Duduklah Di Pangkuanku, Aku Akan Mengajarimu (1)
Duduklah Di Pangkuanku, Aku Akan Mengajarimu (1)
Di samping meja bundar cendana merah, duduk dua wanita yang posenya begitu anggun dan lembut. Satunya, seorang wanita yang seperti Dewi yang luar biasa, yakni wanita yang memiliki wajah cantik dan lembut, dengan mata menggoda bagai serigala penggoda yang sangat memikat hati.
Kemudian, wanita yang satunya tampak seperti bunga lembut yang terlihat sangat anggun, dengan wajah penuh kesombongan dan rasa bangga.
Di atas meja bundar cendana merah itu terdapat piring kristal yang sangat cantik. Ada labirin kristal kecil dengan struktur kompleks di piring kristal tersebut. Di dalam labirin, ada dua manik-manik mutiara Yao Ke kecil, yang satu berwarna merah dan yang satu berwarna biru.
Lan Ruo memegang manik-manik merah dan Murong Mingyue memegang manik-manik biru. Mereka memainkan permainan Yao Ke pembebasan dengan sangat serius.
Permainan Yao Ke adalah permainan manik-manik dalam labirin kristal. Manik-manik siapa yang berhasil lolos dan keluar dari labirin terlebih dahulu, maka dialah yang menjadi pemenang di akhir permainan Yao Ke pembebasan ini.
"Adikku, kamu benar-benar sangat pintar. Kamu bisa melarikan diri hanya dengan beberapa langkah lagi saja, sedangkan punyaku masih jauh dari garis final."
Jemari halus dan putih bagai giok Lan Ruo tampak menepuk keningnya, lalu dia berkata dengan sedihnya, "Huh, Aku juga cari gara-gara saja. Adik, kamu yang begitu pintar ini, kenapa aku malah mengajakmu main dan tidak mencari orang lain saja untuk bermain permainan Yao Ke pembebasan ini."
"Mana mungkin seperti ini? Kakak, kamu terlalu jarang bermain ini. Kalau kakak bermain lebih sering lagi, pasti akan bisa memainkan permainan ini sesantai aku," kata Murong Mingyue merendah.
Begitu Murong Mingyue selesai berbicara begitu, tiba-tiba terdengar suara pria yang begitu anggun dan masuk ke dalam aula. "Wanita cantikku, Murong Mingyue, kalian ini sedang bermain apa?" tanyanya.
Lan Ruo dan Murong Mingyue seketika menoleh dan melihat ke arah sumber suara itu. Kemudian, yang masuk ke dalam pandangan mata mereka adalah Murong Sheng, yang sedang berjalan perlahan dengan jubah naganya untuk menghampiri mereka.
Senyum serigala penggoda Lan Ruo di mata indahnya pun menghilang seketika, dan ekspresinya langsung berubah menjadi wanita lugu dan begitu polos. Putri Chao Yang yang berada di seberangnya, kemudian segera berdiri, lalu tersenyum.
"Kakak kedua, kamu akhirnya selesai juga dengan pertandingan Fengyun Sirius tingkat besar. Jika kamu datang ke sini lebih lama lagi, aku mungkin akan membuat kakak Lan Ruo selir kesayanganmu ini menangis," ucap Murong Mingyue.
Kenapa bicara berlebihan seperti itu? Aku, um... Otakku hanya tidak sepandai kamu saja kok, batin Lan Ruo.
Begitu mendengar ucapan adik ketujuhnya, kemudian Murong Sheng segera mengalihkan pandangan matanya ke satu-satunya wanita yang paling disayangi dan dikaguminya dalam hidupnya. Mata indahnya pun tampak lebih dalam ketika memandangnya. "Lan Ruo tidak usah takut, ada aku," katanya dengan bibir tersenyum dan berjalan menghampiri selir kesayangannya.
"Rajaku," panggil Lan Ruo dengan sedikit melengkungkan bibirnya. Setelah membungkuk dan memberi hormat pada Raja, dia lalu mundur dari tempat duduknya. Setelah itu dia memberikan bantal yang didudukinya kepada Raja, dan mempersilakan Raja memainkan permainan Yao Ke ini untuknya.
Siapapun tidak tahu, setelah Murong Sheng duduk di atas bantal, dia lalu berkata dengan suara yang lembut, "Lan Ruo, duduklah di pangkuanku, aku akan mengajarimu."
Murong Mingyue sudah terbiasa melihat kakaknya yang seorang Raja ini, memperlakukan selir favoritnya seperti itu. Jadi, dia merasa tidak masalah dengan ini, dan hanya diam dengan tenang, lalu kembali duduk ke posisinya semula. Kemudian dia bersiap bermain melawan kakak Raja-nya.
"Raja, tidak perlu. Lan Ruo sangat bodoh, aku tidak mungkin bisa mempelajarinya," kata Lan Ruo yang menolak dengan hangat.
Setelah itu, mata Murong Sheng tiba-tiba menatap Lan Ruo dengan tajam, lalu berkata, "Kemarilah!"
Ucapannya ini tidak begitu keras. Namun Lan Ruo tahu kalau Raja pasti sedang marah. Dia lalu merapatkan bibirnya, dan hanya bisa melangkah maju dengan patuh, kemudian duduk di pangkuan Murong Sheng.
Karena tubuh Lan Ruo yang mungil, maka dia tidak menjadi penghalang pandangan mata Murong Sheng sama sekali. Meskipun seluruh tubuhnya, kini ada di depan Raja itu.
Setelah mencium aroma samar wanita di depannya, mata Murong Sheng kembali melembut. Satu tangannya merangkul pinggang ramping wanita yang ada di depannya. Lalu tangannya yang lain mulai bergerak untuk melawan adik ketujuhnya, yakni Murong Mingyue dalam permainan Yao Ke pembebasan.