I don't need gravity
I don't need gravity
"Seringan kertas." Kata Takana.
Tubuh Takana menjadi ringan, dan Takana berusaha untuk menjatuhkan diri ke tanah, tetapi Gravi Boy mengayunkan tangannya ke atas, sehingga mendorong Takana ke langit dengan lebih kuat.
Asuka masih tertekan ke tanah, hingga tanah di bawahnya ikut retak.
Asuka berusaha untuk menggapai pedang Alicia.
"A-A-Alicia...." kata Asuka tertekan.
Gravi Boy meletakkan kakinya di atas tubuh Asuka, dan karena gravitasi dimanipulasi oleh Gravi Boy, Asuka menjadi kesakitan.
Tetapi Asuka tidak menyerah, ia terus mencoba untuk menggapai pedang Alicia yang berada tepat di samping kanannya. Tangannya terasa sangat berat, tetapi ia tetap berusaha.
"A-Ali... cia..." kata Asuka terbata-bata.
Saat tangan kanan Asuka hampir menggapai pedang Alicia, Gravi Boy menendang pedang Alicia jauh-jauh dan menginjak tangan kanan Asuka dengan keras.
"Aaaaaarghh!"
Tangan kanan Asuka patah oleh karena tekanan itu.
"Asuka!" Teriak Takana dari langit.
"Dengan begini kamu bisa apa?" Tanya Gravi Boy.
Gravi Boy menyingkirkan kakinya dari atas tangan Asuka. Asuka tidak bisa menggerakkan tangannya itu.
.
.
"I.. Ice.." kata Asuka.
Asuka membekukan tanah di sekitarnya, tetapi es itu hancur langsung oleh karena tekanan dari sihir Gravi Boy.
"Kalau kamu begini terus, kamu akan mati dalam 1 menit lagi." Kata Gravi Boy.
Kain yang membungkus Asuka (yang diberikan dan dibungkuskan oleh Takana) robek.
"Hm? Wanita? Bukan anak-anak?" Tanya Gravi Boy saat melihat Asuka.
"M-Memang kamu pikir..... ak... aku... ini apa?" Tanya Asuka.
"Anak-anak." Jawab Gravi Boy.
"Aah.. dasar.." kata Asuka.
.
.
.
"Tidak ada yang akan menolong..." pikir Takana.
Tetapi ia merasa ada seseorang yang menangkap punggungnya.
"Eh?" Kejut Takana.
"Tenang saja, aku di sini."
"Siapa?" Tanya Takana.
Tetapi mereka berdua tetap terjatuh ke langit.
"Aku, Zeko."
"Zeko?" Kejut Takana.
"Cell manipulate, muscle." Kata Zeko.
Tangan kanan Zeko yang memegang tubuh Takana berubah menjadi tangan berotot. Zeko mengancang-ancang, dan melemparkan Takana dengan kuat ke arah bumi.
"Zeko! Bagaimana denganmu?" Teriak Takana yang terlempar itu.
"Tenang saja." Kata Zeko.
Zeko menutup kedua matanya.
"Aku percaya padanya." Kata Zeko.
.
.
Sebuah kilat menyambar dari kanan dan membuat Zeko menghilang.
"Zeko!" Teriak Takana.
.
.
.
"A-A-A.." keluh Asuka di dalam sakitnya.
Tangan Asuka gemetar dan berkeringat karena kesakitannya.
Gravi Boy yang tadi banyak mengoceh, sekarang hanya diam saja.
.
.
"Fire roar!"
Gravi Boy merasa ada seseorang yang datang. Gravi Boy mengayunkan tangannya ke kiri.
"Eh?"
Tubuh seorang gadis mulai terjatuh ke kiri. Tetapi raungan apinya tetap muncul dan membakar tanah itu.
Gravi Boy diam saja.
.
.
Sebuah kilat menyambar dan menghilangkan gadis itu.
Lalu kilat itu menyambar di tempat lain.
"Duh, dasar Alvina bego. Kamu tahu sendiri kan aku sedang menggendong Zeko-chan?" Kata Alfred.
Alvina diam saja.
"Hah? Kamu kok tidak membalas? Aneh sekali kamu... demam?" Tanya Alfred sambil berusaha menyentuh kepala Alvina.
"Ih, dasar mesum, aku baik-baik saja!" Kata Alvina sambil memukul tangan Alfred yang hendak menyentuh kepalanya.
.
.
"Jadi kalian adalah pasangan kekasih ya?" Kata Gravi Boy.
"ENAK SAJA!" Teriak Alvina dan Alfred.
Gravi Boy tertawa.
"Benar sih, gadis itu memang sedikit bodoh. Kamu telah membakar tanah, bukannya artinya kamu juga akan membakar temanmu tepat di sini?" Tanya Gravi Boy.
"Tuh, dasar bego!" Kata Alfred.
"Apa? Aku tidak bego, dasar kambing!" Kata Alvina.
.
.
"Baiklah, lebih baik kalian selamatkan teman manismu ini." Kata Gravi Boy.
"Dia?! Dia manis?!" Teriak Alfred sambil menunjuk ke arah Alvina.
"Apa?! Aku tidak manis! Aku pedas!" Teriak Alvina.
Gravi Boy menepuk jidatnya.
"Bukan si gadis pedas itu, tapi si gadis manis yang tergeletak di atas tanah ini." Kata Gravi Boy.
"Asuka si es batu? Mengapa kamu panggil dia manis?" Tanya Alvina.
"Dia dingin, es itu manis." Kata Gravi Boy.
"Aku tidak memahami logikamu, tapi kita akan tetap menyelamatkan teman kita, meskipun aku kurang suka dengannya sih..." kata Alvina.
Lalu Alvina dan Alfred bersiap.
"Baiklah, kalian membuatku bersemangat, tetapi, waktu kalian tinggal 10 detik saja untuk menyelamatkannya, karena ia menerima tekanan yang kuat, kemungkinan semua organ tubuhnya akan keluar dari tubuhnya." Kata Gravi Boy.
"Sudah." Kata Alfred.
"Hahahaha? Bercanda ya---" kata Gravi Boy sambil tertawa dan melihat ke arah di mana Asuka tergeletak. Asuka sudah tidak di sana.
"Ini dia disini." Kata Alfred yang sudah menggendong Asuka.
.
.
"Sampai kapan kamu mau gendong dia?" Tanya Alvina.
"Kenapa? Cemburu?" Tanya Alfred.
"BUAT APA AKU CEMBURU AMA MACAN TUTUL BUANGAN YANG BEGO?" Teriak Alvina.
Alfred memberikan Asuka pada Zeko.
Alvina dan Alfred bersiap lagi.
"Baiklah, karena kalian adalah kekasih yang unik, aku akan mengerahkan kemampuanku." Kata Gravi Boy. Gravi Boy menepuk kedua tangannya.
Saat Gravi Boy menepuk kedua tangannya, tubuh Alvina dan Alfred terpukul terus menerus dari segala arah yang tidak menentu.
"F-F-Fire Punch!" Teriak Alvina.
Alvina menerjang ke arah Gravi Boy, tetapi ia terhantam oleh gravitasi Gravi Boy dan terjatuhlah ia di tanah. Saat terjatuh, tiba-tiba ia seperti dipukul ke atas, ke kiri, ke kanan, ke samping, ke bawah.
Gravi Boy terus menepuk tangannya.
.
.
"Hoi bego! Pakailah sihir yang kau latih selama ini!" Teriak Alfred yang juga sedang dipukuli oleh sihir Gravi Boy.
"Apaa?!" Teriak Alvina.
"Gunakan sihir_________!" Kata Alfred.
Alvina memahaminya, dan ia mulai tersenyum.
"Begitu..." Kata Alvina.
Alvina menutup kedua matanya dan berusaha untuk fokus meskipun ia dipukuli oleh gravitasi milik Gravi Boy.
"Sun..." kata Alvina yang masih dipukuli.
Matahari bersinar sangat terang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Eh, kakak.." kata Sun Hero terkejut.
"Mengapa kamu bersinar? Kamu menggunakan jurus ya?" Tanya Night Hero.
"Tidak, aku tidak melakukan apapun." Kata Sun Hero.
"Aneh.." kata Night Hero.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alvina membara, tubuhnya penuh dengan api.
"Burst!" Teriak Alvina.
Cahaya matahari bersinar amat terang, energi berkumpul pada matahari itu. Tak lama kemudian energi itu meluncur pada Gravi Boy dengan sangat cepat, semua api itu membakar tubuh Gravi Boy karena api tidak bisa dimanipulasi oleh gravitasi.
Pukulan-pukulan berhenti.
"Bego, kamu pintar!" Kata Alfred.
"Hoi, berhenti memanggilku pintar, panggil bego saja lebih baik rasanya..." kata Alvina.
"Hah? BARU KALI INI AKU BERTEMU DENGAN ORANG YANG INGIN DIPANGGIL DENGAN BEGO! HUAHAHAHHAHA!" Kata Alfred sambil tertawa terbahak-bahak.
"Diamlah, lagian dipanggil bego itu lebih nyama karena nanti kalau dipanggil pintar akan lebih sulit, terutama pada saat kerja kelompok. Lagipula, saat kamu memanggilku bego, kamu pasti akan mengingatku terus kan?" Kata Alvina sambil tersenyum pada Alfred.
"Eh? Apa maksudmu?" Tanya Alfred yang pipinya sedikit memerah.
Alvina tertawa kecil.
"Bukan apa-apa." Kata Alvina.
"Dasar... kamu ini... aneh.." kata Alfred sambil memalingkan mukanya dari Alvina. Alfred menggaruk-garuk rambut kecoklatannya itu.
"APA? KAMU MEMANGGILKU ANEH? DASAR MACAN TUTUL GILA!" Teriak Alvina.
"KAMU SENDIRI YANG MINTA DIPANGGIL BEGO! ANEH DAN BEGO KAN SAMA-SAMA JELEK ARTINYA!" Balas Alfred.
Dari kejauhan, Zeko memperhatikan mereka berdua,
"Apa-apaan pasangan aneh ini?" Kata Zeko.