperangan. Negeri kecil seperti itu, mana mungkin aku masih ingat."
Walaupun ucapan ini penuh dengan kearoganan yang besar dan kesombongan, tapi suaranya masih begitu lembut dan rendah. Yang Wan lagi-lagi melirik wajah Du Heng, dan masih saja tidak bisa menahan diri untuk menganggapnya sebagai seorang wanita. Bahkan menganggapnya sebagai seorang wanita cantik luar biasa, yang salah mengenakan jubah naga.
Yang Wan pun bergegas kembali ke akal sehatnya, lalu menjawab Du Heng, "Apa yang Raja katakan sangat benar. Negeri Xia, sebuah negara kecil yang tingkatnya hanya sembilan bintang, sungguh tidak layak untuk dianggap penting."
Du Heng mengangkat cangkir tehnya dengan santai, lalu meneguk teh di dalam cangkir itu tanpa terburu-buru. Kemudian dia berkata kepada utusan kerajaan Lan Hai, "Utusan Yang Wan, anda datang jauh-jauh ke sini dengan membawa mutiara ini dari kerajaan Lan Hai, menurutku seharusnya tidak sesederhana untuk menikmatinya saja, kan?"
Pembicaraan akhirnya sudah sampai di topik serius. Hal penting dan mendesak yang ada di hati Yang Wan pun sulit jika tidak diungkapkan. Namun, lebih tepatnya, ini adalah hal penting dan mendesak dari Raja kerajaan Lan Hai mereka.
***
"Salam hormat Ratu."
Mo Ying berjalan sampai ke depan gerbang aula Qihua. Kemudian dua penjaga dengan pedang yang menjaga gerbang aula Qihua memberi hormat padanya.
Lalu, Mo Ying hanya menjawab iya kepada dua penjaga yang membawa pedang di depannya. Dia bersama dengan pelayannya yang ada di belakangnya sedang membawa nampan mahoni. Ketika ingin membuka pintu aula Qihua dan masuk ke dalam, sayangnya dia dihentikan oleh dua penjaga ini.
"Ratu, Raja sedang membicarakan hal serius dengan utusan kerajaan Lan Hai. Raja memerintahkan tidak ada siapapun yang boleh masuk ke dalam. Jadi, tolong lebih baik Ratu kembali saja," kata seorang penjaga dengan pedang.
Mo Ying lalu melemparkan tatapan mata dingin dan setajam pisau kepada kedua penjaga tersebut. "Aku baru saja merebus sup pir salju. Raja dan utusan kerajaan Lan Hai sedang mengobrol, pasti akan sangat melelahkan tenggorokan mereka. Apa aku tidak boleh masuk ke dalam dan membantu menyegarkan tenggorokan Raja?" tanyanya.