Xiao Qiqi, Di bawah Tirai Raja (1)
Xiao Qiqi, Di bawah Tirai Raja (1)
Bulu di lubuk hati Liuli Guoguo seketika bergetar begitu mendengar ini. Hatinya terasa sangat hangat sekali. Ternyata, kakak Po tiba-tiba pergi keluar untuk memasak air, demi dia agar bisa mencuci muka. Kenapa bisa sebaik ini sih kakak Po, batinnya.
Liuli Guoguo lagi-lagi berubah jadi kelinci putih kecil yang patuh, dan dia bersandar kepada Xuanyuan Pofan. Setelah memeluknya, dia pun menjawabnya dengan begitu manja, "Oh oh."
***
Masih di bangunan Ying, istana kerajaan ibu kota kekaisaran di negeri Bei Yun,
Biasanya, ketika Du Heng sedang memeriksa dan membaca banyak dokumen negara di ruang kerjanya atau sedang menangani suatu urusan di aula Qihua sampai larut malam, Mo Ying tidak akan menunggunya kembali ke kamar. Dia pasti mandi, lalu ganti baju dulu, setelah itu langsung tidur.
Tapi malam ini, dia insomnia. Kepala Mo Ying dipenuhi dengan mutiara cakra, mutiara cakra dan mutiara cakra. Sebab, mutiara sihir ini adalah milik negaranya, milik ayahanda dan ibu Ratunya, milik tawa burung kepodang negaranya.
Setelah wilayahnya tenggelam bagai di dalam lautan, mutiara sihir itu saat ini menjadi mutiara warisan yang berharga, yang diperebutkan banyak orang untuk memperoleh tahta. Sedangkan Mo Ying, dia malah menjadi wanita dari musuhnya.
Di bawah tirai ranjang Raja, wanita cantik jelita yang mengenakan piyama merah cerah sudah lama berbaring dan masih dalam keadaan sadar. Kemudian terdengar suara para pelayan istana yang memberi salam hormat kepada Rajanya. Karena Raja khawatir terlalu berisik dan nanti malah akan membangunkan wanita cantiknya itu, dia pun menyuruh beberapa pelayan itu pergi.
Begitu mendengar ada suara, mata cantik Mo Ying yang terbuka pun langsung dipejamkannya. Telinganya mendengar langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat. Ini bukan pertama kalinya pria itu mendekatinya dengan cara seperti ini.
Asalkan Raja ada di dalam istana, maka hampir setiap malam dia akan datang ke kamar ini. Jikapun tidak datang, dia juga pasti akan memerintahkan bawahannya agar memanggil wanita ini untuk datang ke aula Qihua.
Hanya saja, tidak tahu kenapa, napas Mo Ying jadi semakin tidak beraturan. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang, dan wajah cantiknya samar-samar menggelap ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat.
Seperti hari-hari biasanya, Raja yang mengenakan jubah naga itu berjalan ke ujung ranjang. Setelah perlahan melepaskan jubah luar dan pakaian dalamnya, dia mengambil piyama warna kuning cerah yang diberikan oleh pelayannya. Setelah itu, menyuruh semua pelayan pergi.
Raja membuka tirai warna merah yang ada di ujung ranjang permata itu, lalu naik ke atas ranjang. Ketika dia menutup kembali tirainya, sehingga di bawah cahaya lampu yang redup, muncul satu sosok lagi di dalam ranjang dengan tirai berwarna merah itu. Yakni seorang yang cantik sekali.
Setelah Raja berbaring, tatapannya dengan bodohnya teralih lagi, lalu melirik ke tubuh Ratu yang begitu montok dan indah itu. Mata indah aprikotnya bersinar terang, dan dalam sekejap memandangi tubuh Ratu yang begitu indah dan montok itu.
Mulai dari paras wajahnya yang cantik dan dingin, lalu ke dua buah roti daging seputih salju yang montok, yang samar-samar terlihat dari balik piyama merah cerah itu. Kemudian turun lagi ke pinggang kecil yang bisa digenggam dengan satu tangan, setelah itu turun lagi ke...
Tanpa sadar, jakunnya bergerak ke bawah dan ke atas. Walaupun Du Heng tahu kalau Ratu pujaan hatinya ini sedang tidur, tapi dia tak bisa menahan diri untuk tetap maju dan mendekat padanya, lalu mengecup kening Mo Ying.
Kelopak bibir mawarnya yang hangat itu pindah dari kening Mo Ying, menuju ke hidung wanita di bawahnya, lalu pindah lagi dari ujung hidung ke dagu. Dia seperti sudah jadi iblis, tenggelam dan mabuk akan semua ini. Bahkan dia sama sekali tidak bisa berhenti, ujung lidahnya yang panas terus menyusuri tubuh tersebut dan semakin turun ke bawah.
Pada akhirnya, piyama merah cerah Mo Ying itu sudah sepenuhnya dibuka oleh pria itu. Suara gesekan antara kelopak bibir mawar dan juga kulit wanita itu terus terdengar di keheningan ini. Seperti mantra iblis yang akhirnya membuat jantung Mo Ying jadi berdegup semakin kencang dan tak beraturan karena mendengarnya.
Wajahnya yang awalnya menggelap, sekarang berubah jadi memerah, bahkan memerah sampai ke seluruh tubuhnya. Sebab, gerakan pria ini semakin lama semakin besar. Jadi Mo Ying sangat sulit sekali untuk tetap berpura-pura tidur, dan dia pun setelahnya memanggil dengan lembut, "Raja."
Kelopak bibir mawar Raja yang sedang menjilati hutan misterius itu pun seketika langsung terhenti.