Berterima Kasih Pada Martin?
Berterima Kasih Pada Martin?
"Untuk apa kalian menggangguku pagi-pagi sekali?" kesal seorang wanita yang masih saja tampak cukup cantik meskipun baru bangun tidur.
"Di depan ada beberapa orang yang mencari Anda, Nyonya," jawab seorang pria yang bekerja untuk Natasya.
Tanpa kecurigaan sedikit pun, Natasya berjalan menuju ke depan rumahnya. Samar-samar ia melihat beberapa orang berdiri di depan pintu rumah mewah itu. Dalam langkah yang mulai ragu, wanita itu berusaha untuk menelisik beberapa orang yang datang mencarinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Natasya saat berada di hadapan mereka semua.
Seorang pria yang tampak sangat berwibawa dari yang lainnya, memajukan langkah mendekati Natasya yang tampak bingung dan sedikit terkejut atas kedatangan mereka.
"Kami membawa perintah surat penangkapan atas nama Natasya Prayoga dengan tuduhan pembunuhan berencana atas Irene Mahendra dan Emilia Hartanto, penculikan atas Imelda Mahendra, percobaan pembunuhan atas Eliza Hartanto dan juga Rizal Hartanto dan masih banyak kejahatan lainnya yang sudah Anda lakukan selama ini. Semuanya sudah tercatat di dalam surat perintah penangkapan ini. Anda berhak untuk .... " Pria berseragam penegak hukum itu menjelaskan tuntutan dan juga hak atas Natasya dengan sedetail mungkin.
"Kalian tak bisa menangkap saya tanpa barang bukti apapun!" Natasya sangat yakin jika dirinya telah menghancurkan segala barang bukti yang sudah berada di tangan Eliza dan juga Rizal Hartanto.
"Sayangnya, segala barang bukti dan juga saksi yang memberatkan Anda sudah berada di tangan kami. Anda bisa menjelaskan semuanya di kantor," tegas pria itu dalam tatapan yang sangat mengintimidasi.
Natasya tak ingin terperosok dalam jerat hukum yang telah siap menerkamnya. Dia mencoba berpikir cukup keras untuk terlepas dari semua itu.
"Tunggulah sebentar. Saya harus berganti pakaian dulu, tak perlu khawatir ... saya pasti akan ikut kalian ke kantor polisi." Dengan sangat percaya diri, Natasya mengatakan hal itu di hadapan beberapa orang penegak hukum yang berdiri di depan pintu rumahnya. Dia yakin jika orang-orang yang selama ini berhubungan dengannya pasti bisa menyelamatkan dirinya dari jerat hukum seperti biasanya.
Wanita itu masuk ke dalam kamar lalu mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas untuk keluar rumah. Dia pun mengambil ponsel miliknya lalu menghubungi seseorang.
"Kirimkan aku seorang pengacara terhebat di negeri ini. Sepertinya Rizal Hartanto ingin mencari masalah denganku," ucap wanita itu pada seseorang yang berbicara di telepon genggam miliknya.
"Lakukan secepat mungkin, aku tak mau berlama-lama berada di kantor polisi," tegas Natasya sebelum mengakhiri panggilan itu.
Selesai dengan panggilan itu, Natasya lalu keluar untuk mengikuti mereka semua ke kantor polisi.
"Saya sudah siap menjalani proses hukum yang kalian tuduhkan." Begitulah ucapan Natasya sebelum berjalan keluar dari gerbang tinggi di sebuah rumah yang ditinggalinya.
Sampai di depan gerbang, sebelum Natasya masuk ke dalam mobil petugas ... dia melihat tiga orang pria
yang sangat dikenalnya berdiri tak jauh dari rumah itu. Seketika itu juga, Natasya menunjukkan wajah masam dengan amarah yang tertahan. Ia pun meremas telapak tangannya sendiri, terlalu geram mengetahui keterlibatan mereka semua.
'Tunggu saja kalian bertiga, aku akan menghancurkan kalian satu persatu. Kupastikan kalian tak akan selamat kali ini!' Natasya mengatakan hal itu di dalam hatinya. Dia tak terima saat Davin Mahendra, Adi Prayoga dan juga Rizal Hartanto bekerja sama untuk menjatuhkannya.
Wanita itu akhirnya meninggalkan depan rumah itu dengan beberapa mobil dari kepolisian yang sengaja melakukan pengawalan atas penangkapan Natasya. Tak ada ketakutan sedikit pun di dalam diri Natasya, dia sudah terbiasa terjerat dengan kasus hukum. Namun biasanya, hanya beberapa jam saja ... wanita itu pasti akan bebas dengan bantuan orang-orang yang memiliki pengaruh cukup kuat di pemerintahan.
Di sisi lain, tiga orang pria itu hanya menyaksikan sebuah mobil polisi membawa pergi seorang wanita yang cukup dekat dengan mereka. Ada kesedihan dan juga kelegaan yang datang secara bersamaan. Mereka tak mungkin membiarkan Natasya terus melakukan kejahatan yang tentunya bisa mengancam nyawa mereka semua.
"Haruskah kita ke kantor polisi untuk memastikan wanita itu akan mendapatkan hukumannya?" tanya Davin Mahendra pada dua orang pria yang masih berdiri tak jauh darinya.
"Tak perlu melakukan apapun, aku yakin jika tak ada yang bisa menyelamatkan Natasya kali ini," sahut Rizal Hartanto dengan cukup menyakinkan namun juga menorehkan kesedihan yang mendalam. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika dirinyalah yang akan memberikan balasan setimpal atas kejahatan dari kekasihnya sendiri.
Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga langsung melemparkan tatapan penuh arti pada seorang hakim senior itu. Mereka sama sekali tak mengerti dengan ucapan dari pria itu. Ada sebuah rahasia kecil yang sepertinya masih disembunyikan oleh Rizal Hartanto kepada mereka.
"Apa maksudmu, Hartanto? Bukankah kamu juga tahu jika Natasya selalu saja lolos dari jerat hukum?" celetuk Adi Prayoga pada seorang pria yang tak lain adalah ayah dari wanita yang selama bertahun-tahun mengejar anaknya.
"Tidak untuk kali ini. Natasya tak akan bisa selamat kali ini. Orang-orang yang pernah terlibat dengannya pasti juga akan ikut hancur jika membantunya." Rizal Hartanto mengatakan hal itu dengan sangat menyakinkan. Namun kedua pria di sebelahnya itu sama sekali tak mengerti dengan maksud ucapannya.
Kedua sahabat dekat itu semakin tak memahami ucapan Rizal Hartanto. Mereka sama-sama tak bisa menebak ataupun menafsirkan jawaban yang diberikan oleh ayah Eliza Hartanto itu.
"Coba kamu jelaskan dengan lebih detail! Jangan bermain teka-teki dengan kami! Kita berdua tak memiliki waktu untuk bermain-main denganmu. Masih banyak hal yang harus kami kerjakan." Kali ini Davin Mahendra langsung menunjukkan taringnya. Dia tak ingin berlama-lama untuk menunggu penjelasan atas sebuah jawaban yang telah dilontarkan oleh Rizal Hartanto.
Rizal Hartanto tampak menghela nafasnya beberapa kali. Dia tahu jika Davin Mahendra bukanlah pria yang suka basa-basi. Terlebih bidang pekerjaan yang digelutinya, menilai waktu menjadi sangat berharga. Bak satu detik sama dengan satu nyawa bagi ayah Imelda Mahendra itu.
"Kalian berdua harus berterima kasih pada Martin. Pria itu yang sudah mengirimkan banyak bukti untuk menghentikan orang-orang yang selama ini membantu Natasya. Dengan bukti yang telah diberikan oleh Martin, sudah lebih dari cukup untuk menghentikan langkah mereka semua." Sebuah penjelasan yang tak memberikan dua pria itu titik terang. Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga masih harus berpikir keras mengenai bukti-bukti yang diberikan oleh Martin.
Happy Reading