Tuan Bisa-bisanya Tertawa Sebahagia Itu (Bagian 2)
Tuan Bisa-bisanya Tertawa Sebahagia Itu (Bagian 2)
Satu tangan Liuli Guoguo tampak menyanggah dagunya, dia sedang memandang ke arah Mo Li yang sedang membantu si kelinci mengenakan baju. Sedangkan tangan satunya sedang dimain-mainkan oleh Kakak Po-nya dengan tangan besarnya. Dia kemudian memandang kesana kemari, dan tiba-tiba terpikirkan akan sesuatu.
Tangan kanan Xuanyuan Pofan sedang memegang sendok, dan makan bubur pelan-pelan. Sedangkan tangan kirinya tampak mencubit-cubit dan memainkan tangan mungil milik Liuli Guoguo. Tapi, tiba-tiba tangan mungil di tangan kirinya menghilang begitu saja.
"Kakak Po, aku tahu! Aku tahu!" kata Liuli Guoguo sambil melompat dari bangku dengan wajah yang berseri-seri.
"Em? Tahu apa?" tanya Xuanyuan Pofan sambil menatap penasaran ke Liuli Guoguo yang sangat bahagia dan bersemangat itu.
Liuli Guoguo lalu berdiri ke depan Xuanyuan Pofan, kemudian merangkulkan tangan mungilnya ke leher Xuanyuan Pofan dan berkata, "Aku tahu nama yang bagus untuk si kelinci!"
"Bukannya sudah ada banyak, ya?" tanya Xuanyuan Pofan sambil melepaskan rangkulan Liuli Guoguo, lalu melirik ke lembaran kertas di meja.
Liuli Guoguo menggelengkan kepalanya, dia tampak membantah dengan berkata, "Semua itu tidak terlalu bagus!"
"Kamu menemukan sendiri nama bagus untuk si kelinci?" tanya Xuanyuan Pofan sambil menarik hidung Liuli Guoguo.
"Em, em!" gumam Liuli Guoguo dengan berputar, lalu berjalan ke depan meja mahoni yang di atasnya ada si kelinci yang mengenakan tiga lapis baju musim dingin. Setelah itu, dia berkata dengan serius, "Kakak Po, coba kamu lihat dia, gemuk dan bundar sekali, kan?" tanyanya sambil menggunakan dua lengan kecilnya untuk dilingkarkan ke tubuh gemuk si kelinci.
"Iya."
"Bulunya menggumpal terlihat bundar, kan?"
"Iya."
"Bulunya seputih bantalan kapas tampak bundar, kan?"
"Iya."
"Kecil mungil tampak bundar, kan?"
"Iya... Emm." jawab Xuanyuan Pofan sambil mengangguk lagi dan lagi.
Setelah Xuanyuan Pofan mengiyakan beberapa kali, Liuli Guoguo pun terlihat menekan-nekankan ke kepala si kelinci dengan telunjuknya dan berkata, "Jadi… namanya Tuantuan yang berarti bundar!" Wajah kini terlihat serius dan tampak sangat berseri-seri bahagia.
Cih! Cih! Cih! batin si kelinci. Jantungnya terasa berdebar karena emosi, Tunggu saja kalau kekuatan spiritualku kembali. Aku akan memberitahu gadis bodoh ini. Aku ini kelinci warna-warni yang sangat langka. Aku ini punya nama tahu! Namaku adalah Yin! Ni! Huwaaaaaahhh! Aku tidak mau punya nama Tuantuan! Tidak mau! Tidak mau! batinnya dengan marah..
Semua yang ada di sana tercengang, Seharian sibuk mencari nama, malah Nyonya kecil sendiri yang memberikan nama untuk si kelinci. Apalagi nama ini... Hahahahhahaha… Lucu sekali… Tapi tidak apa sih, karena alasan kontes pemberian nama si kecil, kita semua para pelayan di sini jadi senang. Apalagi dapat kristal daun kecil, menyenangkan sekali pokoknya, batin salah satu pelayan.
Xuanyuan Pofan lalu melihat si kelinci yang wajahnya tampak sangat putus asa dan kesal, dia pun kemudian tertawa terbahak-bahak, "Hahaha, Liuli Guoguo, kamu kok bisa begitu imutnya sih." katanya. Tawanya ini langsung membuat semua pelayan yang ada di sana terkejut dan tercengang.
Tuan bisa-bisanya tertawa seriang itu?! Ini sangat, sangat, sangat langka sekali! batin pelayan.
"Bagaimana Kakak Po, bagus tidak? Bagus tidak?" tanya Liuli Guoguo yang sudah tidak tahan untuk segera mendapatkan pujian dari Kakak Po-nya.
Xuanyuan Pofan kemudian meremas pelan tangan mungil Liuli Guoguo, lalu menariknya kembali ke bangkunya, dan dia pun mengiyakan, "Bagus kok." katanya.
Cih! Gumam si kelinci. Rasanya jantung di tubuhnya mau menyemburkan darah saja.
***
Setelah itu, si kelinci bertekad dan bersikeras untuk tidak makan dan membuat dirinya kelaparan selama tiga hari sebagai bentuk perlawanan atas ketidaksukaannya dengan nama itu.
Saat ini Liuli Guoguo tampak mengerutkan keningnya, dia pun akhirnya jadi tidak bernafsu untuk makan. Dirinya pun panik, lalu memanggil beberapa tabib terkenal dan peracik obat untuk memeriksa si kelinci.
Para tabib itu senang sekali bisa bertemu dengan Nyonya kecil dan juga kelinci warna-warni yang sangat langka di waktu yang bersamaan. Tapi sayangnya, setelah itu ekspresi wajah mereka pun berubah tampak tak berdaya.