Istri Kecilku Sudah Dewasa

Darah Hijau Ajaib (Bagian 1)



Darah Hijau Ajaib (Bagian 1)

3Manisnya cahaya dan juga keindahan palsu telah berlalu. Kesengsaraan dan kegelapan terus berlanjut. Di danau Jing, di malam yang sunyi hanya terdengar derit pintu yang terbuka. Seorang nenek dengan wajah keriputnya, serta punggungnya yang bengkok kemudian masuk ke ruang penyimpanan kayu.     

Pao Baobao yang masih dalam keadaan setengah sadar, mendengar suara yang sangat tidak asing sedang memanggilnya. Dia berusaha membuka matanya, kemudian dia langsung melihat Nenek Ye.      

Pao Baobao sama sekali tidak memiliki kerabat yang tersisa. Begitu juga nenek Ye. Di rumah besar ini, hanya nenek Ye yang menyayanginya, dan menganggapnya sebagai cucu perempuan. Tapi, nenek Ye hanyalah seorang pelayan dapur di kediaman ini.      

Nenek Ye tidak memiliki kekuasaan maupun kekuatan untuk membantu Pao Baobao. Tapi, sapaan samar darinya ini telah memberikan kehangatan untuk lingkungan Pao Baobao yang begitu dingin dan menyakitkan ini.     

"Nenek Ye? Bagaimana kamu bisa ke sini? Keluar, cepatlah keluar. Jika ada yang melihatmu ke sini, kamu nanti pasti akan dipukuli," kata Pao Baobao dengan lemahnya sambil berusaha mendudukkan tubuhnya.     

Nenek Ye kemudian mengeluarkan dua bakpao yang disembunyikan di pakaiannya, membersihkan bakpao itu, lalu menyuapkannya ke mulut Pao Baobao. "Xiaobao, jangan bicara lagi. Mereka semua harusnya sudah tidur dan tidak akan ada orang yang melihatku di sini. Ini cepat makan, aku akan mengoleskan obat ke lukamu. Kalau tidak segera diobati, lukamu malah infeksi kena angin," katanya     

"Ter-terimakasih nenek Ye," jawab Pao Baobao.      

Ketika dicambuk dengan gila-gilaan tadi, Pao Baobao berusaha sebisa mungkin untuk menahan air matanya agar tidak menetes. Tapi sekarang, melihat nenek Ye yang membahayakan dirinya dengan datang ke sini hanya untuk memberinya makan dan mengoleskan obat. Hal itu membuatnya tidak bisa menahan air matanya, dan seketika dia pun menangis terisak.      

Tapi, karena takut kedengaran orang lain, Pao Baobao tidak berani menangis dengan kera. Jadi, dia hanya bisa menenggelamkan wajahnya ke lengannya, untuk menghentikan tangisannya.     

"Sudah,sudah, anak baik, jangan menangis lagi, jangan menangis lagi, ya. Cepat telungkupkan tubuhmu. Aku akan mengoleskan obatnya," kata nenek Ye yang mencoba menenangkan Pao Baobao.      

Pao Baobao mengangguk, lalu dengan cepat menelungkupkan tubuhnya. Jika tidak cepat, dia takut kalau nanti malah akan membuat nenek Ye kembali terlalu malam, dan malah ketahuan yang lain. Dia juga segera memakan bakpao yang dingin dan keras, yang telah diberikan oleh nenek Ye. Lalu memakannya dengan lahap sampai mulutnya sangat penuh dengan bakpao.     

"Pelan-pelan makannya. Bakpao itu sedikit keras, kalau tidak pelan-pelan nanti tersedak," kata Nenek Ye sambil tersenyum dan mengoleskan obat ke punggung Pao Baobao.     

"Nenek, kamu punya uang dari mana untuk membeli obat ini? Bagaimana kamu mendapatkan obat ini?" tanya Pao Baobao sambil menelan bakpao dan menyeka air matanya.      

Mendengar ini, tangan nenek yang mengoleskan obat tiba-tiba berhenti. "Em… Obat ini, dulu aku beli ketika aku terluka dengan uang yang aku simpan sedikit-sedikit. Tapi, untungnya obat ini belum habis sampai sekarang," jelasnya.     

"Oh begitu," gumam Pao Baobao. Dia kemudian memakan bakpao yang kedua, lalu tiba-tiba terpikirkan akan sesuatu. "Oh iya, Nenek Ye, ini untukmu!" katanya. Kemudian dia mengambil sesuatu dari balik lengan bajunya, setelah itu menaruhnya ke tangan nenek Ye.     

"Apa ini?" tanya Nenek Ye ketika melihat permen berwarna merah yang ada di tangannya, seperti permen yang dijual di jalan, tapi juga tidak begitu mirip karena bungkusnya begitu cantik dan rapi. Permen tersebut seperti yang hanya bisa dipunyai oleh para bangsawan dan tokoh hebat.     

"Nenek Ye, itu adalah permen buah. Istri kecil Raja Huayou yang memberikannya padaku!" kata Pao Baobao dengan senyum manisnya. Sekarang, yang muncul di pikirannya adalah sosok Liuli Guoguo yang bermata besar bagai anggur, dengan wajah kecil di balik cadarnya.     

"Apa?" gumam nenek Ye karena terkejut, dan hampir saja botol obat di tangannya jatuh.      

Pao Baobao pun menceritakan semua yang terjadi di sekolah hari ini kepada nenek Ye. Setelah itu, baru nenek Ye bisa percaya apa yang barusan didengarnya. Karena bagaimana pun, Raja Huayou dan istri kecilnya adalah putri dan pangeran kerajaan besar. Keberadaan Raja Huayou dan istri kecilnya bagaikan Dewa untuk orang-orang kecil seperti mereka. Tokoh besar yang tidak akan pernah bisa dicapai sama sekali oleh mereka.     

"Nenek Ye, istri kecil Raja Huayou sangat baik sekali. Dia sama sekali tidak merendahkanku karena statusku yang rendah. Dia mau dan sangat bersedia untuk berteman denganku. Walaupun ada cacat di tubuhnya, tapi aku yakin kalau dia pasti gadis kecil yang paling imut di dunia ini!" kata Pao Baobao sambil tersenyum dan berhenti menangis lagi.     

"Ada cacat di tubuhnya?" gumam nenek Ye.      

Tiba-tiba, pintu ruang penyimpanan kayu ditendang sampai terbuka. Nenek Ye pun langsung menyembunyikan obat yang ada di tangannya kembali ke dalam pakaiannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.