Kannoya Academy

The skill of the girls



The skill of the girls

1"Sudahlah Sweetheart. Jangan malu-malu." Kata Chaku sambil berjalan mendekat ke arah Megan.     

"W-Woi.... apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Megan. Tetapi Chaku tetap mendekat.     

Megan mulai mundur sedikit.     

"Tidak usah takut, Sweetheart." Kata Chaku membujuk.     

Megan berpikir,     

"Aneh, tadi dia marah padaku, sekarang..... apa yang ingin dia lakukan?"     

Chaku sudah berada tepat di depannya, sepertinya hanya ada jarak 30 cm antara mereka berdua.     

Chaku akhirnya berhenti.     

"Ehm.... ada apa?" Tanya Megan.     

Chaku mencium-cium udara dengan hidungnya di sekitarnya, lalu berkata,     

"Bau manis, seperti cokelat, benar-benar Sweetheart!"     

Megan menjadi sedikit risih dan malu.     

"Apa maksudmu?" Tanya Megan.     

Chaku tersenyum.     

"S-S.... aku.. tidak paham." Kata Megan.     

"Haah... susah sekali untuk menyerangmu, Sweetheart. Kamu sungguh amat cantik hingga hampir melelehkan kedua mataku. Tetapi aku tidak bisa memalingkan pandanganku darimu. Mata kebiruanmu sungguh indah. Kulit gelap mu itu seperti dark chocolate yang menyehatkan. Rambut keritingmu itu seperti gulungan cokelat nan indah.. sungguh mempesona." Kata Chaku.     

"A-Apa... hentikan..." kata Megan.     

Chaku memegang kedua tangan Megan.     

"Sudahlah, kita tidak usah bertarung. Ayo menikah saja." Kata Chaku.     

"HEEEH? A-AKU MASIH SMA!" Teriak Megan.     

Megan melepaskan tangan Chaku dengan perlahan.     

"Eeeh... mengapa?" Tanya Chaku sambil memegang tangan Megan.     

"T-Tidak... aku ada tugas." Kata Megan.     

"Kalau begitu biar aku bantu~" kata Chaku.     

"B-Benarkah?" Kejut Megan.     

Chaku merangkul Megan sambil berkata,     

"Tentu saja!"     

Megan melepaskan rangkulan Chaku dengan perlahan sambil berkata,     

"Baiklah... kalau begitu.... bantu aku."     

"Tugas apa? Tugas apa?" Tanya Chaku.     

"Membantu temanku." Kata Megan.     

"Aaah... maaf... aku juga ada tugas, untuk menghancurkan teman-temanmu." Kata Chaku kecewa.     

"Tetapi jika kamu melakukan hal itu, aku akan sangat sedih dan kecewa, dan juga menyalahkan diriku." Kata Megan dengan nada pelan.     

Chaku memegang tangan Megan,     

"Tidak... tidak.. jangan sedih. Jangan kecewa. Jangan menyalahkan dirimu! Kamu adalah anugerah!" Kata Chaku.     

"Kalau begitu... bantu aku." Kata Megan.     

"Aaah.... tidak bisa..." kata Chaku.     

"Kalau begitu... biarkan aku lakukan sendiri." Kata Megan.     

Megan melihat ke arah Chaku,     

"Dan itu artinya, salah satu dari kita akan meninggalkan dunia ini." Kata Megan.     

Chaku terkejut, Chaku memegang tangan Megan,     

"Jangan.. aku tidak mau kamu mati." Kata Chaku.     

"Kalau begitu.... bantu aku." Kata Megan.     

"Tidak bisa..." kata Chaku kecewa.     

"Kalau begitu, salah satu dari kita akan mati." Kata Megan.     

"Jangan." Jawab Chaku sedih.     

"Kalau begitu, bantu aku." Kata Megan.     

"Tidak bisa..." kata Chaku.     

"Sudahlah... kamu pilih tugasmu atau aku." Kata Megan.     

Chaku terdiam, ia berpikir keras.     

.     

.     

"Aku tidak bisa kehilangan orang yang kusayangi lagi." Jawab Chaku.     

"Waah... dia memilih tugasnya... aku gagal, terpaksa aku harus bertarung." Pikir Megan.     

Tetapi,     

"Aku juga tidak bisa membiarkannya.." kata Chaku.     

"Eh? Maksudnya apa?" Pikir Megan.     

Chaku selesai berpikir.     

"Aku menyukaimu, Megan." Kata Chaku.     

Muka Megan sedikit memerah.     

"Tetapi...." kata Chaku.     

Chaku mengangkat tangannya, gumpalan lem keluar.     

"Aku memilih..." kata Chaku.     

"Aaah.. pertarungan... dia kuat." Pikir Megan.     

.     

.     

.     

.     

Gumpalan lem itu Chaku lemparkan kepada dirinya, tepat di dadanya.     

"..... kamu untuk hidup." Bisik Chaku.     

Lalu Chaku terjatuh ke lantai.     

Megan terkejut. Megan segera berlari pada Chaku.     

"C-Chaku?" Bisik Megan.     

Megan berusaha untuk mengubah gumpalan lem itu menjadi gas, tetapi lem itu terus melelehkan baju Chaku dan dadanya.     

"Cepat sekali melelehnya..." keluh Megan.     

Megan berusaha untuk menghilangkan lemnya, tetapi tetap saja lem itu melelehkan tubuh Chaku.     

"Chaku... jangan mati! Kumohon!" Kata Megan.     

.     

.     

.     

Tetapi Chaku memejamkan kedua matanya, ia tidak bergerak.     

Megan terus berusaha.     

"Mengapa? Mengapa aku peduli padanya?" Pikir Megan.     

Megan meneteskan sedikir air mata.     

"Mengapa aku peduli padanya? Padahal ia adalah musuh? Mengapa?" Pikir Megan.     

Megan melihat ke sekeliling, andai ada orang yang dapat menbantu, pikirnya.     

Tetapi pada saat Megan melihat sekeliling, tubuh Chaku bergerak. Chaku mencium pipi kiri Megan.     

Megan terkejut.     

"A-A-AAAA?!" Kejut Megan.     

Chaku tertawa,     

"Ternyata kamu sayang denganku juga ya, Megan. Senang mengetahui hal itu. Sepertinya kamu lebih suka dipanggil dengan Megan daripada Sweetheart, tetapi Sweetheart itu nama yang cocok denganmu." Kata Chaku.     

"A- K- D- Dasaaar!" Kata Megan kesal.     

Chaku tertawa.     

"Memangnya aku peduli denganmu bagaimana?" Tanya Megan kesal.     

"Jadi kamu mengira aku akan mati dengan melelehkan jantungku, tetapi kan aku penyihir lem, dan juga keringatku sebenarnya bisa dijadikan sebagai lem kertas. Jadi jika aku terkena lem, aku akan baik-baik saja. Dan karena kamu tidak mengetahui hal itu, kamu takut jika aku mati, lalu kamu mengerahkan semuanya untuk menyelamatkanku. Waaaah manisnya. Maaf ya tadi aku mencicipi pipimu sedikit. Tetapi, jika kamu berusaha untuk menyelamatkanku, berarti kamu sayang denganku." Kata Chaku sambil tertawa.     

"Uuuuuh dasaar!" Kata Megan kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.