Bos Mafia Playboy

Hubungan Gelap



Hubungan Gelap

0Brian dan Imelda terdiam menanti sebuah jawaban dari Eliza. Jantungnya terasa berdetak hebat, mereka berharap dengan penuh kecemasan.     

"Tante Natasya memiliki hubungan gelap dengan beberapa pejabat pemerintahan. Hal itu juga yang membuatnya selalu bisa lolos dari jerat hukum," jelas Eliza pada pasangan suami istri yang baru saja datang.     

"Aku pernah memikirkan hal itu. Lalu ... apa yang harus kita lakukan sekarang?" Brian semakin bingung dalam menentukan sikap tegasnya untuk melibatkan seorang wanita yang telah melahirkannya.     

Bukan hanya Brian saja yang merasa bingung, Martin dan juga Imelda juga memiliki perasaan yang sama. Segalanya semakin rumit bagi mereka semua.     

"Om Jeffrey mengatakan jika Yudha Fabian memiliki bukti-bukti kejahatan Mama Natasya. Namun pria itu tak mau memberikan bukti itu, bahkan Om Jeffrey sudah menawarkan banyak uang dan langsung mendapatkan penolakan." Imelda mencoba untuk menjelaskan semua yang diketahuinya. Dia berharap masalah itu segera selesai dan mereka bisa hidup dengan tenang.     

Martin tampak berpikir dalam tekanan yang sangat dirasakannya. Dia harus melakukan sesuatu agar segalanya kembali seperti semula. Apalagi hubungan Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra sudah sangat baik.     

"Untuk urusan Yudha Fabian ... serahkan saja padaku. Kalian bisa mengurus hal lainnya yang lebih penting," tegas Martin pada Brian dan kedua wanita yang sejak tadi menatapnya.     

"Apakah kamu yakin akan menemui Yudha Fabian? Pria itu sangat berbahaya, Martin. Aku tak ingin kamu terluka, apalagi kondisimu belum terlalu baik." Eliza sedang menunjukkan kecemasannya pada sang kekasih. Dia tak ingin jika Martin harus melakukan sesuatu yang bisa mengancam nyawanya.     

Semua orang juga tahu jika Yudha Fabian dan juga Davin Mahendra memiliki hubungan yang tak terlalu baik. Meskipun mereka berdua pernah menjadi rekan setim, nyatanya pria itu memilih hengkang dari badan intelijen.     

"Yudha Fabian tak mungkin berani menyakitiku. Aku akan menggunakan sebuah kartu as yang pasti akan sangat berguna untuk mendapatkan semua." Martin mencoba untuk menyakinkan mereka. Dia sangat yakin jika Yudha Fabian akan memberikan semua bukti itu kepadanya.     

"Apa yang sudah kamu miliki untuk ditukar dengan bukti-bukti itu?" Brian tak bisa menahan dirinya untuk tidak menanyakan hal itu. Rasanya sangat penasaran dengan hak berharga apa yang dimiliki oleh Martin.     

Imelda dan juga Eliza saling melemparkan pandangan. Kedua wanita itu juga sama sekali tak mengerti dengan semua yang dibicarakan oleh Martin. Mereka berpikir jika Martin telah membuat Yudha Fabian tak mungkin bisa menolaknya.     

"Apakah Yudha Fabian berhutang nyawa padamu, Martin?" celetuk Imelda setelah berpikir cukup lama untuk menemukan jawaban atas teka-teki yang diciptakan oleh Martin.     

Martin tak ingin membenarkan ataupun menyalahkan jawaban Imelda. Dia sendiri juga tak terlalu yakin dengan sesuatu yang bisa membuat Yudha Fabian menyerahkan bukti-bukti itu.     

"Aku sama sekali tak bisa menjawab pertanyaanmu, Imelda. Aku sendiri juga tak yakin tentang semuanya," jawab Martin pada seorang wanita hamil yang sedang duduk bersama suaminya.     

"Apa yang terjadi dengan Laura? Mereka mengatakan jika Laura terluka saat di rumah besar." Martin sempat mendengar sekilas tentang berita itu. Dia masih saja penasaran dengan kekacauan yang terjadi di kediaman Prayoga.     

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Imelda memandang suaminya sekilas. Kemudian dia menatap sepasang kekasih yang sedang duduk bersebelahan itu.     

"Kak Vincent datang ke rumah Papa dan ingin membunuhnya. Namun Laura datang dan menghalaukan peluru itu mengenai Papa. Ada sesuatu yang sangat mengejutkan bagi kami semua. Sebenarnya .... " Imelda tampak ragu untuk mengatakan kebenaran yang cukup mengguncang dua keluarga besar itu.     

"Kak Vincent adalah anak dari Papa Adi dan Mama Irene," cetus Brian melanjutkan perkataan Imelda yang masih belum selesai.     

Martin dan Eliza langsung membulatkan mata seketika itu juga. Mereka berdua tak pernah memikirkan hal itu. Bahkan terlintas saja tak pernah.     

"Bagaimana bisa seperti itu? Bukankah Bos Davin Mahendra menikahi Nyonya Irene karena beliau telah mengandung?" Martin benar-benar sangat penasaran atas jawaban itu. Segalanya terasa tak masuk akal dan sulit untuk diterimanya.     

"Itulah sebuah kesalahan besar yang telah menghancurkan segalanya. Papa Davin sama sekali tak tahu jika Mama mengandung anak Papa Adi. Papa mengetahui kebenaran itu saat Kak Vincent mengalami kecelakaan dan keadaannya kritis." Imelda menceritakan kejadian beberapa tahun silam itu pada Martin dan Eliza. Mereka berdua sudah seperti keluarga bagi mereka.     

Rasanya begitu sulit dipercaya, di saat segalanya telah dikorbankan ... justru sebuah kesalahan besar baru saja dilakukan. Hal itulah yang menjadi awal kehancuran hubungan antara Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga.     

"Apakah Nyonya Natasya sudah mengetahui hal itu? Kemudian dia sengaja membuat Adi Prayoga merenggang nyawa di tangan anaknya sendiri. Sebuah pembalasan yang sangat menyakitkan." Martin akan sangat sedih jika rencana Natasya berjalan mulus. Untung saja, kedatangan Laura benar-benar tepat waktu. Adi Prayoga bisa terhindar dari rencana jahat wanita itu.     

"Aku tak menyangka jika Mama akan setega itu." Brian tampak sangat sedih. Rasanya terlalu menyesakkan saat mendengar ibunya terus melakukan kejahatan. Dia berharap agar wanita yang telah melahirkannya benar-benar bisa menerima hukuman atas kejahatannya.     

Imelda bisa merasakan kepedihan di dalam hati suaminya. Di antara mereka semua, beban di pundak Brian adalah yang paling berat. Karena dia harus menanggung semuanya sendirian.     

"Apa kamu baik-baik saja, Brian?" tanya Imelda pada suaminya. Dia sangat khawatir jika Brian sampai terpuruk setelah mendengar hal buruk tentang ibunya.     

"Mungkin alasan ini juga yang membuat Mama memilih untuk hidup sendiri," ucap Brian lirih tanpa ada semangat sedikit pun. Dia merasa jika ibunya terlalu egois hingga meninggalkannya tanpa kabar selama beberapa tahun.     

Begitu Natasya kembali, dia justru sibuk meluapkan dendam masa lalunya. Tanpa mempedulikan Brian yang selama ini juga membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu. Namun kerinduan suami Imelda itu menghilang tatkala Natasya terus saja melakukan banyak kejahatan dan berusaha untuk menyakiti keluarganya.     

"Bukankah aku sudah boleh berjalan? Aku akan mendatangi Yudha Fabian sekarang juga. Lebih cepat sepertinya akan jauh lebih baik." Martin bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan pelan menuju ke kamar. Dia ingin mempersiapkan dirinya sebelum mendatangi seseorang yang bisa memberikan bukti kejahatan Natasya.     

Tak berapa lama, Martin keluar dengan penampilan yang menarik. Ia berjalan menghampiri mereka semua di ruang tengah.     

"Aku ikut denganmu, Martin." Eliza tampak sangat bersemangat untuk mendampingi kekasihnya menemuimu Yudha Fabian.     

"Tetaplah di rumah, Eliza. Terlalu berbahaya jika kamu ikut ke sana. Sebenarnya hanya Imelda yang bisa membantuku, hanya saja ... dalam kondisi hamil, tak mungkin aku membawanya dalam bahaya," jelas Martin pada mereka semua. Pria itu berhasil menciptakan tanda tanya besar untuk mereka.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.