Si Kucing Kecil Manis Sekali (1)
Si Kucing Kecil Manis Sekali (1)
Liuli Guoguo masih ingat dengan jelas, ketika dia yang waktu itu masih berumur lima tahun. Saat dibawa masuk pertama kali oleh kakak Po ke kediaman Raja Huayou ini. Saat itu, di gerbang kediaman juga sama seperti sekarang ini, yakni dikelilingi oleh banyak orang. Hanya saja, jika dulu adalah untuk menyambut dirinya. Kalau hari ini adalah sebagai hari perpisahan.
"Sudahlah Liuli Guoguo. Jangan memandanginya lagi, ayo cepat naik ke kereta kudanya," ajak Xuanyuan Pofan sambil mencubit wajah kecil Liui Guoguo yang begitu lembut itu. Dia lalu memeluk istri kecilnya yang sedang emosional.
Liuli Guoguo menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum dan berkata kepada Xuanyuan Pofan, "Em."
***
Di luar kereta kuda, terdengar suara ucapan selamat tinggal yang begitu serempak dari rakyat Penglaizhou. Mereka semua berlutut di tanah satu persatu untuk mengantarkan istri kecil Raja Huayou, serta Raja Huayou mereka sampai ke gerbang kota dengan wajah sedih.
Baru setelah kereta kuda berjalan keluar dari gerbang kota, ucapan perpisahan itu perlahan-lahan menghilang.
Di dalam kereta kuda, Xuanyuan Pofan sedang membaca buku Biografi Shanguo di satu tangannya. Sedangkan satu tangannya yang lain mengelus si kucing kecil yang manis sekali di sebelahnya.
Liuli Guoguo menarik Cai Gua ke pundaknya. Lalu, nampan celadon di atas lututnya sudah terdapat banyak biji delima tertumpuk di atasnya. Namun, Liuli Guoguo masih merasa tidak cukup banyak.
Setelah mengupas delima yang kedua, Liuli Guoguo langsung mengupas buah delima yang ketiga, lalu mengupas yang keempat dan terus mengupasnya. Dia merasa perlu mengupas banyak delima ini agar kakak Po-nya bisa makan banyak makanan lezat kesukaannya.
Liuli Guoguo yang terus mengupas delima, sambil sekalian menyuapi Cai Gua, chinchilla kecil yang ada di pundaknya itu dengan alfalfa yang lezat.
Di depannya, ada meja kayu mahoni kecil. Kemudian, di atasnya terdapat Yuan Bao yang sedang membaca buku seperti Tuan besarnya. Buku itu dihimpit oleh Xiang Gua yang mewarisi otak ayahnya yang sangat bersemangat untuk membaca buku.
Xiang Gua mengedipkan mata bulat chinchillanya, dan terus membaca buku di bawah cakarnya itu. Ketika dia menemukan kata yang tidak dimengerti, dia langsung bertanya kepada ayahnya yang sangat berpengetahuan di sampingnya, "Ayah, ini kata apa? Bagaimana membacanya? Apa arti kata ini?"
Di belakang Xiang Gua adalah Tuan Bao, yaitu ibu chinchilla yang kurus dan cantik itu. Dia sedang memeluk putra bungsunya Xi Gua, sambil menyusui putra kecilnya ini. Sedangkan beberapa anak chinchilla gemuk lainnya, selain makan, tapi mereka tetap hanya bisa makan. Dan setelah makan kacang-kacangan, mereka terkadang akan bicara terus kepada Liuli Guoguo.
Ketika Liuli Guoguo mendengar suara chinchilla kecilnya yang terus berbunyi ini. Dia akan menawarkan mereka banyak makanan lezat seperti kacang mete dan kacang almond dari kotak makannya. Lalu, satu persatu anak chinchilla kecil yang gemuk bagai bola-bola kecil itu mulai mengoceh lagi, sambil menyantap makanan dengan gembira.
Nan Gua melihat adik ketujuh Xi Gua yang minum asi ibunya, terlihat begitu enak sekali. Lalu, tanpa sadar dia sampai meneteskan air liurnya. Mulut kecilnya sudah gatal karena ingin ikut meminumnya. Jadi, dia pun dengan cepat melepaskan kacang di tangannya, dan mulai menggerakkan pantat kecilnya ke arah ibunya yang kurus itu. "Ibu, aku juga ingin minum susu!" ucapnya setelah itu.
Nan Gua menggunakan kepala chinchillanya yang gemuk untuk mengelus bagian belakang bulu halus ibunya. Tuan Bao kemudian menatap putra keempatnya dengan pandangan jijik, dan dengan kejam menolaknya. "Kamu ini sudah besar, masih saja mau minum susu. Apa kamu tidak malu, hah?! Sana berguling minggir sana!" katanya.
Nan Gua merapatkan mulut chinchillanya, lalu berkata 'Oh' yang terdengar tidak terlalu yakin, lalu meletakkan dirinya di tanah dan mulai berguling.
Tuan Bao bertanya-tanya, mengapa putranya mulai berguling-guling di tanah. Entah dia sedang ingin merajuk karena minta minum susu. Jadi dia pun segera bertanya pada anaknya itu, "Apa yang sedang kamu lakukan?"
Nan Gua masih berguling-guling, bahkan terus berguling semakin jauh dari Tuan Bao. Kemudian anak chinchilla kecil itu menjawab dengan polosnya, "Ibu, bukannya kamu menyuruhku berguling? Ya ini aku sedang berguling."
Tuan Bao tertegun. Padahal yang dia maksud berguling olehnya adalah pergi, bukan benar-benar berguling.