Acara Akbar Pemilihan Selir (4)
Acara Akbar Pemilihan Selir (4)
Ratu pun membisu dengan bodohnya. Bahkan dia tidak bisa menemukan suaranya sendiri, ketika cukup lama melihat adegan ini. Dua putraku kenapa jadi seperti ini di depan si lobak kecil ini? batinnya.
"Sudah, sudah, Xuanyuan Poxi sudah datang. Ratu, ayo dimulai saja," kata Raja sambil menatap Ratu. Dia yang berada di tempat duduk paling tengah, dan sedari tadi tidak terasa hawa keberadaannya itu. Setelah diam cukup lama, akhirnya berbicara juga.
Ratu baru kembali ke akal sehatnya, kemudian dia mengalihkan pandangan matanya kepada dua pelayan di belakang Xuanyuan Poxi yang membawa dua amplop merah besar. "Xiao Penzi, cepat beri tahu pelayan Gao," perintahnya.
"Laksanakan!"
***
Setelah acara akbar pemilihan selir dimulai, Liuli Guoguo terus memaksa Xuanyuan Pofan agar membawanya ke tempat acara untuk menyaksikan kompetisi pemilihan selir ini. Jika berdasarkan aturan yang ada, acara pemilihan selir ini sebenarnya tidak boleh diganggu oleh orang lain.
Tapi, entah siapa juga yang menyuruh Xuanyuan Pofan dan Liuli Guoguo ini memiliki paras wajah yang sangat mencolok sekali keindahannya. Sehingga beberapa pelayan dan pengawal yang bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya acara.
Mereka hanya bisa membiarkan dan berpura-pura tidak melihat dua orang yang satu berjubah hitam, dan yang satu berbaju merah muda. Terus berjalan mondar-mandir dengan seenaknya di dalam acara pemilihan selir ini.
Ratu dan Raja terhormat yang duduk di kursi juga sama-sama tidak berdayanya. Tapi, karena mereka sangat menyayangi putra dan menantunya itu, jadi mereka juga berpura-pura seperti sedang tidak melihat apa-apa. Mereka hanya bisa menahan diri dan membiarkan si lobak kecil itu menarik putra kesayangan mereka, yang terus ribut sendiri di sana.
Seluruh rakyat negeri Dong Xuan ini benar-benar tidak pernah membayangkan kalau Ratu dan Raja kerajaan Dong Xuan. Sangat mencintai dan memanjakan putra mereka, serta menantu mereka itu seperti ini.
Dalam ujian penilaian piano, catur, kaligrafi, serta lukisan. Yakni tempat-tempat yang dilewati oleh Liuli Guoguo dengan menggandeng lengan Xuanyuan Pofan. Membuat beberapa gadis calon selir ini terlalu emosi. Sehingga tanpa sengaja mematahkan senar di tangannya.
Kemudian ada juga gadis yang terlalu emosi, sehingga jari yang memegang bidak catur jadi sedikit miring. Lalu ada juga gadis yang tercengang dan emosi, sehingga mematahkan kuas yang ada di tangannya.
Mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sebab, si pria berbakat dan sangat tampan di seluruh daratan Liufeng ini. Serta menjadi legenda dari kerajaan Dong Xuan tersebut tampak menggandeng istri kecilnya yang berbaju merah muda dengan penuh kasih sayang.
Bahkan, Xuanyuan Pofan dan istri kecilnya juga terus mondar-mandir di depan para gadis tersebut. Jadi, mana mungkin mereka bisa konsentrasi, dan mana mungkin juga mereka tidak terlalu emosi melihat ini.
Xuanyuan Poxi juga ingin sekali beberapa kali ikut bersama kakak keenam dan si persik madu untuk jalan-jalan dan mondar mandir di sana, untuk menyaksikan keramaian acara ini.
Tapi, setiap kali pantatnya ingin meninggalkan kursinya. Tiba-tiba Ratu yang ada di belakangnya akan menariknya kembali untuk duduk di kursinya. Hal tersebut membuat hati Xuanyuan Poxi benar-benar sedih.
***
Aula Ya di kediaman jenderal besar negeri Hu,
Seorang pria dengan janggut pendek di dagunya, menatap wanita berbaju putih jelek yang berjongkok di lantai. Wanita itu sedang mengganti perban dan membalut perban ke pahanya yang terluka.
Alis pedang yang begitu indah di wajah tampan itu kemudian naik semakin tinggi. Sudut bibirnya tertarik, lalu melengkung dan menunjukkan senyuman manis. Tampak memperlihatkan kepuasan dan rasa senang di dalam hatinya.
Setelah Su Muhuan mengganti obat untuk Wen Dun. Dengan sangat terlatih dia membalut kasa dan perban putih tersebut, kemudian dia pun berdiri. Hal tersebut membuat Wen Dun terkejut, dan segera mengalihkan pandangan matanya sendiri yang sedari tadi tertuju pada Su Muhuan.
"Jenderal Wen Dun, sudah selesai ganti obatnya," kata Su Muhuan dengan lembut. Dia lalu memasukkan botol obat dan kain putih yang ada di tangannya ke dalam kotak obatnya.
Karena sedari tadi memandangi Su Muhan, Wen Dun jadi merasa tidak enak sendiri jika langsung bertatap muka dengan Su Muhuan. Wajah tampan yang awalnya menggelap, sekarang malah jadi memerah. Lalu dia melambaikan tangannya ke arah pengawal di sampingnya dan berkata, "Pang Ye, cepat bayar upah Nona Su Muhuan."
Wen Dun sering sekali pergi ke medan perang dan melatih para tentaranya untuk melawan musuh. Lalu membunuh orang-orang kasar dan jahat yang tak terhitung jumlahnya di alam liar. Karena itu, tidak mudah baginya untuk mengucapkan kata-kata yang sopan dan berpendidikan seperti para sastrawan. Jadi dia selalu saja berbicara begitu terus terang dan secara langsung.
"Laksanakan," jawab seorang pria tinggi berbaju hitam di belakang Wen Dun. Dia langsung mengeluarkan beberapa koin perak dari ruang sihirnya, dan menyerahkannya kepada Su Muhuan. "Nona Su Muhuan, terima kasih bantuannya. Ini sudah pantas didapatkan oleh Nona Su Muhuan. Tolong terima semua ini," ucapnya.
Pang Ye telah bersama Wen Dun selama bertahun-tahun. Dia telah lama menyadari kalau jenderal mereka sangat baik dan punya perasaan lain kepada Su Muhuan yang berbeda dengan yang lainnya. Karena itulah dia berkata dengan sangat sopan kepadanya.