Keanehan Dalam Kamera Pengawas
Keanehan Dalam Kamera Pengawas
Ia pun memulai memeriksa rekaman itu. Dan ternyata benar ....
"Sepertinya ada kerusakan di kamera pengawas pada atap gedung rumah sakit, Pak," jelas pria itu dengan cukup menyakinkan.
"Sial! Mereka pasti sengaja melakukannya." Brian pun langsung keluar dari sana dan mencari keberadaan Laura. Ternyata wanita itu sedang berbicara dengan ayahnya dan juga Davin Mahendra yang memperlihatkan kecemasan di wajahnya.
Brian menghampiri mereka semua dalam kepanikan yang tak berkurang sedikit pun. Ia terlihat sangat frustrasi karena tak bisa menemukan istrinya.
"Sepertinya Imelda diculik, Pa! Aku tak bisa menemukannya di mana pun. Padahal dokter kandungan itu mengatakan jika Imelda pergi ke atap setelah menerima sebuah pesan dariku. Padahal aku sama sekali tak mengirimkan pesan apapun padanya." Brian mencoba menjelaskan semua yang diketahuinya. Ia benar-benar tak bisa memikirkan apapun tentang keberadaan Imelda.
Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra saling memandang satu sama lain. Mereka melemparkan sebuah isyarat dan juga pertanda jika hal buruk sedang terjadi.
"Adakah seseorang yang menyentuh ponselmu saat Imelda pergi ke atap gedung?" tanya Davin Mahendra pada menantunya.
"Tunggu, Pa. Tadi Mama Natasya bertemu denganku dan meminjam ponsel untuk menghubungi temannya. Tapi Mama menghapus pesan dan catatan panggilannya." Brian baru ingat jika ibunya tadi sengaja meminjam ponselnya.
"Sudah sangat jelas, siapa yang kembali berulah saat ini," celetuk Davin Mahendra dalam pandangan yang semakin cemas memikirkan keselamatan Imelda.
Adi Prayoga langsung mengeluarkan ponselnya, ia pun langsung hubungi seseorang yang dirasa bisa melacak keberadaan mantan istrinya itu. Ia harap jika wanita gila itu tidak melukai menantu kesayangannya.
"Martin! Cepat lacak keberadaan Natasya. Aku ingin mendapatkan lokasinya sekarang juga. Perintahkan seluruh anak buah untuk mencari keberadaan Imelda!" perintah Adi Prayoga pada seseorang yang berbicara via panggilan telepon.
Davin Mahendra juga tak kalah cepat dari sahabatnya itu. Ia langsung memerintahkan Alex dan juga Marco untuk mencari keberadaan Natasya dan juga Imelda. Bahkan ia juga memerintahkan beberapa orang untuk menyisir seluruh kota.
Ia pun tak kehilangan akalnya, Davin Mahendra lalu menghubungi seseorang yang mungkin saja bisa membantunya kali ini. Sepertinya orang itu harus membayar semua kejahatannya di masa lalu dengan mencari keberadaan mereka.
"Jeffrey! Sepertinya Natasya telah menculik Imelda. Kamu tahu apa yang harus dilakukan. Anggap saja ini sebagai pembayaran atas semua kebodohan yang kamu lakukan di masa lalu." Davin Mahendra langsung panggilan itu. Ia menancapkan sebuah harapan besar pada seorang teman dekat, atasan dan juga seseorang yang dulu pernah menghancurkan dirinya.
Baru saja, Adi Prayoga menerima sebuah pesan yang baru saja masuk ke dalam ponselnya. Wajahnya mendadak sedikit pucat saat melihat sebuah pesan dari Martin.
"Ponsel Imelda dan juga Natasya tidak aktif. Martin tak bisa melacak keberadaan mereka berdua," ucap Adi Prayoga tak bersemangat sama sekali. Pria itu tampak frustrasi karena tak bisa menemukan keberadaan dari menantunya.
"Apa yang harus kita lakukan, Pa. Bagaimana jika hal buruk sampai menimpa Imelda, Pa?" Brian terlalu panik hingga mengatakan sesuatu yang begitu bodoh dan membuat dua pria itu sangat murka.
Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra langsung melemparkan tatapan tajam pada Brian. Mereka tak suka mendengarnya mengatakan sesuatu yang begitu bodoh.
"Tutup saja mulutmu, Brian!" bentak Adi Prayoga pada anaknya.
"Apa kamu bisa menghubungi Vincent, Laura?" tanya Davin Mahendra pada seorang wanita yang sejak tadi sibuk menghubungi kekasihnya. Sayangnya Vincent sama sekali tak bisa dihubungi.
Laura hanya menggelengkan kepalanya dalam balutan perasaan cemas yang tak bisa ditutupi. Ia juga takut jika terjadi apa-apa dengan calon adik iparnya itu.
Tak berapa lama, sebuah panggilan masuk dalam ponsel Davin Mahendra. Ia melihat jika Jeffrey sedang menghubunginya. Pria itu pun menyalakan speaker dalam ponselnya agar mereka semua juga mendengar informasi yang berhasil didapatkan oleh Jeffrey.
"Bagaimana, Jeffrey?" tanya Adi Prayoga dengan wajah tidak sabar.
"Kebetulan sekali, aku sudah menanamkan sebuah pelacak di ponsel Natasya. Wanita itu berada di sebuah rumah tua di pinggiran kota. Aku sudah mengirimkan lokasinya padamu. Berangkatlah sekarang juga, aku akan menyusul dengan beberapa agen yang bisa membantu kita." Dalam suara yang terdengar sangat cemas, Jeffrey langsung mematikan panggilan telepon itu.
Ketiga pria itu langsung bergerak menuju ke tempat di mana mobilnya terparkir. Laura pun ikut berlari mengejar para pria itu.
"Om! Aku ikut bersama kalian. Aku harus memasukkan keadaan Imelda saat kita sudah menemukannya." Laura tampak sangat memohon ingin masuk ke dalam mobil. Ia ingin ikut menyelamatkan Imelda dari seseorang yang telah menculiknya.
Ketiga pria itu awalnya ingin menolak permintaan Laura. Namun, mereka sadar jika bisa saja Imelda membutuhkan sedikit pertolongan dari seorang tenaga medis itu.
"Masuklah di mobil Brian. Kita akan segera berangkat sekarang juga," balas Davin Mahendra pada seorang wanita yang terlalu cemas berada dalam situasi yang sangat menegangkan.
Laura bergegas masuk ke dalam mobil Brian. Ia pun duduk di kursi belakang tepat di sebelah suami dari Imelda Mahendra.
"Berapa lama efek dari obat bius tadi, Laura?" tanya Brian pada seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter anestesi.
"Semua itu tergantung dari yang telah dihirup oleh Imelda. Semoga saja efeknya tidak terlalu besar dan Imelda bisa segera sadar lalu menyelamatkan dirinya." Laura hanya bisa berdoa agar temannya itu bisa selamat. Ia tak rela jika Imelda sampai terluka karena seorang wanita yang hampir setiap hari ditemui oleh kekasihnya itu.
Brian hanya bisa berdoa di dalam hatinya. Ia sangat cemas bahkan sangat takut jika sampai terjadi hal buruk dengan istrinya. Apalagi, jika benar ibunya sendiri yang telah menculik istrinya. Sebuah beban yang begitu berat harus ditanggungnya karena semua kejahatan dari seorang wanita yang telah melahirkannya.
"Bisakah kalian melajukan mobilnya lebih cepat?" Brian berteriak pada seorang bodyguard yang sedang mengemudikan mobilnya. Sejak beberapa penyerangan itu, Brian dan Imelda selalu membawa bodyguard ke manapun.
Hal itu dilakukan atas perintah dari Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra. Brian dan Imelda yang awalnya menolak, akhirnya hanya bisa pasrah atas keputusan ayahnya itu. Mereka tak mungkin melawan dua pria yang selama ini merawat mereka.
"Baik, Bos," jawab seorang bodyguard yang bekerja untuk keluarga Prayoga.
Begitu menambah kecepatan mobilnya, mereka pun lebih cepat sampai ke sebuah perkampungan yang berada cukup jauh dari jalanan besar. Brian memandang kiri kanan, jarak antara rumah yang satu dan yang lainnya tampak cukup jauh.
Tak jauh dari mobilnya, sebuah mobil yang membawa Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra sudah memasuki ke sebuah halaman yang cukup luas.
Happy Reading