Obat Bius
Obat Bius
"Untuk apa meminjam ponselku ponselku, Ma?" Brian hanya ingin memperjelas alasan ibunya meminjam ponsel.
"Tentu saja untuk menghubungi teman Mama, Brian. Begitulah jawaban Natasya pada anak laki-lakinya. Wanita itu mengumbar senyuman lembut di wajahnya. Seolah ia sedang berusaha untuk membujuk anak semata wayangnya itu.
Tanpa berpikir lagi, Brian pun memberikan ponselnya pada Natasya. Wanita itu tersenyum dengan penuh arti pada anak kandungnya itu.
Tampak Natasya sedang menuliskan pesan pada seseorang. Tak lama setelah itu, ia mencoba untuk menghubungi seseorang. Dengan gayanya yang elegan, Natasya memegang ponsel milik Brian dan mendekatkan di telinganya.
"Aku sudah di depan rumah sakit. Bisakah kamu segera datang menjemput aku?" Begitulah percakapan Natasya dengan seseorang yang ada di ponselnya. Wanita itu tersenyum penuh arti sebelum mengakhiri panggilan itu.
Brian cukup penasaran dengan seseorang yang berbicara dengan ibunya. Namun ia tak mungkin memaksa ibunya untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Terima kasih, Brian. Silahkan lanjutkan apapun yang akan kamu lakukan." Natasya mengembalikan ponsel milik anaknya ia sangat tahu jika Brian sedang terburu-buru untuk ke suatu tempat.
"Aku pergi dulu, Ma," pamit Brian lalu berjalan cepat menuju ke sebuah restoran di samping rumah sakit. Ia tak ingin istrinya itu menunggu terlalu lama.
Sambil berjalan, Brian sengaja memeriksa ponselnya. Namun tak ada catatan pesan atau panggilan yang sudah dilakukan oleh ibunya. Ia sangat yakin jika wanita yang sudah melahirkannya itu telah menghapus seluruh pesan dan juga panggilan yang baru saja dilakukan.
Di sisi lain, Natasya melihat anaknya sudah semakin menjauh dan tak terlihat lagi. Ia pun kembali masuk ke dalam gedung rumah sakit lalu berjalan menuju ke sebuah lift di dalam gedung. Tanpa berpikir ataupun membuang waktu, Natasya menekan rooftop gedung rumah sakit. Entah apa yang akan dilakukan oleh wanita itu.
Begitu pintu lift terbuka, Natasya langsung keluar dan memeriksa sekeliling tempat itu. Ia sedang memastikan jika apa yang akan dilakukannya sama sekali tak diketahui oleh orang lain.
Begitu memastikan keadaan, Natasya pun mengambil ponsel dari dalam tasnya. Kemudian ia menghubungi seseorang dengan ponselnya itu. Ternyata, wanita itu hanya membohongi anaknya sendiri. Jelas-jelas baterai ponselnya masih tersisa.
"Aku sudah berada di atap gedung rumah sakit." Natasya kembali memasukkan ponsel miliknya lalu berjalan ke tengah-tengah area tempat itu.
Di atap itu tersedia helipad yang bisa digunakan untuk mendaratkan sebuah helikopter di saat-saat darurat. Dengan wajahnya yang terlihat tegang, Natasya berjalan mengelilingi atap gedung itu. Seolah ia sedang mencari atau memastikan sesuatu di atas sana.
Tak berapa lama, datanglah sebuah helikopter yang mendarat di atap gedung rumah sakit. Dari sanalah keluar seorang pria bertubuh tinggi besar yang langsung berjalan ke arah Natasya. Pria itu tersenyum tipis pada seorang wanita yang berdiri tak jauh dari tempat helikopter itu mendarat.
"Di mana target kita kali ini?" tanya pria itu pada Natasya.
"Sabar sebentar, Yudha Fabian. Lebih baik kamu bersembunyi saja dulu. Aku sudah menyiapkan obat bius untuk melumpuhkan wanita itu," terang Natasya pada sosok pria tinggi besar yang tak lain adalah Yudha Fabian.
Ada respon terkejut yang ditunjukkan oleh Yudha Fabian pada wanita di hadapannya. Ia tak menyangka jika seseorang yang menjadi target kejahatannya kali ini adalah seorang wanita.
'Apa kesalahan wanita itu hingga Natasya ingin menghabisinya?' batin Yudha Fabian atas jawaban yang baru saja dikatakan oleh Natasya.
"Apa kamu takut, Yudha Fabian? Apakah nyalimu tiba-tiba menciut?" Natasya sengaja meremehkan Yudha Fabian yang tampak ragu setelah mendengar jawabannya. Wanita itu bisa melihat segala perasaan aneh yang tak mungkin bisa ditutupi oleh seorang pria yang bisa melakukan apapun demi uang.
Sontak saja, Yudha Fabian terkekeh mendengar cibiran dari mulut Natasya. Ia tak menyangka jika mulut wanita itu begitu tajam dan langsung menusuk jantungnya.
"Kamu terlalu meremehkan aku, Natasya! Jelas-jelas kita sudah berbisnis cukup lama. Mengapa baru sekarang kamu mencibir diriku?" Rasanya Yudha Fabian merasakan harga dirinya harus ternoda oleh seorang wanita yang sudah cukup lama berbisnis dengannya. Ia banyak melakukan kejahatan hanya untuk memuaskan hasrat Natasya.
Yudha Fabian tak pernah melupakan, sebuah kejahatan yang telah dilakukan oleh Natasya. Dan ia dibayar untuk membereskan kekacauan itu. Andai dia mau, Yudha Fabian tentunya memiliki banyak bukti-bukti kejahatan dari mantan istri dari sang bos mafia, Adi Prayoga.
Sangat jarang Yudha Fabian terlibat langsung dengan kejahatan yang dilakukan oleh Natasya. Ia memerintahkan beberapa anak buahnya untuk melaksanakan sebuah misi yang cukup berbahaya baginya. Terlebih, semua orang yang telah diusik oleh Natasya adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat dan tentunya sangat dikenalnya.
"Tidak biasanya kamu menunjukkan keraguan di dalam dirimu. Hanya itu alasanku, Yudha Fabian." Natasya menarik tangan pria itu dan memaksanya untuk bersembunyi di belakang dinding.
Pria itu menyorotkan tatapan tajam dan penuh tanya pada Natasya. Seolah ia menuntut Natasya untuk memberikan penjelasan atas tindakannya itu. Namun wanita itu sama sekali tak menjelaskan apapun kepada dirinya.
Hingga tak berapa lama, tampak seorang wanita cantik yang keluar dari pintu lift. Sayangnya, Yudha Fabian tak bisa melihat jelas karena wanita itu berjalan membelakanginya.
"Siapa wanita itu?" tanya Yudha Fabian dengan suara lirih dan hampir tak terdengar oleh lawan bicaranya.
"Wanita itulah yang harus kamu bawa sesuai rencana kita. Lakukan semuanya dengan benar, jangan ada kesalahan sedikit pun!" tegas Natasya pada seorang pria yang telah dibayarnya untuk melakukan beberapa tindakan yang berbahaya.
"Ini obat bius untuk melumpuhkan wanita itu." Natasya memberikan sebuah sapu tangan yang mengandung obat bius untuk membuat wanita itu kehilangan kesadarannya.
Meskipun cukup ragu, Yudha Fabian akhirnya bergerak ke arah wanita yang mencoba mendekati helikopter yang sudah siap untuk terbang. Bahkan suara bising dari mesin helikopter ini membuat wanita itu tak menyadari langkah Yudha Fabian.
Hal itu tentunya menjadi keuntungan tersendiri bagi pria bayaran itu. Dengan sedikit gerakan dan dalam waktu yang singkat, Yudha Fabian berhasil membekap hidung dan mulut wanita itu hingga tak sadarkan diri. Sesuai instruksi dari Natasya, Yudha Fabian membawa wanita itu masuk ke dalam helikopter.
Natasya langsung mendekat di saat helikopter itu akan kembali mengudara. Ia harus mengeluarkan sebuah perintah agar pria itu tak melakukan kesalahan apapun.
"Lakukan sesuai rencana kita!" perintah Natasya pada Yudha Fabian.
Tanpa memberikan jawaban, Yudha Fabian menyuruh sang pilot untuk segera meninggalkan atap gedung rumah sakit itu.
Happy Reading