Bos Mafia Playboy

Pernikahan Yang Beresiko



Pernikahan Yang Beresiko

0Rizal Hartanto dan juga anak laki-lakinya berniat untuk melihat kondisi Eliza. Sudah dua hari wanita itu berada di rumah sakit. Entah karena alasan apa, seorang pria seperti Martin mau menemani Eliza selama di rumah sakit.     

"Bagaimana bisa kamu berpikir sebuah pernikahan seperti permainan saja bagimu?" celetuk Rizal Hartanto pada seorang wanita yang masih berdiri di sebelah Martin.     

"Tidak ada permainan yang ingin aku lakukan, Pa. Aku benar-benar serius dalam hubunganku dan Martin," tegas Eliza pada seorang pria yang selama ini sudah bersusah payah menjaganya.     

Hakim senior itu tersenyum kecut mendengar jawaban Eliza. Tentunya dia tak pernah melupakan, bagaimana kegilaan anak perempuannya saat mengejar Brian Prayoga. Bahkan wanita itu melakukan banyak hal yg jauh lebih ektrim lagi dari itu.     

"Bahkan ... kamu juga mengatakan hal yang sama saat mengejar Brian Prayoga." Sebuah balasan yang sangat telak dilontarkan oleh Rizal Hartanto pada anak perempuannya.     

Seketika itu juga, seluruh pasang mata menatap tajam seorang Eliza Hartanto. Seakan mereka semua sedang berusaha untuk menelanjangi kekasih dari Martin itu. Tak ada yang berani menyanggah perkataan itu, jelas-jelas mereka semua telah mengetahui kisah kasih tak sampai antara Eliza Hartanto pada Brian Prayoga.     

Eliza merasa sangat dipermalukan oleh ayahnya sendiri. Namun ... segalanya memanglah benar. Dulu, ia benar-benar begitu gila untuk mengejar seorang pria yang sama sekali tak peduli padanya. Bahkan sampai menjebak Brian sekalipun, pria itu sama sekali tak berniat untuk bersamanya walaupun hanya sebentar saja.     

"Tidak bisakah Papa menyimpan aib itu untuk diri sendiri?" Eliza menjadi sangat kesal pada ayahnya sendiri. Bagaimana seorang ayah bisa begitu mempermalukan anaknya? Dengan berat hati, wanita itu berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Berusaha untuk terprovokasi atas ucapan ayahnya.     

"Setidaknya ... kekasihmu harus mengetahui segala keburukan dan juga aibmu itu," terang Rizal Hartanto lalu memandang sosok pria yang tampak sangat begitu peduli pada anak perempuan kesayangannya.     

Merasakan suasana semakin memanas dan juga begitu menegangkan, Martin pun berpikir untuk mendinginkan suasana di dalam ruangan itu. Dia tak ingin hubungan ayah dan anak itu semak memburuk. Dalam hati, Martin juga masih sangat penasaran ... bagaimana seluruh bukti bisa selamat padahal mobil mereka terbakar habis.     

"Tuan Rizal Hartanto tak perlu mengkawatirkan hal itu. Saya sudah cukup mengetahui betapa buruknya Eliza di masa lalu. Bahkan saya sendiri juga sudah mendengar jika Eliza pernah memberikan obat perangsang pada Brian Prayoga. Hal itu sama sekali tak merubah perasaanku kepadanya," tegas Martin atas kesungguhan hatinya dalam mencintai Eliza Hartanto. Pria itu justru mengatakan sebuah kebenaran yang ternyata tak diketahui oleh hakim senior itu.     

"Apa! Jadi jadi Eliza telah melakukan hal serendah itu?" Dalam wajah yang merah padam karena menahan amarah, Rizal Hartanto menatap tajam anak perempuannya. Dia tak pernah membayangkan jika Eliza bisa melakukan hal segila itu.     

Dengan langkah yang penuh keraguan, Eliza mendekati ayahnya lalu memeluk lengan kekar seorang Rizal Hartanto. Dia sangat sadar jika perbuatannya di masa lalu benar-benar sangat memalukan keluarga Hartanto. Untung saja, hal itu sama sekali tidak tersebar kemana-mana. Hanya Brian dan juga beberapa orang dekat saja yang telah mengetahui kejadian itu. Bahkan Johnny Hartanto juga baru mengetahuinya saat Brian mendatangi Eliza di rumah beberapa waktu lalu.     

"Maafkan Eliza, Pa. Saat itu .... Aku sangat frustasi lalu melakukan hal bodoh itu tanpa berpikir apapun lagi. Sekarang aku hanya bisa menyesali kejadian itu dan segalanya tak mungkin ku putar kembali," sesal Eliza atas segala kebodohan yang juga kegilaannya di masa lalu.     

Melihat dan juga mendengarkan penyesalan dari anaknya, Rizal Hartanto tak mampu memikirkan apapun lagi. Segala yang terjadi benar-benar di luar perkiraannya. Pria itu tak mungkin lagi memikirkan seorang pria yang jauh lebih baik dari Martin. Di saat Eliza berada di titik terburuk di dalam hidupnya, Martin dengan segala ketulusan dan juga cintanya mau menerima wanita itu.     

"Papa akan menyetujui pernikahan kalian. Kupikir ... tak ada pria lain yang sebaik dan juga sehebat Martin yang bisa menerima segala kegilaan dari masa lalumu." Rizal Hartanto memberikan restu pada pria dan wanita itu untuk mengikat janji pernikahannya.     

"Terima kasih, Pa! Aku akan segera menyiapkan segala persiapan untuk pernikahan kami. Dan satu lagi, Pa .... Aku mau pernikahanku digelar bersamaan dengan pernikahan Vincent dan Laura." Eliza tampak bersemangat untuk mengatakan hal itu pada ayahnya. Dia sudah tak sabar untuk segera menikah dengan Martin.     

Rizal Hartanto masih belum yakin dengan perkataan anak perempuannya. Bagaimana bisa dua pernikahan dilangsungkan secara bersamaan? Dia yakin jika kabar itu pasti akan menggemparkan seluruh negeri. Mengingat hal itu menyeret Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra secara langsung.     

"Jika kalian ingin mengadakan sebuah pernikahan secara bersamaan, resikonya akan sangat tinggi. Apalagi jika kabar pernikahan kalian sampai tersebar ke seluruh negeri." Rizal Hartanto tak bisa menutupi kekhawatirannya akan hal itu. Terlalu banyak hal yang membuatnya harus mempertimbangkan rencana pernikahan itu.     

"Apa maksud, Papa?" tanya Eliza dalam wajah yang sudah sangat penasaran.     

Bukannya langsung memberikan jawaban, Rizal Hartanto justru memandang Martin dengan penuh arti. Pria itu sengaja melemparkan isyarat pada seorang pria yang sebentar lagi akan menjadi menantunya. Dia cukup yakin jika Martin adalah sosok pria yang tepat dan terbaik untuk anak perempuannya itu. Setidaknya Rizal Hartanto mengetahui jika Martin adalah orang kepercayaan dari Adi Prayoga. Hal itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya, mengingat siapa sosok Adi Prayoga bagi dirinya.     

"Tanyakan saja pada calon suamimu! Papa ada urusan penting yang tak bisa kutunda." Rizal Hartanto bergerak menuju pintu bersama dengan Johnny Hartanto yang berjalan di belakangnya.     

"Tunggu, Tuan Rizal Hartanto!" panggil Martin pada sosok hakim yang sangat disegani oleh semua orang.     

Pria tua itu langsunng menghentikan langkahnya lalu berbalik badan memandang calon menantunya. Rizal Hartanto bisa melihat jika Martin ingin menanyakan sesuatu yang tampak sangat penting.     

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu! Aku tak suka mendengarnya," celetuk Rizal Hartanto dengan wajahnya yang sangat serius.     

"Maaf, Om ... " sesal Martin.     

"Apalagi panggilan itu!" protes ayah dari Eliza itu, seakan benar-benar tak suka mendengar Martin memanggilnya seperti itu.     

Martin tentunya semakin bingung dan sedikit takut karena calon ayah mertuanya menunjukkan wajah yang sangat dingin dan juga kaku terhadapnya. Dia tak mungkin melakukan tindakan gegabah yang bisa merugikan hubungannya dengan Eliza.     

"Lalu .... Bagaimana aku harus memanggil Anda? Saya benar-benar tidak mengetahui sebuah panggilan yang lebih baik dari itu." Baru kali ini jantung Martin seakan ingin meledak menghadapi seseorang. Di hadapkan dengan musuh saja, Martin sama sekali tak secemas itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.