Kannoya Academy

The last one



The last one

1"Kurosa, coba cek sekeliling. Kita akan mencari teman-teman." Kata Amiko.     

"Tapi sepertinya sihir Denzel sudah kembali berfungsi.. aku akan cek keadaan teman-teman terlebih dahulu." Kata Kurosa.     

Kurosa berkata,     

"Check friends status."     

Kurosa melihat semuanya.     

"Sebagian besar telah tertidur. Ada yang sangat sekarat, yaitu Asuka." Kata Kurosa.     

"Baiklah kita ke sana dahulu." Kata Amiko.     

Lalu mereka berusaha untuk menyusul kepada Asuka.     

Mereka sampai pada Asuka dan merawatnya, tetapi Kurosa merasa sesuatu yang tidak beres.     

"Aku ingin.... pergi ke musuh selanjutnya... tinggal satu... Rei.... aku ingin ke sana... lukaku hanya kecil jadi mungkin aku bisa membantu!" Kata Kurosa.     

"Aah... aku juga ikut!" Kata Alvina.     

"Tapi Alvina... kamu sudah kelelahan..." kata Kurosa.     

"Tidak apa-apa... aku baik-baik saja." Kata Alvina.     

"Baiklah.." jawab Kurosa.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Ardolph masih tertidur..." pikir Yukina.     

Yukina mengingat mimpinya dahulu, ketiga cahaya.. ia merasa ada yang aneh.     

"Aku akan mencari musuh terakhir kita..." kata Yukina.     

Yukina menitipkan Ardolph pada Name dan Nomu, lalu ia mencari Rei.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Baiklah, aku beri kesempatan terakhir." Kata Rei.     

Night Hero dan Sun Hero segera menerjang ke arah Rei dengan cepat.     

Sun Hero dan Night Hero membara. Tangan Sun Hero penuh dengan api, dan sihir Night Hero menjadi semakin tebal.     

.     

.     

Mereka berhasil menyerang Rei, Rei mundur sedikit, tetapi mereka tetap mengenai tubuh Rei.     

Rei terpukul mundur, dan Sun Hero dan Night Hero berhasil mendarat di atas kedua kakinya.     

Rei melihat, tangan kirinya penuh dengan luka-luka kecil dan pipi kanannya terdapat goresan kecil yang mengeluarkan sedikit darah.     

.     

.     

Night Hero dan Sun Hero terkejut.     

Tiba-tiba dari pinggul kanan mereka ke pinggul kiri mereka mengeluarkan darah. Lalu tubuh mereka terjatuh ke depan dan kaki mereka terjatuh ke belakang.     

"Bagaimana.... mungkin?" Pikir Night Hero.     

"Ini... sihir ini.... yang digunakan olehnya... tidak terlihat.." pikir Sun Hero.     

Mereka berdua terjatuh ke atas tanah.     

"Rupanya kalian akan meninggal dengan cara ayah kalian meninggal ya.... tidak sesuai dengan rencanaku tetapi tidak apa-apa lah..." kata Rei.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Hahaha, ternyata kalian hanya 0, 01% lebih kuat dari orangtua kalian... bodoh sekali." Kata Rei.     

.     

.     

"Begini saja sudah meninggal?" Tanya Rei yang bosan.     

Rei melihat ke langit.     

"Aku mau menbunuh pahlawan lainnya..." kata Rei.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Aku..." pikir Night Hero     

"Gagal...." pikir Sun Hero     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Yasumi...."     

"Natsuna...."     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Huh?" Kejut Night Hero dan Sun Hero.     

Dua orang berdiri di hadapan mereka.     

Night Hero dan Sun Hero terkejut sekali.     

"I-Ibu?!" Kejut Night Hero.     

"A-Ayah?!" Kejut Sun Hero.     

Kedua orangtua Night Hero dan Sun Hero tersenyum.     

"Ah... kita gagal ya...." keluh Night Hero.     

Ibu Night Hero menggeleng.     

"Kamu belum gagal." Kata ibunya.     

"Ayah... maaf.... aku gagal sebagai pahlawan... aku... kalah.." kata Sun Hero.     

"Kalau begitu namanya bukan pahlawan!" Kata ayahnya tegas.     

Sun Hero terkaget.     

"Kalau kamu menyerah, padahal kamu belum mencoba... memang kamu sudah mencoba, tetapi belum semuanya." Kata ayahnya.     

"Belum semua?" Kejut Sun Hero.     

"Ya... masih ingat teknik kita kan?" Tanya ayah Sun Hero.     

"Tentu saja..." jawab Sun Hero.     

"Kalau begitu...." kata ayahnya sambil tersenyum.     

"Begitu...." jawab Sun Hero sambil tersenyum kembali.     

"Yasumi.... Natsuna.... bangunlah.... kalau tidak.... pahlawan lainnya juga akan dibunuh oleh Rei.... kamu sudah melihatnya kan?" Tanya ibu Night Hero.     

"Ya..." jawab Night Hero.     

"Kalau begitu, tunggu apa lagi... ayo bangun... ibu yakin kamu masih bisa.... ibu yakin.... kamu lebih kuat dari ibu ataupun ayah..." kata ibu Night Hero.     

"Itu semua karena.... kalian adalah anak ibu dan ayah." Sambung ayah mereka.     

"Dan sepertinya... menurut ibu... kalian adalah yang terkuat dari pewaris sihir kita." Kata ibu mereka.     

"Karena itu... kami tidak bisa berharap pada siapapun...." kata ayah mereka.     

"Selain dari kalian, anak-anak kami yang terkasih...." sambung ibunya.     

"Aku akan berusaha... tapi... bagaimana...?" Tanya Night Hero.     

"Meskipun menggunakan teknik ibu dan ayah... ibu dan ayah sendiri juga mengetahui.... beberapa tahun lalu.... Rei tidak terkena efek apapun dari serangan ayah dan ibu..." sambung Night Hero khawatir.     

"... kamu masih bimbang Yasumi! Kekuatan bukan hanya dari kekuatan sihir dan skill, tetapi..... itu juga dari hati, dari perasaan..." kata ayah mereka.     

"Begitu..." kata Night Hero.     

Ibu mereka tersenyum.     

"Tenang saja.... kami akan membantu.... jangan takut meninggal." Kata ibu mereka.     

"Aku tidak takut hehehehe." Kata Sun Hero.     

"Kalian memang hebat...." kata ayah mereka.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Hm.... benar-benar sudah mati ya.... baiklah... aku akan mencari pahlawan lainnya..." kata Rei sambil berpaling dari mereka berdua.     

Rei terhenti, Rei merasakan sesuatu.     

"Sudah kuduga... kalian pasti akan bangun lagi untuk menunda kematian kalian!" Kata Rei senang.     

Rei kembali melihat ke arah mereka.     

Night Hero dan Sun Hero saling berpegangan tangan.     

"Apa yang akan kalian lakukan tanpa kaki kalian? Beritahu aku." Kata Rei.     

.     

.     

"The Night!" Kata Night Hero.     

"The Sun!" Kata Sun Hero.     

"Itu lagi?" Keluh Rei.     

.     

.     

Sedikit berbeda, mata mereka berdua bercahaya. Mata Sun Hero bercahaya bagaikan matahari bersinar, sangat terang memancarkan lidah-lidah api dari matanya. Mata Night Hero memancarkan warna rembulan nan indah yang berwarna keunguan.     

"Hanya sedikit berbeda.... membosankan..." kata Rei.     

.     

.     

"Kakak.... ini perjuangan terakhir kita.... mari kita lakukan yang terbaik..." Kata Sun Hero.     

Night Hero mengangguk.     

Sun Hero menyalurkan sihir apinya pada tangan kanan Night Hero. Gagang Night Hero tidak hanya mengeluarkan sihir gelap saja, tetapi bersama dengan sihir api mereka ikut membara.     

"Ibu... ini yang terakhir... sesuai janjiku... aku akan menjadi malam ketenangan semua orang.... " pikir Night Hero.     

"Ayah... sesuai janjiku.... aku akan menjadi matahari semua orang.... " Pikir Sun Hero.     

Mereka melihat Rei dengan tatapan yang sangat tajam, sihir mereka berdua bertambah kuat.     

"Kakak... fokuskan langsung mengenai jantungnya, siapkan juga penyerapan stamina... agar jika kita gagal.... yang lain bisa melanjutkan perjuangan kita dengan lebih mudah..." kata Sun Hero.     

"Baik." Jawab Night Hero.     

.     

.     

Night Hero mengarahkan sihirnya ke atas bersama dengan api Sun Hero.     

"Ooh... sama persis dengan kekuatan orangtua kalian... bahkan jurusnya juga... sepertinya punya kalian akan lebih lemah..." kata Rei.     

"Jangan bimbang.." pikir Night Hero.     

"Jangan menyerah..." pikir Sun Hero.     

Sihir itu naik hingga ke langit. Langit di atas Night Hero berubah menjadi langit malam, dan langit di atas Sun Hero berubah menjadi langit yang penuh dengan cahaya.     

"Hm... sedikit berbeda..." pikir Rei.     

Night Hero dan Sun Hero memejamkan kedua matanya sebentar.     

"Ibu..." pikir Night Hero.     

"Ayah..." pikir Sun Hero.     

Mereka meneteskan air matanya.     

Lalu Night Hero dan Sun Hero saling berpandangan sebentar.     

"Ayo..." kata Night Hero.     

.     

.     

.     

.     

Night Hero mulai mengendalikan sihirnya bersama dengan sihir Sun Hero.     

"Hm... apa itu? Mengapa?" Kejut Rei.     

"Tidak hanya dua orang... tetapi... banyak.... banyak sekali yang melawanku!" Pikir Rei.     

Di belakang Night Hero dan Sun Hero, Rei melihat bahwa banyak sekali orang yang menbantu mereka berdua.     

.     

.     

.     

"Ini yang terakhir! The blast of the Sun and the Night!" Teriak Sun Hero dan Night Hero.     

Night Hero mengarahkan sihirnya dengan sihir Sun Hero untuk berputar di sekeliling mereka dahulu agar Rei tidak bisa menghindar dan pandangannya terganggu.     

Lalu Night Hero mengarahkan sihirnya ke arah Rei, tepat terkena pada dada kirinya.     

.     

.     

.     

Sun Hero melihat ke arah Night Hero.     

"Kakak.... bolehkah aku meminta sesuatu... yang terakhir saja..." kata Sun Hero.     

"Ya... apa itu?" Tanya Night Hero.     

"Kakak... kakak jarang tersenyum.... tersenyumlah saja... sekali ini..." kata Sun Hero.     

Night Hero pun tersenyum pada Sun Hero.     

"Lihatlah.. Natsuna.. aku tersenyum..." kata Night Hero.     

Sun Hero pun merasa senang tercampur haru,     

"Kakak... kamu mirip sekali dengan ibu.... senyummu penuh dengan kasih... dan ketenangan..." kata Sun Hero.     

"Natsuna... kamu juga... tersenyumlah..." kata Night Hero.     

"Baik... kak... lihat." Kata Sun Hero sambil tersenyum.     

"Memang aku sering melihat senyumanmu, kamu mirip dengan ayah, senyumanmu penuh dengan semangat dan membuat orang lain ingin tersenyum juga.... kamu sudah berhasil menjadi Sun Hero, menjadi matahari bagi semua orang." Kata Night Hero.     

"Kamu juga kakak... senyummu... membawa ketenangan... tepat seperti misi Night Hero." Kata Sun Hero.     

Mereka berdua tersenyum.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

Kurosa dan Alvina merasa penasaran dengan keadaan Night Hero dan Sun Hero.     

"Coba cek." Kata Alvina.     

"Tadi mereka baik-baik saja sih... Check friends status.." kata Kurosa.     

Mereka berdua terkejut.     

Kurosa dan Alvina segera berlari secepat-cepatnya.     

"Tidak!" Pikir Kurosa.     

"Jangan!" Pikir Alvina.     

.     

.     

.     

.     

"Aku berada sedikit lebih dekat dengan Rei... mungkin aku akan cek keadaan para pahlawan itu.." pikir Junko.     

"Check friends status." Kata Junko.     

Junko terkejut.     

Junko segera meletakkan Denzel di atas tanah dan berlarilah ia dengan cepat.     

"Semoga sempat!" Pikir Junko panik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.