Kontes Pemberian Nama (Bagian 4)
Kontes Pemberian Nama (Bagian 4)
Liuli Guoguo hanya menggelengkan kepalanya, Telinga kelinci ini tidak putih, empat kaki kecilnya juga tidak putih, ekornya juga tidak putih, pokoknya tubuh si kelinci tidak semuanya putih, batinnya.
"Selanjutnya!" teriak Xiao Denglong.
Fang Ping, pelayan yang bertugas menyapu di bangunan Luo Mei kemudian maju dan berkata, "Tian Xin, yang berarti manis. Si kecil begitu manis untuk Nyonya!"
Liuli Guoguo sekarang sedang menggigit kue plum, dia lalu mengangguk, "Em, lumayan juga. Ding Xiang catat nama itu, Cui Le, beri hadiah!" katanya.
Fang Ping juga mendapatkan hadiah kristal daun kecil, dia sangat gembira sekali.
Duo He, pelayan di bangunan Chi Ming lalu maju dan berkata, "Chi Bao! Yang berarti si makan kecil. Si kelinci memang bertubuh kecil tapi sangat suka sekali makan!"
Ucapan pelayan ini memang tidak keterlaluan, aku juga heran kalau perut kelinciku ini sebenarnya terbuat dari apa. Sekali makan, kelinci itu bisa memakan enam belas wortel dan dua kilo kubis. Disebut si makan kecil itu sudah terlalu sopan, karena seharusnya yang benar disebut si makan besar, besar, besaaarrrr sekali, batin Liuli Guoguo.
"Hahahahha!" para pelayan semuanya tertawa terbahak-bahak, begitu juga Liuli Guoguo. Dia tertawa sampai kue plum di mulutnya menyembur keluar dan mengenai tubuh si kelinci.
Kelinci itu lalu mengibas-ngibaskan tubuhnya, Jijik sekali sih! Kenapa kalau makanku banyak? Kenapa, hah? Aku ini kelinci warna-warni yang langka sekali tahu! Pasti sangat berbeda dengan kelinci biasa yang kampungan, jelek, dan bodoh itu! batinnya.
"Hahahahah! Beri hadiah! Beri hadiah!" kata Liuli Guoguo sambil tertawa terbahak-bahak.
"Selanjutnya!" teriak Xiao Denglong.
"Ji Yang." Liuli Guoguo menggelengkan kepalanya.
"Bu Hei." Liuli Guoguo menggelengkan kepalanya.
"Ke Xin." Liuli Guoguo menggelengkan kepalanya.
"Chuan Chuan." Liuli Guoguo menggelengkan kepalanya.
Kulit jeruk di meja makan semakin lama semakin tinggi tumpukannya. Kue manis di piring juga semakin lama semakin habis. Perut Liuli Guoguo dan si kelinci juga jadi semakin besar dan buncit.
Ding Xiang pun juga mencatat nama di berlembar-lembar kertas, dan Cui Le juga telah memberikan banyak sekali hadiah kristal daun kecil sangat.
***
Matahari akan terbenam, Ge Li pun berpamitan ke Xuanyuan Pofan karena takut sebentar lagi turun salju. Dia berpamitan sambil melirik ke Chun Miao yang kembali dari bangunan Liuli Guoguo, dan kembali berjaga dan melayani.
Chun Miao menyadari tatapan panas yang memandangi tubuhnya, wajahnya memerah tersipu.
"Chun Miao, wajahmu merah sekali? Apa kamu demam?" tanya pelayan di sebelah Chun Miao sambil memegang keningnya. "Eh, tidak demam?" lanjutnya.
Chun Miao segera melepaskan tangan pelayan itu, "He he, tidak demam kok. Hanya… Hanya terlalu panas saja di sini." katanya. Selesai bicara, dia pun terlihat berlari sambil memegangi wajah merahnya.
"Terlalu panas?" tanya pelayan di sebelah Chun Miao tadi sambil mengerutkan keningnya dan melirik ke pemandangan di sekitarnya yang penuh salju, "Panas? Apa kamu yakin?" tanyanya lagi.
***
Ketika makan malam tiba, Xuanyuan Pofan menyuruh pelayan memanggil istri kecilnya untuk makan malam.
Liuli Guoguo tampak mengelus-elus perut buncitnya, lalu melambaikan tangan ke pelayan itu. Setelah itu, dia lanjut memerhatikan kertas di atas meja dengan ekspresi yang sangat serius. Dia sudah bersumpah akan memilihkan nama paling bagus dari rentetan nama di kertas itu. Tapi, dia tidak menyadari kalau dari tadi wajah si kelinci sangat dingin, kesal dan tidak senang.
Pelayan itu melaporkan kondisi tersebut ke Xuanyuan Pofan. Dia pun tersenyum tak berdaya, lalu menyuruh pelayan membawa makan malam ke kamar Liuli Guoguo. Dia lalu berjalan ke kamar Liuli Guoguo untuk makan malam.
Setelah menginjakkan kaki dan masuk ke dalam kamar, Xuanyuan Pofan tersenyum samar ketika melihat ekspresi wajah istri kecilnya yang sangat serius. Bahkan, seriusnya itu melebihi saat istri kecilnya mendengarkan pelajaran dari gurunya.
"Liuli Guoguo." Panggil Xuanyuan Pofan sambil tersenyum.
"Kakak Po!" kata Liuli Guoguo sambil mengangkat kepalanya dan segera berlari ke Kakak Po-nya. Kemudian, dia segera menariknya ke depan meja. "Kakak Po, berikan satu nama juga untuk si kelinci! Eh? Si kelinci mana? Si kelinci kenapa tiba-tiba hilang?" tanyanya.
Liuli Guoguo ingat kalau dirinya meletakkan si kelinci di atas meja dulu, baru setelah itu berlari ke Kakak Po-nya. Tapi, entah kenapa tiba-tiba kelinci itu sudah tidak ada.
Ternyata si kelinci yang sedang berada di suatu tempat itu sedang gemetaran tidak karuan. Tidak salah, ketika Xuanyuan Pofan tadi menginjakkan kaki dan masuk ke dalam kamar, si kelinci langsung bersembunyi.
"Tidak akan bisa melihatku, tidak akan bisa menemukanku," gumam si kelinci.
Xuanyuan Pofan kemudian memerhatikan ke sekitarnya. Dia pun tersenyum ketika pandangan matanya terjatuh ke ekor hitam di bawah ranjang Liuli Guoguo.