Ibu Kota, Selamat Berjumpa Lagi Nanti
Ibu Kota, Selamat Berjumpa Lagi Nanti
Di jalanan ibu kota kekaisaran ini dipenuhi dengan salju putih, terlihat satu rombongan kereta yang salah satunya ada kereta kuda yang sangat mewah. Salah satu tirai kereta yang paling mewah dan sangat bergaya itu tiba-tiba terbuka, Lalu, sebuah kepala kecil dengan wajah yang sangat cantik dan indah itu menjulur dari jendela. Mata bulat itu melirik ke sana dan melirik ke sini sambil memandangi pemandangan di luar jendela.
Ketika Liuli Guoguo datang ke kota ini, dia sedang memikirkan dan tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan dua hewan peliharaannya. Sehingga, dia tidak melihat dengan baik pemandangan yang ada di kerajaan dan kota ini. Kali ini ketika perjalanan pulang ke Penglaizhou, dia baru melihat-lihat dengan cermat kota dan kerajaan ini. Dia menyadari kalau kota ini dan Penglaizhou benar-benar sangat berbeda.
Meskipun ini adalah akhir dari musim dingin dan angin bertiup cukup dingin. Tapi banyak sekali kereta kuda dan berbagai transportasi yang lalu lalang di kota ini. Kota ini benar-benar sangat ramai sekali. Kemudian, yang paling menakjubkan adalah setiap rumah memiliki ketinggian yang tidak terduga dan bentuk dari setiap rumah juga berbeda.
Dibandingkan dengan rumah-rumah yang berjejeran di Penglaizhou, rumah di sini bagaikan gajah besar, sedangkan rumah di Penglaizhou bagaikan kelinci kecil. "Wow! Aneh sekali ya bagaimana bisa begini?" celetuk Liuli Guoguo ketika melihat pemandangan tersebut.
"Liuli Guoguo, apa kamu mau aku membawamu keliling di ibu kota kekaisaran ini?" tanya Xuanyuan Pofan sambil tersenyum ketika memandangi sosok istri kecilnya yang sangat penasaran dan bersemangat saat melihat pemandangan sekitarnya.
Setelah mendengar ini, Liuli Guoguo langsung memasukkan lagi kepalanya ke dalam kereta dan mau langsung menjawab dengan kata 'iya'. Tapi, tiba-tiba dia teringat sesuatu dan akhirnya menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Tidak! Kakak Po, kamu harus segera pulang dan menunggu undangan perlombaan. Jadi, kamu tidak punya waktu untuk bermain-main."
Mendengar ini, sudut bibir Xuanyuan Pofan terangkat, Padahal, jelas-jelas yang mau bermain itu kamu, loh! batinnya. Kemudian dia berkata pada istri kecilnya, "Tidak masalah, menemanimu berkeliling sebentar tidak akan memengaruhi atau mengganggu apa-apa kok."
Liuli Guoguo masih menggelengkan kepala kecilnya dan juga bertolak pinggang. Mulut kecilnya kemudian terbuka dan mulai berkata dengan tegas, "Kakak Po, tidak usah! Nanti tunggu saja ketika aku sudah diterima di perguruan tinggi Xing Yun, baru nanti kita berkeliling dan melihat-lihat kota ini! Aku pasti bisa lulus dan masuk ke perguruan tinggi Xing Yun!"
Xuanyuan Pofan melihat betapa lucu dan imutnya istri kecilnya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat bibirnya dan tersenyum. Lalu, tiba-tiba kepala kecil itu mendekat dan maju ke depannya. "Kakak Po, tunggu aku sampai aku bisa lulus dan masuk ke perguruan tinggi Xing Yun, nanti kamu bawa aku berkeliling di kota ini ya?" tanya Liuli Guoguo penuh harapan di wajahnya.
Perguruan tinggi Xing Yun adalah perguruan atau sekolah pertama di zaman kekaisaran Dong Ying dan bisa dibilang merupakan perguruan tinggi untuk para anak dari berbagai kalangan dan kerajaan. Tidak peduli pejabat tinggi ataupun tokoh-tokoh yang sangat melegenda. Jika mereka mau bergabung dan masuk menjadi murid di perguruan tinggi ini, mereka harus lulus ujian masuknya, bahkan keluarga kerajaan sekalipun tidak terkecuali.
Bisa lulus ujian dan masuk ke perguruan tinggi Xing Yun adalah impian besar Liuli Guoguo, karena ini juga merupakan impian ibunya. Dulu, kakaknya yang tidak lain adalah Liuli Tian tidak lulus ujian masuk perguruan ini. Kakaknya bilang kepada dirinya kalau saat itu ibunya sangat sedih dan cukup kecewa.
Aku sekarang harus bertahan dan menahan diri untuk tidak berkeliling tempat ini dulu. Aku harus belajar dengan giat untuk masuk ke perguruan tinggi Xing Yun. Setelah lulus ujian nanti, barulah aku boleh bermain lagi. Maka dengan begini, motivasiku untuk bisa lulus jadi semakin besar, batin Liuli Guoguo. Dia akhirnya bertekad bulat untuk bisa lulus ujian masuk dan tidak boleh terus bermain.
"Oh? Begitu percaya diri?" tanya Xuanyuan Pofan sambil mengangkat alisnya dan memainkan telinga kecil Liuli Guoguo dengan mencubitinya sampai merah. Agak sulit untuk diterima di perguruan tinggi Xing Yun jika kamu terus saja seperti biasanya. Kamu selalu belajar dengan tidak giat dan malah bermain-main, batinnya.
Sebenarnya dari lubuk hati Xuanyuan Pofan, dia tidak ingin Liuli Guoguo lulus masuk ke perguruan tinggi Xing Yun, karena di sana terlalu banyak aturan. Lalu yang sangat ditakutinya yaitu, dia takut istri kecilnya tidak kuat dengan semua aturan itu. Kemudian dia tidak mau dan tidak ikhlas jika harus berpisah dalam waktu yang lama dengan istri kecilnya.
"Tentu saja! Kakak Po, kamu juga harus percaya padaku!" kata Liuli Guoguo sambil menepuk-nepuk dada kecilnya dengan bangga.
Melihat istri kecilnya yang begitu percaya diri, Xuanyuan Pofan pun kemudian membatin lagi, Meskipun Liuli Guoguo ini selalu suka membuat gurunya marah, tapi pekerjaan rumah yang diberikan gurunya cukup lumayan.
"Iya, iya, iya, aku percaya!" jawab Xuanyuan Pofan sambil tersenyum tak berdaya. Sudahlah, ikhlaskan saja. Karena kebahagiaan Liuli Guoguo adalah yang paling penting, batinnya.
"Kakak Po, ayo janji kelingking! Ketika aku sudah lulus dan bisa masuk ke perguruan tinggi Xing Yun, nanti kita datang lagi ke sini untuk bermain dan berkeliling kota ini bersama-sama, ya?!" kata Liuli Guoguo sambil mengangkat jari kelingking putih kecilnya dan menatap mata Xuanyuan Pofan.
Xuanyuan Pofan kemudian melengkungkan bibirnya, lalu mengangkat jari kelingkingnya yang ramping. Setelah itu dia mengaitkannya ke jari kelingking Liuli Guoguo yang kecil itu.
Cinta yang tak terlihat, terpancar dari dua jari kelingking yang saling mengait. Cinta itu seolah memancar keluar melewati tirai jendela kereta kuda dan berhembus. Menghangatkan dinginnya cuaca di luar, lalu seperti tertulis rangkaian janji yang indah, yakni 'Ibu kota kita akan berjumpa lagi nanti'.