Kannoya Academy

The sister of the 7th hero



The sister of the 7th hero

0"Bagaimana ini..." pikir Megan.     

"Karena sihir Extra, kita bisa masuk ruangan manapun sesuka hati kita... tetapi... mengapa..." tanya Megan.     

Ia menggaruk-garuk rambut keritingnya yang indah itu.     

"Aku berada di dalam sebuah ruangan bersama Yukina... tetapi mengapa Yukina tidak bergerak? Ia hanya diam saja?" Tanya Megan.     

"Sebenarnya... semangatku itu... itu hanyalah palsu... aku adalah yang paling penakut dari yang lain... kakak, bagaimana ini?" Tanya Megan.     

Megan yang bersembunyi di balik sebuah pilar, mengintip dan melihat nasib Yukina.     

Yukina tidak bisa bergerak dan Chaku sudah hendak mempermainkan nya.     

Megan kembali bersembunyi.     

"Bagaimana ini..." pikir Megan.     

.     

.     

.     

"Hm.. sepertinya ku harus mengurus tangga itu dulu, darling." Kata Chaku.     

Yukina hanya diam saja.     

.     

.     

.     

"Yukina... aku tahu kamu kuat! Jangan diam! Bangunlah..." pikir Megan.     

"Kalau kamu tidak bangun... kamu bisa.... dipermainkan lalu dibunuh... kumohon Yukina! Bangunlah.." pikir Megan.     

Megan pun mengintip lagi.     

Yukina sudah tidak bisa berbuat apa-apa.     

"Apa boleh buat..." pikir Yukina.     

Ia mulai memejamkan kedua matanya.     

Dari salah satu matanya, meneteslah air mata yang artinya ia sudah kalah.     

"Yukina...." pikir Megan.     

"Bangunlah... jangan mati!" Pikir Megan.     

.     

.     

.     

.     

Sebuah suara muncul di kepalanya.     

"Bukannya harusnya kamu yang bangun dari tempat persembunyian mu?"     

"Ah? Kakak?" Kejut Megan di dalam pikirannya.     

"Aku tidak seperti kakak... aku ini penakut... bahkan jika otakku berkata kepada kakiku untuk berlari, tetapi kakiku tidak akan berlari." Kata Megan sambil menangis.     

"Aku ini... memang tidak bisa menjadi pahlawan." Kata Megan.     

"Aku memang memiliki sihir yang kuat, tetapi aku kalah dengan anak yang sihirnya sangat lemah. Aku ini penakut....     

Seperti dulu, saat kita disergap oleh penjahat, kakak pada saat itu sedang membelikan kami camilan.     

Aku memiliki sihir, sementara teman-temanku tidak. Tetapi aku hanya bisa diam saja. Aku hanya diam hingga kakak datang. Sihir kita tidak ada bedanya sama sekali, tetapi kakaklah yang memiliki jiwa pahlawan. Aku ini hanyalah seorang pengecut. Bahkan menyelamatkan teman di depanku tidak dapat. "Tangis Megan di dalam pikirannya.     

"Iya, kamu memang pengecut!" Kata suara itu.     

"Iya..." jawab Megan.     

"Tetapi... cobalah bertanya kepada sifat pengecutmu itu."     

"Apa maksudnya kakak?" Tanya Megan.     

"Tanyalah begini... apakah aku lebih takut mati, atau melihat temanku mati di depanku. Coba tanyakanlah."     

"Aku... takut akan kedua-duanya..." kata Megan.     

"Baiklah.. kalau begitu... kamu lebih takut yang mana? Kehilangan dirimu, atau kehilangan temanmu itu?" Tanya suara itu.     

"Kedua-duanya..." kata Megan.     

"Kalau begitu, bagaimana jika kamu menggagalkan kedua ketakutanmu itu?" Tanya suara itu.     

"Aku tidak bisa..." tangis Megan.     

"Kalau begitu, lihatlah Yukina yang telah lemas pasrah itu. Dia akan kehilangan nyawanya jika kamu hanya diam saja dan menangis. Lihatlah dia, dan jadilah takut kehilangannya." Kata suara itu.     

.     

.     

.     

.     

Megan pun mengintip Yukina yang hendak dipermainkan itu.     

Megan pun menjadi sangat takut.     

Bagaikan ia melihat masa lalunya, di mana ia kehilangan teman-teman nya itu.     

.     

.     

Megan menelan ludahnya.     

.     

.     

.     

.     

"Hm.. sepertinya tangganya dibiarkan saja, kita bermain saja darling... hihihi..." kata Chaku.     

"Pertama, aku akan menghanguskan armor indahmu itu." Kata Chaku.     

Chaku hendak melontarkan sebuah gumpalan lem panas kepada Yukina.     

Saat lem itu hendak menyentuh armor Yukina, lem itu berubah menjadi balok yang kering.     

Chaku pun terkejut.     

Chaku melihat sekeliling, ia bertanya-tanya siapakah yang melakukannya. Lalu terlihatlah seorang gadis berkulit hitam yang cantik.     

"Kakak... kita jauh berbeda... kakak adalah pahlawan peringkat 7, sementara aku ini... adalah pahlawan diriku." Kata Megan dalam hati.     

Megan melakukan gerakan melempar, tetapi ia tidak melemparkan apapun.     

"Kamu melempar ap---" Tanya Chaku yang kebingungan sekaligus terkejut. Mukanya merasa terhantam oleh sesuatu benda keras.     

"Yaaah... sakit.." kata Chaku sambil memegang mukanya.     

Lalu Megan menyentuh udara di sekitar Chaku, udara itu mengkeras menjadi padat. Lalu Megan berlari ke arah Yukina dan melepaskan Yukina dari gumpalan lem itu.     

"Siapa dia?" Tanya Yukina dalam hati.     

"Tenang saja...." kata Megan.     

Megan melihat ke arah Yukina dan mengacungkan jempolnya.     

"Aku disini! Untuk menyelamatkanmu!" Kata Megan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.