Istri Kecilku Sudah Dewasa

Penuh Kasih dan Tebar Pesona



Penuh Kasih dan Tebar Pesona

2"Ratu, tolong kedepannya kamu jangan menggunakan jepit rambut lagi!" kata Xuanyuan Pofan.      

Ratu masih belum paham dan merespon ketika mendengar ucapan dingin anaknya ini. Tapi, setelah berpikir sejenak, dia baru menyadari dan memahami ucapan anaknya. Tidak menggunakan jepit rambut lagi dalam istilah di sejarah adalah, karena seorang pria akan setia hanya dengan satu wanita dan tidak perlu selir atau wanita mana pun lagi.      

Ratu tahu kalau anaknya tidak mau dijodohkan atau menikah dengan wanita lain. Dia pun semakin lemas dalam dekapan Xuanyuan Poxi, dan di matanya hanya ada keputusasaan.     

Apa aku salah? Aku sangat mencintai anakku dan ingin yang terbaik untuknya. Mana salahnya aku berpikir seperti ini? Xuanyuan Pofan adalah darah dagingku sendiri. Kenapa dia begitu tidak menghormatiku hanya karena gadis pembawa bencana itu?! Bahkan, dia sudah tidak memanggilku ibu Ratu! Ya Tuhan, mana boleh seperti ini! batin Ratu.     

Ratu begitu lemas dan tak bertenaga karena terlalu marah dan terpukul. Walaupun anaknya begitu memanjakan istrinya dan melupakan ibunya. Tapi tetap saja dia tidak tega memaki ataupun memarahi anak kesayangannya. Pada akhirnya, Xuanyuan Poxi yang memapah dan memeluk tubuh lemasnya, lalu mengantarkannya kembali ke bangunan Kun Ning.      

Xuanyuan Poxi benar-benar merasa tidak berdaya. Setiap kali kakak keenamnya menyakiti hati ibunya, yang paling sengsara dan menyedihkan adalah dia. Tapi, kali ini Ratu memang sangat keterlaluan. Liuli Guoguo, gadis itu begitu imut dan sangat baik. Tidak hanya Kakak keenam, bahkan aku sendiri pun jika punya istri seperti Liuli Guoguo, aku pasti juga akan memanjakan dan melindunginya gila-gilaan. Begitu sampai di bangunan Kun Ning nanti, aku harus menasehati Ibu Ratu! batinnya.     

***     

Malam hari,      

Xuanyuan Mingxin dan Liuli Tian tidak berlama-lama lagi di bangunan Gan Qing. Kemudian dia menarik Liuli Tian untuk pergi ke bangunan Jing Ren. Setibanya di bangunan Jing Ren, dirinya berniat untuk membawa Liuli Tian menghadap dan memberi salam kepada ibunya. Tapi sayangnya, dia dihalangi dan dihentikan oleh Pak Wan begitu sampai di depan bangunan.     

"Salam putri keempat, salam Tuan besar Liuli Tian. Ibu Selir sekarang sedang menemani Raja. Silakan besok saja datang kembali," kata Pak Wan.     

Xuanyuan Mingxin melirik ke pintu kamar ibunya, lalu maju ke Pak Wan dan bertanya di telinga Pak Wan dengan suara yang sangat kecil. "Pak Wan, Ayahanda Raja baik-baik saja, kan?"      

Pak Wan menjawab dengan isyarat mata dan mengangkat pundaknya. Xuanyuan Mingxin kemudian mengangguk paham dengan jawabannya.     

Ayahanda Raja ini ya, kalau diibaratkan dengan kata sopan adalah pria yang penuh kasih. Tapi, kalau diibaratkan dengan kata yang sedikit kasar adalah pria yang suka tebar pesona. Cih! Biarkan saja sedih begitu! Aku juga tidak begitu suka dengan Selir Lu dan Selir Meng. Aku dulu juga sangat marah ketika Ayahanda Raja tiba-tiba membawa dua selir itu masuk ke kerajaan ini dan mengangkat mereka jadi selir, yang akhirnya status sosialnya sama dengan ibu, batin Xuanyuan Mingxin,      

Ayah bagaikan orang bodoh karena sudah terpikat dan tergila-gila kepada Selir Meng. Kali ini, sudah pantas sekali kesedihan ini dideritanya. Tapi menurutku, tidak lama lagi, Ayahanda Raja pasti akan pergi keluar dan tebar pesona ke gadis-gadis cantik lain di luar sana, batin Xuanyuan Mingxin lagi..     

Xuanyuan Mingxin pun merangkul lengan Liuli Tian, lalu menariknya ke kamar adik kandungnya. Dia mau menemui adik kandungnya itu untuk menanyai dan memarahinya, karena tidak datang ke Tong Zhou menghadiri pernikahannya. Tapi, siapa juga yang tahu, sekali lagi dia malah dihentikan oleh pelayan.     

"Putri, pangeran bilang kalau dia sudah tidur, jadi tidak bisa menemui putri. Silakan putri kembali ke kamar putri sendiri untuk beristirahat," kata pelayan dengan cemasnya. Pangeran kedua belas dan putri keempat adalah dua orang yang tidak boleh sampai tersinggung dan marah, karena dia yang akan dapat risikonya kalau mereka berdua marah.     

"Adik sial!" umpat Xuanyuan Mingxin sambil maju dengan marahnya ke arah kamar pangeran kedua belas setelah mendengar ucapan pelayan ini. Adik ini kurang ajar sekali! Kenapa dia tidak memberi salam dan menghormatiku dan suamiku?! Bisa-bisanya dia membuat-buat alasan untuk tidak bertemu denganku! Hah, bikin marah saja! batinnya.      

Tapi baru melangkah beberapa langkah, kaki Xuanyuan Mingxin tiba-tiba melayang, dan dirinya sudah berada di pelukan Liuli Tian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.