Penculikan Imelda
Penculikan Imelda
Wanita itu tersenyum lebar, saat membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke dalam ponselnya. Imelda lalu bangkit dari tempat duduknya untuk meninggalkan ruangan itu.
"Ada apa, Dokter Imelda? Sepertinya Anda tampak sangat bahagia begitu membaca sebuah pesan yang baru saja masuk." Sang dokter tentunya sangat penasaran pada ekspresi bahagia yang diperlihatkan oleh Imelda.
"Bukan apa-apa. Suamiku sudah menunggu di atap gedung rumah sakit. Ia mengatakan jika mempunyai kejutan untukku," jawab Imelda pada rekan dokternya.
Imelda pun pamit untuk menyusul suaminya ke atap gedung rumah sakit. Ia sudah sangat tak sabar dengan sebuah kejutan yang telah disiapkan oleh Brian.
Dalam langkah yang begitu bersemangat, wajah yang sangat berbinar ... Imelda masuk ke dalam lift untuk menuju ke tempat di mana suaminya berada. Ia tak pernah menyangka jika Brian diam-diam telah membuat sesuatu yang begitu romantis untuknya.
Sepanjang langkahnya, Imelda hanya membayangkan sesuatu yang indah-indah saja. Ia sama sekali tak memikirkan hal lainnya selain sebuah kejutan manis dari Brian.
Tak berapa lama, pintu lift terbuka. Imelda sudah sampai di atap gedung rumah sakit peninggalan ibunya itu. Wanita itu cukup terkejut dan takjub, saat melihat helikopter yang sudah mendarat di sana.
'Inikah kejutan dari Brian?' Imelda hanya bisa bertanya di dalam hatinya. Ia tak menyangka jika suaminya itu bisa menyiapkan sesuatu yang tidak terduga. Wanita itu semakin tak sabar untuk melihat helikopter dengan jarak dekat.
Tanpa keraguan sedikit pun, Imelda mendekati helikopter itu. Ia berpikir jika Brian pasti sudah menunggu bersama sang pilot.
Imelda semakin mendekat dan melangkah lagi hingga sangat dekat. Bahkan ia bisa merasakan suara bising dari mesin belum dan juga getaran yang begitu terasa di sekitar tempat itu.
Namun, belum juga ia melihat seseorang yang berada di dalam helikopter, tiba-tiba saja ... seseorang membekap mulut dan hidungnya dari belakang. Imelda tak sempat melawan karena kesadarannya begitu cepat menghilang.
"Lakukan sesuai rencana kita!" perintah Natasya pada seorang pria yang sudah dibayarnya untuk membantunya melakukan banyak kejahatan.
Helikopter itu langsung meninggalkan atap gedung rumah sakit. Di saat yang sama, Natasya bergegas menuju turun dari sana. Ia pun berjalan menuju ke sebuah lift untuk meninggalkan atap rumah sakit itu.
Di saat Natasya akan meninggalkan gedung rumah sakit itu, tanpa sengaja ia bertemu dengan Brian.
"Mama masih di sini?" tanya Brian pada seorang wanita yang terlihat sangat senang saat hendak keluar dari rumah sakit.
"Mama baru saja ke toilet. Itu teman Mama sudah datang, sampai jumpa lagi, Brian." Begitu entengnya, wanita itu mengatakan sebuah kebohongan pada anak semata wayangnya. Natasya lalu masuk ke dalam sebuah mobil yang terlihat sedang menunggu dirinya.
Sampai saat itu, Brian sama sekali tak menaruh kecurigaan apapun kepada ibunya. Ia pun langsung masuk ke dalam rumah sakit dengan membawa beberapa minuman yang sudah dipesan oleh Imelda.
Begitu sampai di depan ruangan sang dokter kandungan, Brian pun masuk dan tak melihat Imelda di dalam sana.
"Di mana istri saya, Dok?" tanya Brian dalam wajah penasaran.
Dokter itu langsung bangkit dari tempat duduknya dalam wajah yang sangat panik. Jelas-jelas Imelda mengatakan akan menemui suaminya. Namun yang terjadi sama sekali tak sesuai dengan kenyataan.
"Bukankah Anda meminta Dokter Imelda ke atap gedung rumah sakit?" Dokter itu bertanya dalam wajah bingung dan sangat cemas.
"Apa maksud, Dokter? Aku sama sekali tak mengirimkan pesan ataupun menghubungi Imelda hari ini." Brian terlihat kalut karena ada banyak kejanggalan di sana. Ia pun menaruh beberapa minuman itu di meja lalu berlari ke arah lift yang tak jauh dari ruangan sang dokter kandungan.
Begitu sampai di atap gedung rumah sakit, Brian sama sekali tak melihat seorang pun di sana. Ia pun semakin panik karena tak bisa menemukan istrinya. Dengan langkah yang cepat, Brian berusaha memeriksa sekeliling tempat itu. Ia sama sekali tak menemukan keberadaan Imelda ataupun jejak istrinya.
Brian berpikir untuk ke ruang keamanan untuk memeriksa kamera pengawas. Namun sebelum ia masuk ke dalam lift, ia menemukan sebuah botol aneh yang berada di dekat dinding.
"Bukankah ini .... " Brian tak melanjutkan ucapannya. Ia bergegas masuk ke dalam lift dengan membawa botol kaca yang tampak sangat mencurigakan itu.
Saat pintu lift terbuka, Brian berlari secepat mungkin untuk mengetahui botol aneh yang dibawanya. Hingga tanpa sengaja, ia menabrak seseorang dengan baju dokternya.
"Maaf, Dokter. Saya tidak sengaja," ucap Brian sembari membungkukkan badan karena merasa bersalah telah menabrak seseorang di depannya. Ia bahkan sama sekali tak menatap wajah seseorang yang hampir terjatuh karena dirinya.
"Brian! Apa yang kamu lakukan di sini?" Ternyata seorang dokter yang baru saja ditabrak oleh Brian adalah Laura, kekasih dari kakak iparnya.
Seketika itu juga, Brian mengangkat wajahnya dan memandang sosok wanita yang sangat dikenalnya.
"Laura! Apa kamu bisa memeriksa isi di dalam botol ini?" Dengan panik dan tangan gemetar, Brian memberikan sebuah botol kaca yang ditemukannya di atap gedung rumah sakit.
Laura mulai membaca dan juga memperhatikan botol yang sudah berada di tangannya. Ia cukup terkejut atas yang dilihatnya saat itu.
"Dari mana kamu mendapatkannya, Brian? Ini adalah obat bius hirup yang bisa membuat seseorang langsung kehilangan kesadaran dalam beberapa detik saja," jelas Laura dalam wajah penuh tanya. Ia penasaran dengan sebotol obat bius yang dibawa oleh Brian.
"Sepertinya seseorang telah menculik Imelda. Aku harus memeriksa kamera pengawas di rumah sakit ini. Tolong kamu hubungi papaku!" Brian berlari terburu-buru ke ruang pengawas. Ia harus memeriksa seluruh kamera di setiap penjuru rumah sakit.
Laura pun juga langsung menghubungi Adi Prayoga untuk mengabari berita buruk itu. Setelah itu, ia mencoba untuk menghubungi Vincent. Sayangnya pria itu tak bisa dihubungi. Kebetulan sekali, kekasihnya itu sedang berada di pinggiran kota untuk melakukan sebuah misi rahasia.
"Saya ingin memeriksa rekaman kamera pengawas di setiap sudut rumah sakit ini," ucap Brian pada seorang pria yang berjaga di ruang kamera pengawas.
Tanpa banyak kata, petugas itu langsung mempersilakan Brian untuk memeriksa setiap rekaman kamera pengawas yang ada di hadapannya. Ia tahu jika lelaki itu memiliki hubungan khusus dengan pemilik rumah sakit.
"Di mana kamera di atap gedung rumah sakit?" tanya Brian.
Pria itu menunjukkan kamera yang memperlihatkan atap gedung rumah sakit. Namun ada kejanggalan dalam rekaman itu.
Happy Reading