Istri Kecilku Sudah Dewasa

Si Pelamun, Buka Bajumu (2)



Si Pelamun, Buka Bajumu (2)

1Saat Pao Baobao memikirkan semua ini, suara Yan Wu yang malas dengan jelas terdengar lagi. Dan ini membuat Pao Baobao melamun dan tertegun lagi, "Tabib Dewi, kenapa, kenapa?"​​tanyanya sambil merapatkan bibir.     

"Aku menyuruhmu membukanya, maka buka saja. Banyak omong kosong sekali, sih?!" kata Yan Wu sambil mengambil cangkir tehnya lagi, dan meneguk tehnya. Dia lalu melirik pembakar dupa di atas meja kecil, dan berkata dengan malasnya, "Kamu hanya memiliki empat puluh persen waktu dari dupa itu, loh."     

Pao Baobao juga melihat ke pembakar dupa. Setelah melamun, dia langsung membuka pakaiannya sendiri tanpa mengatakan apapun, karena takut waktu akan habis jika dia ragu-ragu.      

Karena Liuli Guoguo sudah menghabiskan mutiara Fu Tang untuk mengajaknya berkonsultasi mengenai sakitnya ini dengan tabib Dewi. Jadi Pao Baobao tidak boleh menyia-nyiakannya.      

Sedangkan Liuli Guoguo, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya.     

Pao Baobao menghela napasnya dan membatin, Wah, kakak Yan Wu benar-benar penggila harta ya.      

Tidak lama kemudian, Pao Baobao melepaskan baju kuning muda dan juga kain di lapis keduanya. Setelah itu, dia melihat ke arah Yan Wu dengan bodohnya, dengan ekspresi yang seolah berkata 'Tabib Dewi, aku sudah membuka bajuku'.     

Yan Wu tidak bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi bodoh dan polos Pao Baobao. Dia bahkan langsung tertawa terbahak-bahak, "Hahahahaha! Si pelamun, kamu ini belum membuka semuanya! Kamu untuk apa diam begitu?" tanyanya.     

Pao Baobao tidak tahu kenapa tiba-tiba jadi malu. Wajahnya yang selembut bayi itu tiba-tiba memerah. Apa tabib Dewi ini menyuruhku untuk melepaskan baju dalamku?! Uh, mana boleh? batinnya.     

"Si pelamun, ayo cepat buka," kata Yan Wu dengan tidak sabar karena melihat Pao Baobao masih diam dan tertegun.     

"Ini..." ucap Pao Baobao sambil melirik kain yang menutupi bagian dadanya dengan wajah memerah.     

"Si pelamun, lihat itu merah sekali wajahmu. Tidak tahu deh, kamu ini malu karena apa. Kita ini semuanya wanita. Kamu takut apa coba? Sudah jangan bertele-tele, cepat buka bajumu," kata Yan Wu sambil menaruh cangkir teh yang ada di tangannya ke atas meja.     

"Benar sekali, Xiao Bao, tidak apa-apa. Kakak Yan Wu memintamu untuk melepasnya, maka lepaskan saja. Kakak Yan Wu pasti punya dasarnya kenapa dia menyuruhmu melakukan ini. Kamu jangan takut, ada aku di sini," ucap Liuli Guoguo saat melihat Pao Baobao yang ragu-ragu. Jadi, dia melangkahkan kakinya maju untuk menepuk pundaknya dan mencoba membujuknya.      

Pao Baobao merapatkan bibir kecilnya dengan gugup. Kemudian dia menoleh ke arah Liuli Guoguo, lalu mengiyakan. Dia berusaha mengumpulkan keberaniannya, dan melepas pakaian di tubuhnya. Sekarang, yang tersisa di tubuhnya hanyalah satu kain yang menutupi perutnya, dan payudara kecilnya.     

"Si pelamun ..."      

Belum selesai Yan Wu bicara, tapi dia sudah dibuat tertegun sejenak ketika mendengar Pao Baobao yang tiba-tiba memeluk dadanya yang hanya tertutupi oleh satu kain terakhir, dan berkata dengan malu-malu, namun tegas.      

"Tabib dewi, aku tidak bisa melepasnya lagi! Aku lebih baik tidak usah menyembuhkan penyakit ini daripada harus melepas ini!" ucap Pao Baobao.     

Yan Wu semakin tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha! Si pelamun kecil, lihat dirimu. Aku ini bukan laki-laki, apa kamu takut aku memakanmu? Kamu ini tidak punya dada dan tidak punya daging. Jika pun aku seorang pria, aku juga tidak akan mau melihatmu yang seperti ini," ejeknya.     

Wajah mungil Pao Baobao yang selembut bayi langsung berubah dari merah menyala, menjadi merah arang yang dibakar di atas tungku. Jika melemparkan potongan daging di atas wajahnya itu, mungkin saja daging itu bisa langsung matang saking panasnya.     

"Kemarilah," kata Yan Wu sambil melambaikan tangan halus dan lembutnya kepada Pao Baobao.      

Pao Baobao masih diam.     

"Kemarilah, aku harus memeriksa dadamu untuk bisa meracik obat yang cocok untukmu," kata Yan Wu dengan tidak sabar. Dia paling benci gadis yang gugup. Namun, dia benar-benar tidak mengerti kenapa gadis ini harus malu dan melawan untuk membuka bajunya.      

Manusia hidup sekali saja, maka harus menikmatinya dengan baik. Bukankah payudara itu hanya berarti daging perempuan yang lebih banyak sedikit dari pria. Lalu, entah apa yang perlu disembunyikan. Yan Wu benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang.     

"Xiao Bao, jangan takut. Sana pergilah!" kata Liuli Guoguo sambil menepuk pundak Pao Baobao dari belakang untuk menenangkannya.      

Pao Baobao merapatkan bibir kecilnya dengan erat, lalu menyentuh ujung hidungnya. Dengan erat dia menekan dadanya, yang bahkan seperti tidak ada payudaranya. Kemudian dia mengiyakan Liuli Guoguo yang imut, setelah itu menghampiri Yan Wu dengan patuhnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.