Bos Mafia Playboy

Awal Kehancuran Natasya



Awal Kehancuran Natasya

0Sebuah mobil yang membawa Natasya, akhirnya telah sampai di depan kantor polisi. Bersamaan dengan dua buah mobil lainnya yang sengaja ditugaskan untuk mengawal penangkapan wanita itu.     

Baru juga Natasya akan melangkah keluar dari mobil, beberapa orang wartawan langsung mengepungnya. Dengan sangat panik, wanita itu berusaha untuk menutupi wajah dengan sebuah tas yang kebetulan dibawanya. Dia tak pernah membayangkan jika ada beberapa wartawan yang mengetahui penangkapan.     

'Sial! Pasti ini ulah pria-pria brengsek itu,' kesal Natasya di dalam hati. Sejak beberapa wartawan berusaha untuk menyerangnya dengan kamera, wanita itu sudah menahan umpatan di dalam mulut. Dia tak terima telah diperlakukan sebagai seorang kriminal. Meskipun pada kenyataannya, Natasya adalah seorang penjahat kelas kakap.     

"Tolong minggir! Jangan menghalangi jalan!" seru seorang polisi dengan suara sangat tegas agar pada wartawan itu memberikan jalan untuk lewat.     

Satu persatu, wartawan itu akhirnya melangkah mundur. Mereka juga tak ingin menghalangi tugas dari penegak hukum. Hanya beberapa gambar dan video saja yang bisa mereka rekam yang memperlihatkan wajah Natasya. Pastinya hal itu akan me jadi berita yang sangat menggemparkan di dunia bisnis dan juga kedokteran.     

Sampai di dalam kantor polisi, Natasya masih bisa menunjukkan sikap tenang dan juga tanpa beban. Dia masih saja sangat yakin jika dirinya akan kembali lolos seperti biasanya.     

"Apakah Anda memiliki seorang pengacara?" tanya seorang penyidik pada wanita cantik yang telah melakukan banyak kejahatan.     

"Sebentar lagi pengacara saya akan datang ke sini. Kalian bisa melihat sendiri bagaimana saya akan dengan mudah keluar dari tempat terkutuk ini." Dengan sangat percaya diri, Natasya mengatakan hal itu pada seorang penyidik. Dia tak tampak ketakutan ataupun khawatir dengan proses hukum yang harus dijalani.     

Orang yang mendengar ucapan Natasya harus menahan tawa di dalam hati. Mereka sudah sangat tahu kejahatan apa saja yang telah dilakukan oleh wanita itu. Berita tentang penangkapan Natasya telah menggemparkan kepolisian. Terlebih mereka baru mengetahui jika wanita itu telah melibatkan banyak petinggi negara. Meskipun hal itu masih dalam masa penyelidikan, tentunya mereka semua tidak bodoh. Jelas-jelas wanita itu sudah beberapa kali keluar masuk kantor polisi dengan beberapa orang yang datang lalu membebaskannya.     

Tak berapa lama, seorang pria yang berpakaian sangat rapi dan juga terkesan formal masuk ke dalam kantor polisi. Pria itu lalu bergerak mendekati Natasya yang sudah menunggu sejak tadi.     

"Ada masalah besar, Nyonya." Dengan wajah panik, pria itu melontarkan sebuah perkataan yang membuat Natasya berubah cemas saat itu juga.     

"Apa maksudmu?" bentak Natasya pada seorang pria yang selama ini telah bekerja untuknya. Dia menjadi ikut panik saat melihat sosok pria yang datang dengan wajah yang sedikit pucat.     

Natasya dan orang suruhannya itu akhirnya meminta ijin untuk mengobrol empat mata. Untung saja, para petugas penegak hukum bersedia memberikan sedikit waktu untuk Natasya agar bisa berbicara secara pribadi dengan pria itu.     

"Katakanlah! Apa maksud dari ucapanmu tadi?" Natasya tampak sangat tak sabar untuk mendengar kabar penting yang telah dibawa oleh pria itu. Ada sebuah perasaan tak tenang dengan hati berdebar di dalam dadanya. Dia merasa jika hal buruk tengah terjadi.     

"Tak ada seorang pun yang bisa menolong Anda sekarang, Nyonya. Saya sudah berusaha menghubungi mereka, tak ada satupun dari mereka yang berani menyelamatkan Anda kali ini," terang seorang pria yang tampak sangat ketakutan dengan sebuah kabar yang sangat tak terduga.     

Seketika itu juga, Natasya seolah baru saja tersambar petir. Dadanya mendadak begitu sesak. Dia tak bisa mempercayai apa yang baru saja di dengarnya itu. Dalam tangan yang tiba-tiba gemetar, Natasya mengambil ponsel miliknya dan menghubungi orang-orang yang selama ini mendukungnya.     

Wajahnya berubah geram saat ketujuh nomor yang dihubungi sengaja menolak panggilan darinya. Rasa ketakutan dan juga panik langsung menyeruak masuk memenuhi hati dan kepalanya. Natasya benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya sendiri.     

"Brengsek! Bagaimana mereka bisa melakukan ini padaku?" geram Natasya begitu mendapati mereka semua sengaja untuk menghindari sebuah panggilan darinya.     

"Tenanglah, Nyonya! Kita bisa mencari cara agar Anda terbebas dari tuduhan penculikan ini." Pria itu seperti tak begitu mengetahui semua kejahatan yang telah dilakukan oleh Natasya. Dengan bodohnya, dia memikirkan sebuah cara untuk membebaskan majikannya.     

Seumur hidup, Natasya tak pernah merasakan rasa takut seperti saat itu. Nyalinya mendadak menciut dan berkekuatan untuk melakukan apapun.     

"Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mereka bisa tak berkutik seperti sekarang?" tanya Natasya pada sosok pria yang berusaha untuk menghiburnya.     

"Saya mendengar sebuah kabar burung jika Rizal Hartanto telah mengirimkan sebuah ultimatum keras kepada mereka semua. Dia akan menghancurkan mereka jika membantu Anda untuk keluar dari hukuman Anda kali ini." Entah itu benar atau salah, pria itu sebenarnya tak benar-benar mengetahui kebenaran itu. Dia hanya mendengar hal itu dari para pekerja di rumah-rumah mewah para petinggi-petinggi itu.     

"Sialan! Apa yang sebenarnya telah dimiliki oleh Rizal Hartanto untuk mengancam mereka?" Natasya berteriak histeris di dalam kantor polisi. Wanita itu kehilangan pengendalian dirinya setelah mendengar tak ada seorang pun yang bisa menyelamatkannya kali ini.     

Mendengar keributan itu, seorang petugas langsung menghampiri mereka berdua. Tak ingin terjadi kelas atas yang menarik perhatian di dalam kantor polisi.     

"Waktu Anda telah habis, sebaiknya Anda ikut kami ke ruang interogasi," ucap seorang pria dengan tubuh tinggi besar dengan seragam kepolisian.     

Tak ada pilihan lainnya, Natasya pun mengikuti petugas itu masuk ke ruang interogasi. Seakan wanita itu sudah tak memiliki harapan lainnya. Rasanya dia ingin mati daripada harus mengakui semua kejahatannya.     

Selama interogasi, Natasya hanya diam tanpa memberikan jawaban apapun. Dia tak menolak ataupun menerima segala tuduhan atas dirinya. Wanita itu sedang memikirkan sebuah cara agar segera terbebas dari jerat hukum yang mengikatnya.     

"Jika Anda tetap diam, kita akan bertemu lagi di pengadilan. Sebelum sidang di gelar, Anda akan tinggal di ruang tahanan. Hakim akan memutuskan apakah Anda bersalah ataupun bebas. Apakah ada sesuatu yang ingin Anda katakan atau sampaikan kepada kami." Rasanya sudah sangat tak sabar berbicara dengan seseorang yang sama sekali tak mau melakukan apapun.     

"Ijinkan aku bertemu dengan Rizal Hartanto." Sebuah permintaan khusus terlontar dari mulut Natasya pada penyidik. Dia berpikir jika menemui pria itu adalah pilihan yang tepat.     

Setelah berpikir sejenak, merek memutuskan untuk mengijinkan tersangka menemui sosok pria yang memiliki pengaruh besar dalam dunia hukum.     

"Saya akan menghubungi Rizal Hartanto dan akan memintanya untuk menemui Anda besok pagi," balas penyidik itu.     

'Lihatlah Rizal Hartanto! Kamu akan mati di tanganku,' ucap Natasya dalam hati.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.