Xiao Qiqi, Di bawah Tirai Raja (2)
Xiao Qiqi, Di bawah Tirai Raja (2)
Biasanya, ketika Mo Ying sudah tidur, Du Heng bukannya tidak pernah mengambil kesempatan seperti ini ketika dia tidur untuk menikmati tubuhnya, dan mungkin sangat sering seperti ini. Bahkan, dulu pernah gerakannya lebih besar dari pada hari ini. Tapi hal itu tidak pernah membuat Mo Ying sampai bangun, dan masih saja tidur dengan lelap. Karena dia pun akhirnya menikmatinya juga dengan sangat nyaman.
Tapi, Du Heng benar-benar tak menyangka kalau malam ini, gerakannya bisa membangunkan Mo Ying. Dia sejenak tidak tahu harus merespon bagaimana. Wajah tampannya itu tiba-tiba memerah dengan malunya. Tapi, itu hanya sebentar saja. Karena tidak lama kemudian, dia hanya tersenyum sambil melengkungkan bibirnya.
Du Heng yang tadi malu dan tidak enak sebentar ketika melihat Mo Ying bangun. Tapi, setelah diam sejenak, dia kembali menjadi Du Heng yang begitu murahan dan genit. Dia merayap naik ke bagian atas Mo Ying, lalu memeluk Mo Ying ke dalam pelukannya dengan sangat erat. Mengecup bibir merah Mo Ying sambil berkata dengan manjanya, "Xiao Qiqi, apa kamu tadi mengantarkan sup pir salju untukku?"
Setelah Mo Ying melepaskan Du Heng yang terus menciumnya, wajah Du Heng malah beralih ke leher rampingnya. Jadi, dia pun hanya menjawab, "Em." Namun, wajahnya masih saja begitu dingin dan kaku.
Kepala Du Heng terus ke bawah sampai ke roti besar yang montok di dada wanita itu. Matanya seolah menjadi bentuk hati sekarang, "Xiao Qiqi, apa kamu marah? Em?" tanyanya.
Namun, Mo Ying hanya memalingkan kepalanya dengan tidak senang, dan tidak menjawab Du Heng. Detik berikutnya, pria itu menarik kepalanya sampai menghadap ke arahnya. Bahkan pria itu menggigit bibir merahnya dengan kuat, lalu mulai menjelaskan panjang lebar kepada Mo Ying.
"Xiao Qiqi, kamu dengarkan penjelasanku dulu. Kamu tidak pernah sekalipun datang menemuiku. Jadi, aku memberi perintah kepada pengawalku yang bersenjatakan pedang bahwa siapa pun tidak ada yang boleh masuk ke dalam. Tapi, kata siapapun ini, kamu tidak termasuk di dalamnya."
"Dua pengawal itu benar-benar tidak memahamiku. Jika tahu kamu akan datang, aku sendiri yang pasti akan keluar untuk menyambutmu dan mempersilakan kamu masuk," kata Du Heng yang berbicara sambil memandangi tubuh Mo Ying yang begitu sempurna dan menggoda itu. Mata aprikotnya pun penuh dengan ketidaksabaran untuk menyentuhnya. Lalu, tangan besarnya diam-diam menyentuh dua roti seputih salju Mo Ying yang sangat montok sekali. Tapi malah ditepis oleh Mo Ying.
Du Heng pun hanya bisa memanyunkan bibirnya dan terus berusaha menjelaskan, "Xiao Qiqi, dua pengawal itu sudah aku turunkan jabatannya. Sekarang mereka dipindahkan untuk menjadi prajurit penjaga di bagian selatan. Mereka sudah membuatku kehilangan kesempatan untuk mencicipi sup pir salju itu. Aku sudah cukup baik hati dengan masih membiarkan mereka hidup. Bagaimanapun juga sup itu dibuat sendiri oleh Xiao Qiqi ku. Sungguh sayang sekali."
Begitu Du Heng selesai bicara, Mo Ying pun kemudian berkata, "Bukan aku yang membuatnya. Tapi ketika aku pergi ke dapur, sup itu kebetulan sudah matang." Lalu, lagi-lagi dia mendorong kepala Du Heng yang terus berada di dadanya dengan tidak senangnya.
Du Heng tertegun. Mata indahnya berkedip lagi dan lagi, lalu dia tersenyum dengan murahannya dan tidak keberatan sama sekali. Kemudian dia menyentuh kelembutan di tubuh Mo Ying lagi, setelah itu berkata sambil menggertakkan giginya, "Walaupun bukan dibuat oleh Xiao Qiqi, aku tetap ingin memakannya."
"Karena kamu sendiri yang langsung membawakannya untukku. Sup itu asalkan sudah pernah dipegang oleh tangan lembut dan hangat Xiao Qiqi, maka aku tetap saja ingin memakannya."
Plak!
Dengan tanpa belas kasihan sama sekali, lagi-lagi Mo Ying menepis tangan Du Heng yang bergerak dengan sembarangan. Lalu dia berkata dengan dingin, "Bukan aku juga yang membawa sup pir salju itu. Sup itu dibawa oleh Hong Lian."
Du Heng tertegun lagi. Seolah ada darah yang macet di dalam jantungnya. Mau dimuntahkan itu tidak bisa, tapi ditelan juga tidak bisa. Dirinya merasa bahwa setiap hari dia selalu saja dibuat tertegun oleh sikap dingin dari wanita cantik ini. Dan mungkin, cepat atau lambat, suatu hari dia akan hancur karena sikap dingin ini.
Tapi, begitu teringat dengan tubuh sempurna dan indah Mo Ying yang bisa membayar semua kecanggungan ini, Du Heng pun hanya tersenyum senang. Lalu dia berbalik dan langsung menindih tubuh wanita itu dengan kejam.