Istri Kecilku Sudah Dewasa

Kakak Po, Selamat Pagi (2)



Kakak Po, Selamat Pagi (2)

1"Em, baiklah," jawab Xuanyuan Pofan sambil meletakkan sendok di tangannya, dan merapikan rambut Liuli Guoguo yang tidak rapi, lalu menariknya ke belakang telinga Liuli Guoguo.     

Liuli Guoguo lalu mengunyah dumpling goreng yang renyah dan nikmat, sambil memikirkan sesuatu. Kemudian dia melanjutkan ucapannya, "Kakak Po, Xiao Bao bilang kalau kakak laki-laki cantik suka pengawal ketujuh, benarkah itu?"     

Xuanyuan Pofan seketika tersenyum. Istriku, kamu cepat sekali mengubah topik pembicaraan, ya?! batinnya. Dia lalu mengambil sendoknya lagi, dan memakan bubur jamur putih dengan santai. Kemudian dia masih saja membalas Liuli Guoguo dengan kata 'Em' dengan hangatnya.     

"Benar-benar bagus sekali! Aku dan Xiao Bao sama-sama merasa kalau pengawal ketujuh dan kakak laki-laki cantik sangat cocok sekali! Bagaimana menurutmu Kakak Po?" tanya Liuli Guoguo sambil menggigit dumpling goreng. Dia juga menggoyangkan kaki kecilnya dengan bahagia di bawah kursinya.      

Xuanyuan Pofan menaruh sendoknya. Lalu, mengelap bibir tipisnya dengan tisu, dan menjawab dengan kata 'Em' lagi.     

"Em Em! Benar sekali" kata Liuli Guoguo sambil mengangguk setelah memakan habis dumpling goreng yang ada di dalam mulut kecilnya. Lalu, topiknya lagi-lagi beralih ke topik yang lain.      

"Kakak Po, aku kemarin malam berdiri di samping jendela kamarku untuk memandangi pemandangan di luar sana. Aku melihat..."      

Gadis kecil berbaju merah muda terus saja mengoceh dengan riang sambil melahap dumpling goreng dan menggoyangkan kaki kecilnya. Dan dia juga terus bercerita kepada pria berbaju hitam di sampingnya.     

Walaupun pria berjubah hitam itu tidak banyak menjawab dan bicara, dan kebanyakan hanya merespon dengan kata, 'Em' atau 'Baik' yang begitu sederhana ini. Namun itu sama sekali tidak memengaruhi Liuli Guoguo yang terus saja mengoceh dengan tiada hentinya.     

Selama bertahun-tahun, mereka, pasangan suami istri ini, sudah terbiasa dengan model komunikasi seperti ini. Yaitu, gadis kecil yang terus mengomel dengan manisnya. Sedangkan yang satunya, dengan sabar mendengarkan, dan terkadang tersenyum untuk membalas ucapan gadis itu.     

Cahaya matahari pagi sedikit demi sedikit menyelinap masuk ke dalam kamar mewah ini dari langit tinggi di luar sana. Satu persatu cahaya itu berdempetan, seperti sedang berebutan karena ingin menyinari kamar itu.      

Tampak satu sosok kecil dan besar, yakni si gadis imut dengan mengenakan baju merah muda, dan si pria yang berwajah sangat tampan, dan sedang memakai jubah hitam. Benar-benar pemandangan yang sangat menghangatkan.     

***     

Liuli Guoguo memegang kotak kayu kecil berbentuk bunga pir berisi mutiara Fu Tang. Dia lalu meraih tangan kecil Pao Baobao, dan menariknya untuk berjalan menuju area tingkat tinggi kamar nomor sembilan.     

"Xiao Guo, apa yang kamu pegang? Biar aku saja yang bawakan," kata Pao Baobao yang bertanya dengan rasa ingin tahu yang cukup besar.     

"Oke, ini untuk kakak Yan Wu," jawab Liuli Guoguo sambil menyerahkan kotak di tangannya kepada Pao Baobao.     

"Oh," gumam Pao Baobao tidak banyak bertanya. Dia lalu mengambil kotak itu, dan terus mengikuti Liuli Guoguo ke kamar nomor sembilan. Walaupun dia tak bertanya, namun Liuli Guoguo terus saja bicara kepadanya.      

"Xiao Bao, Kakak Yan Wu itu adalah penggila harta."     

"Oh, hah?! Xiao Guo, barang yang ada di tanganku ini bukan barang yang sangat berharga, kan? Bukan digunakan untuk meminta tabib Yan Wu menyembuhkanku, kan?" tanya Pao Baobao yang baru menyadari semuanya.     

Pao Baobao juga mendengar kisah tentang tabib Dewi di daratan ini. Banyak yang bilang, meskipun tabib Dewi memiliki keterampilan medis yang sangat baik dan terlihat seperti tabib abadi, namun dia sangat mencintai uang.      

Lalu, uang tersebut benar-benar seperti hidupnya sendiri. Ada juga yang bilang kalau tidak ada uang, maka dia tidak mau memeriksa, menyembuhkan, bahkan menyelamatkan orang lain. Namun, Pao Baobao tidak menyangka kalau ini benar.     

"Oh, tidak apa-apa Xiao Bao. Kamu jangan tidak enak, karena kakak Po punya banyak sekali barang seperti ini. Kakak Yan Wu memiliki keterampilan medis yang luar biasa, dan dia pasti bisa menyembuhkan penyakit lamamu ini," kata Liuli Guoguo yang sudah memimpin Pao Baobao sampai ke depan pintu kamar sembilan.     

***     

Kepala Yan Wu masih bersandar di dada empuk dan lembut Zi Rong. Dia masih tidur nyenyak di sana. Begitu mendengar suara ketukan pintu, dia langsung mengerutkan keningnya dengan sedikit kesal. Siapa sih, sepagi ini sudah datang?! batinnya.     

"Nona, hamba pergi dulu untuk membuka pintunya," kata Zi Rong sambil mengelus lembut kepala Yan Wu yang sedang bermalas-malasan.     

Yan Wu dengan malas kemudian menjawab, "Em." Dia lalu mendekatkan tubuhnya ke puncak gunung payudara pelayannya itu. Setelah menyesapnya sebentar, baru dia rela berdiri dari tubuh Zi Rong.      

Dengan wajah yang memerah, kemudian Zi Rong langsung berdiri dan membuka pintunya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.