Istri Kecilku Sudah Dewasa

Tampak Indah, Padahal Menyakitkan



Tampak Indah, Padahal Menyakitkan

3Liuli Guoguo menyelinap masuk ke selimut hangat, lalu berbaring. Tapi, tiba-tiba dia menemukan sesuatu yang salah. Mulut kecil itu terbuka dan berteriak, "Cui Le, Ding Xiang, tidak ada bantal kelinci di sini, aku mau bantal kelinciku!"     

Mendengar itu, Cui Le dan Ding Xiang segera masuk ruangan dan membuka tirai manik-manik. Cui Le kemudian berkata, "Nyonya kecil, bantal Raja Huayou juga lembut dan nyaman. Bagaimana kalau Nyonya…"      

Belum menunggu Cui Le selesai bicara, tapi Liuli Guoguo sudah tidak mau dan langsung menendang selimut dari tubuhnya. "Tidak mau. Aku cuma mau bantal kelinciku! Bantal kelinciku!" rengeknya dengan pipi menggembung sambil menaikan alis kecilnya.     

Cui Le dan Ding Xiang khawatir kalau Nyonya kecilnya kedinginan dan masuk angin, jadi mereka segera menyelimutkan lagi selimut itu ke tubuh Liuli Guoguo. "Nyonya kecil, kenapa sukanya selalu menendang selimut, sih? Kebiasaan ini tidak bagus sama sekali," kata Cui Le dengan tidak berdaya.      

Ding Xiang pun juga ikut menambahkan, "Nyonya kecil, anda jangan menendang selimutnya lagi. Kami akan segera ambilkan bantal kelincinya."     

"Em em!" jawab Liuli Guoguo sambil mengangguk. Detik berikutnya, dia berubah jadi gadis yang sangat patuh. Ding Xiang dan Cui Le lalu hanya geleng-geleng kepala saat melihat sikap Nyonya kecilnya ini yang berubah dengan sangat cepat.     

Lalu, setelah keluar dari tirai manik-manik, Ding Xiang dan Cui Le saling memandang. "Ding Xiang, kamu yang pergi sana," kata Cui Le.      

Ding Xiang pun menjawab, "Em… Kakak Cui Le saja yang pergi, nyali… Nyaliku ciut. Kamu kan juga tahu kalau aku..." jawab Ding Xiang.      

Tanpa menunggu Ding Xiang menyelesaikan ucapannya, Cui Le kemudian langsung berkata, "Nyaliku juga tidak besar kok." Lalu, suasana pun jadi hening. Cui Le merapatkan bibirnya, dan Ding Xiang juga mengangkat kepalanya. Pada akhirnya, mereka berdua pun berkata bersamaan, "Kita pergi bersama-sama!"      

Namun, ketika dua pelayan itu sudah memberanikan diri pergi ke bangunan Liuli Guoguo untuk menyelesaikan tugas mereka mengambil bantal tidur kelinci Nyonya kecilnya. Ternyata begitu kembali, Nyonya kecil mereka sudah tidur dengan lelapnya. Wajah kecil yang lembut itu sedang berbaring di bantal brokat yang biasa digunakan Raja Huayou. Mulut kecil itu juga terbuka dan mengeluarkan dengkuran lucu, benar-benar terlihat sangat konyol dan imut.     

Cui le dan Ding Xiang saling memandang, menggelengkan kepala, dan tertawa. Mereka lalu maju dan meletakkan bantal kelinci Liuli Guoguo di sela ranjang itu. Kemudian mereka merapikan dan menyelimuti tubuh kecil itu dengan selimut, setelah itu meniup lilin kamar tersebut.     

Liuli Guoguo dalam mimpinya kini sedang memanyunkan bibirnya kesal. Dia merasa aneh, dia selalu merasa kalau ada monster besar sedang mencium dan menggigit bibirnya, jadi dia pun mengulurkan tangan kecilnya dan berusaha untuk memukul monster itu.      

Xuanyuan Pofan kemudian menangkap dua tangan kecil Liuli Guoguo, lalu memasukkan tangan itu kembali ke dalam selimut. Dia tidak lagi mengganggu tidur istri kecilnya itu, kemudian tersenyum, lalu pergi kembali ke kamar di samping dengan tenang.      

Barusan adalah Xuanyuan Pofan yang lupa diri. Liuli Guoguo masih kecil, jadi dia tidak boleh terlalu terburu-buru begitu.      

Di bangunan kamar Raja Huayou terdengar helaan napas berat berpuluh-puluh kalinya. Dia merasa bagaikan seorang serigala yang di depannya sudah ada kelinci putih, tapi sayangnya dia tidak bisa segera menerkam kelinci itu.     

***     

Di kerajaan Bei Yun yang jauh di sana, sahabat baik Xuanyuan Pofan bernasib tidak berbeda dengannya. Kelihatannya indah, padahal menyakitkan.     

Di kerajaan Bei Yun, bangunan Raja An Yin. Terlihat angan wanita montok yang diikat dengan tali rami di ujung kepala ranjang. Kaki yang ramping dan putih itu juga diikat di ujung ranjang. Di atas tubuh wanita, kini ada seorang pria yang lebih cantik daripada wanitanya, dan sedang menikmati kecantikan tubuh wanita itu yang dianggapnya makanan paling lezat.      

Bibir yang tipis dan sangat indah itu menjelajahi tubuh wanita itu. Dari dua gunung bersalju yang sangat montok di dada, hingga ke perut kecil yang datar. Lalu, meneruskan penjelajahannya ke bibir semerah mawar yang tampak sekali bekas merah dan indah di sana.     

Pengawal ketujuh mengerutkan alis indahnya dan hanya bisa menerima semua ini. Dia tidak menangis, bahkan tidak ribut maupun memaki. Dia sudah mati rasa, ini entah sudah keberapa kali pria bajingan itu melakukan hal seperti ini padanya. Pria itu bahkan juga sudah mengurungnya tiga hari tiga malam.      

Ketika siang hari, pengawal ketujuh tetap tidak bisa keluar dari ruangan itu, meskipun pria itu tidak ada. Setiap malam tiba, pria itu akan mengikatnya dan melakukan apapun yang diinginkannya. Jadi, pengawal ketujuh tidak punya pilihan selain menerima semua perlakuan ini, dan menghemat energinya untuk memikirkan cara, bagaimana bisa pergi dan melarikan diri dari tempat terkutuk ini.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.