His Love to Me
His Love to Me
"Wow, keren!" Kata seorang murid.
Denzel pun mulai tersipu-sipu dan berkata,
"Yah.. sebenarnya.. saya dan kakak saya yang membuat semua programnya .."
"Waah! Kakak hebat!" Kata seorang murid lainnya.
Denzel pun makin tersipu-sipu.
"Bolehkah kami mencobanya?" Tanya seorang murid.
"Baiklah! Silahkan!" Kata Denzel.
"Horee!" Sorak para murid.
Mereka pun mulai mencoba program ujian masuk tersebut. Yang mereka harus lakukan adalah dengan menghancurkan robot yang ada.
Akhirnya, mereka semua selesai.
"Apakah kita bisa melihat nilainya?" Tanya seorang murid.
"Tentu saja! Lihat! Ini!" Kata Denzel sambil menunjukan sebuah papan besar dari hologram.
"Wah! Aku dapat nilai tertinggi!" Kata seorang murid.
"Yah.. kukira aku yang tertinggi." Balas murid lainnya.
"Milik siapa ini? Mengapa paling rendah?" Tanya murid lainnya.
"Hah! Rendah sekali! Mana mungkin dia bisa diterima!" Kata murid lainnya.
"Dia kena sentil sedikit pasti sudah sekarat!" Kata murid lainnya, lalu semua murid pun ikut tertawa, kecuali satu murid.
"Dia tidak tertawa, mungkin itu nilainya!" Kata murid itu.
"Huh, kelihatannya saja sudah lemah! Mana mungkin dia akan diterima di sekolah ini!" Komentar murid lainnya.
"Lemah! Lemah sekali! Memangnya dia bisa apa?" Komentar murid lainnya.
Mio (yang adalah Junko) hanya menundukan kepala.
"Hey! Hey! Kalian ini! Tidak boleh begitu!" Kata Denzel tegas.
Semua murid pun berhenti mengejek Mio.
"Meskipun kekuatan sihirnya menurutmu adalah lemah, tetapi dia ini tetap berguna. Tidak ada orang yang tidak berguna, jadi kamu tidak boleh menganggap remeh teman kalian ini. Siapa tahu dia akan jadi lebih kuat dari yang kalian bayangkan." Jelas Denzel.
"Tetapi kalau sudah lemah, pasti akan tetap lemah kan?" Komentar seorang murid.
"Tidak tentu! Siapa tahu dia bisa jadi lebih kuat. Kannoya Academy tidak akan menolak siapapun yang mau belajar bersamanya, dan Kannoya Academy percaya bahwa setiap murid akan menjadi lebih kuat saat mereka lulus nanti. Dan kita juga percaya, mereka pasti akan mempunyai masa depan yang cerah." Kata Denzel.
"Yah.. ternyata ini hanya sekolah yang menerima murid-murid yang lemah. Kukira sekolah ini hebat, tenyata ini hanya sekolah yang memungut sisa murid. Membosankan." Kata seorang murid meremehkan. Lalu murid itu pergi meninggalkan mereka.
"Memangnya bisa? Seorang yang lemah menjadi kuat?" Tanya seorang murid.
"Tentu bisa!" Kata seorang wanita yang kebetulan lewat.
"Kak Amiko! Penyihir terhebat di negara ini!" Seru semua murid.
"Siapa kak Amiko?" Tanya Mio.
"Masakah kamu tidak tahu? Dia adalah penyihir paling kuat di negara ini! Selain cantik, dia memiliki sihir yang sangat hebat! Bahkan dengan sihirnya dia bisa mengangkat seluruh kompleks sekolah ini!" Kata seorang murid.
"Dulu, sebelum kak Amiko menjadi kuat, kak Amiko tidak bisa mengangkat sebuah karung beras yang beratnya 5 kg dengan sihir kak Amiko." Kata Amiko.
"Tidak mungkin!" Kejut semua murid.
"Ini benar. Setiap orang bisa berkembang. Jadi janganlah meremehkan atau membully murid yang lemah. Dukunglah dan bantulah yang lemah, agar kamu suatu saat akan berbahagia juga dengannya." Kata Amiko.
Lalu Amiko membalikkan tubuhnya dan berkata,
"Hanya itu yang bisa kak Amiko katakan. Semoga beruntung."
"Tak disangka kita akan bertemu dengan kak Amiko." Kata seorang murid.
Mio duduk di bangku taman saat istirahat dimulai. Mio meminum sekaleng jus yang ia beli barusan. Mio pun melihat sekeliling taman itu. Tak lama kemudian, Denzel duduk di sebelahnya dan bertanya,
"Hai, siapa namamu?"
"Aku.... Mio..." kata Mio.
"Mio ya?" Jawab Denzel singkat.
Lalu Mio bertanya,
"Apakah Mio bisa diterima di sekolah ini, dengan nilai yang sangat rendah itu?" Tanya Mio.
"Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, siapapun yang ingin belajar bersama Kannoya Academy, Kannoya Academy tidak akan pernah menolak. Kannoya Academy akan selalu menerima setiap murid yang ingin belajar dengannya. Dan terlebih lagi, kita ini keluarga. Keluarga pasti menerima anggotanya apa adanya. Jadi, kamj tidak perlu khawatir. Dan jika kamu menjadi murid Kannoya Academy yang baru tahun depan, kak Denzel pasti bersedia untuk membantu." Kata Denzel lembut.
Mio pun terkejut dengan jawaban Denzel. Baru kali ini ada seseorang yang mau menerima dia apa adanya. Ia tak bisa menahan air matanya. Mio pun memeluk erat Denzel sambil menangis, Mio pun berkata,
"Terima kasih... terima kasih.. terima kasih..."
Mio tidak bisa berhenti berterima kasih.
"Baru kali ini ada seorang lelaki yang menerimaku apa adanya. Ia ini spesial! Ia tidak melihat seseorang dari kekuatan sihirnya saja. Ia ini... sungguh baik!" Pikir Mio (yang adalah Junko).
Semenjak itu Junko jatuh cinta tanpa ia sadari. Ia selalu menanti saatnya untuk bertemu dengan Denzel yang ia sangat cintai.
"Denzel.. dari dulu.. kamu sudah menerimaku... maka aku akan menerima segalanya yang darimu... dari kasihmu.. hingga seranganmu yang menyakitkan... tapi tak apa, seberapa sakitnya seranganmu itu, itu tidak akan menyakitiku sedikitpun.. aku menerima semuanya...." pikir Junko dalam hati. Ia pun tersenyum.
"Melihatmu saja sekali lagi sudah membuatku bahagia sekali. Meskipun setelah ini mungkin aku akan mati." Pikir Junko.
Mulailah ia meneteskan air matanya.
"Aku.. mencintai..." kata Junko yang berbisik karena tubuhnya yang sekarat setelah menerima serangan Denzel dan Asuka.
Denzel pun melihat ke arah Junko. Ia pun mulai berpikir lagi.
"Mio... ya?" Tanya Denzel.
Junko pun terkejut. Ternyata Denzel menyadari penyamaran Junko sebelumnya.
"Kamu.. mengingatku?" Tanya Junko.
"Mio... ya, tingkah lakumu mirip." Kata Denzel.
"Bagaimana bisa? Padahal tingkah laku Junko sangat berbeda dengan Mio.." kata Junko.
"Tidak.. aku sudah memperhatikanmu dari dulu. Kamu adalah orang yang sama." Kata Denzel.
"Kamu.. memperhatikanku..? Denzel... memperhatikanku?" Tanya Junko sambil meneteskan air mata.
"Selama ini.. tidak ada orang yang memperhatikanku... hanya dr. Akita, Masashi, Mira, dan Arnius saja. Apakah aku masih layak untuk diperhatikan?" Tanya Junko.
"Setiap orang layak untuk menerima perhatian dan kasih." Kata Denzel.
"Denzel... kamu..." kata Junko yang tak bisa menahan air matanya.
Denzel pun memegang tangan Junko, lalu membantunya untuk berdiri.
Junko pun akhirnya menangis.
"Kamu... kamu adalah orang yang baik.. Denzel..." kata Junko sambil menangis.
Denzel pun meninggalkan Junko dan mencoba untuk mencari teman-temannya.