Ruined
Ruined
Tanpa sengaja, Ermin dan Rheinalth bertemu dengan Butterfly.
"Lho?" Kejut Butterfly.
"Eh... aduh.." pikir Ermin dan Rheinalth.
"Sedang apa kalian di sini? Bukannya kalian ada sekolah? Lagipula, bagaimana kalian tahu tempat ini?" Tanya Butterfly.
"Eh.... begini..." kata Ermin gugup.
"Hm?" Tanya Butterfly sambil tersenyum pada mereka berdua.
"Kami... tidak sengaja menemukan tempat ini.... dan kami ingin memasukinya... karena hari ini libur." Kata Rheinalth berbohong.
"Haha, kalian sangat mudah ditebak." Kata Butterfly sambil tertawa sedikit.
"Kalian berbohong. Kalian kemari untuk menyelamatkan seseorang itu kan? Ara ara... kalian baik sekali... tetapi aku lupa siapa yang akan kita selamatkan." Kata Butterfly.
"Aku juga.." jawab Rheinalth.
"Aku juga..." balas Ermin.
"Wah... kita sama-sama lupa ya." Kata Butterfly.
"Ya..." jawab Rheinalth.
.
.
.
"Oh!" Kejut Butterfly.
Butterfly memegang kedua tangan Rheinalth dan Ermin, lalu Butterfly terbang ke langit-langit lorong yang rendah itu.
"Ada apa-" kejut Ermin.
Lorong-lorong itu bergemuruh. Semua permukaan bergetar dan bergoyang.
Lubang-lubang mulai bermunculan.
"Aah.. untunglah kalian baik-baik saja.." kata Butterfly dengan lembut tetapi bersemangat.
"T-Terimakasih..." kata Rheinalth.
Tetapi, secara tiba-tiba, Butterfly membuat sebuah jaringan madu yang aneh dan meletakkannya pada lubang tersebut. Butterfly melemparkan Rheinalth dan Ermin dengan cepat pada jaringan madu itu.
Tak lama, sebuah gunungan tanah muncul dan menghantam punggung Butterfly dengan kuat. Butterfly menghantam pada sebuah permukaan lorong.
"Butterfly!" Kejut Rheinalth.
Tanah mulai bergerak-gerak lagi dan membuat jaringan madu milik Butterfly, yang diduduki oleh Rheinalth dan Ermin, mulai rusak. Tempat di mana Ermin duduk mulai hancur sepenuhnya. Ermin terjatuh ke dalam lubang, tetapi Rheinalth menggenggam tangan Ermin dengan cepat.
"Ermin! Bertahanlah!" Kata Rheinalth sambil menggenggam tangan Ermin dengan tangan kanannya.
Rheinalth mengarahkan tangan kirinya pada samping Ermin. Sebuah tapakan es muncul. Ermin berdiri di sana.
"Ermin, memanjatlah kemari!" Kata Rheinalth.
Ermin mulai memanjat, tetapi tanah mulai bergrrak lagi. Es milik Rheinalth hancur, tetapi Ermin berhasil memegang dinding tanah di lubang itu.
"Ermin! Bertahanlah!" Kata Rheinalth.
Tetapi keseimbangan Rheinalth mulai hilang, Rheinalth terjatuh pada lubang lainnya.
Untungnya, Butterfly menangkap tangan kanan Rheinalth dengan cepat. Butterfly mengangkat Rheinalth dan meletakkannya di tempat yang aman. Lalu Butterfly segera terbang ke arah Ermin dan menariknya keluar.
Rheinalth menapakkan kakinya, sehingga lubang-lubang tersebut tertutup oleh es.
"Ini belum aman." Pikir Ermin.
Lalu tanah mulai bergerak lagi.
"Kalau dipikir-pikir lagi... dimana Megan?" Kejut Ermin.
"Tadi.... aduh." Pikir Rheinalth.
"Megan?" Tanya Butterfly.
.
.
.
.
.
"HOEEEE!" Teriak Kurosa yang terjatuh ke salah satu lubang.
"KUROSA!" Kejut Asuka.
Tetapi lubang itu menutup.
"Awas!" Kata Asuka.
"Ice raiper!" Kata Asuka.
Sebuah raiper es muncul. Asuka memberikan raiper es itu pada Toshiko.
"Mungkin ini akan membantu." Kata Asuka.
"Baiklah, fire spear." Kata Toshiko.
Dari ranting-ranting api yang ia buat, ranting-ranting itu mulai menjalin dan berubah bentuk menjadi sebuah tombak.
"Ini mungkin membantu, Asuka." Kata Toshiko.
Asuka menerimanya, tetapi rasanya sedikit membakar.
"Ice." Kata Asuka.
Asuka membekukan tombak itu pada bagian yang ia ingin sentuh saja.
"Terimakasih, Toshiko." Kata Asuka.
.
Tanah mulai bergerak-gerak.
Toshik terhantam sebuah gunungan tanah, dan Toshiko terjatuh kepada sebuah lubang yang tercipta secara tiba-tiba.
"Toshiko?!" Kejut Asuka.
Lubang itu menutup.
Sebuah gunungan tanah menerjang ke arah Asuka dengan cepat.
Asuka menancapkan tombak yang dibuat oleh Toshiko,
"Ice!" Kata Asuka.
Ranting-ranting api itu muncul dari tombak Toshiko, dab ranting-ranting es juga bermunculan, ranting-ranting itu menahan hantaman gunungan tanah itu.
Ranting-ranting api milik Toshiko mulai patah.
"Aduh... aku lupa jika ia jarang sekali berlatih dahulu.. tetapi... tidak apa-apa.... sepertinya.." pikir Asuka.
Gunungan tanah lain muncul dan menghantam ranting-ranting itu, ranting-ranting itu semuanya hancur.
"Yang ini jauh lebih kua--" pikir Asuka.
Asuka terhantam dengan kuat. Asuka tidak sadar diri lagi.
.
.
.
"Woi! Nenek!" Teriak Alfred.
"E--" kejut Alvina.
Dengan cepat Alfred berlari ke arah Alvina dan menggendongnya. Tak lama sebuah lubang muncul di tempat di mana Alvina tadinya berdiri.
"Nenek, hati-hati! Di sini banyak jebakan rupanya." Kata Alfred.
Alvina mulai sedikit tersipu-sipu.
"Kakek..." panggil Alvina.
"APA KATAMU?!" Kata Alfred sedikit kesal.
"KAMU SENDIRI YANG MEMANGGILKU NENEK! DASAR KAKEK-KAKEK PIKUN!" Balas Alvina.
Sebuah gunungan tanah meluncur, untungnya Alfred cukup cepat untuk menghindar.
Tak sengaja, saat Alfred menghindar, sebuah lubang muncul dengan sangat tiba-tiba di tempat di mana ia hendak menapakkan kedua kakinya.
"Apa?" Kejut Alfred.
Mereka berdua terjatuh, tetapi Alvina menggenggam pinggir lubang itu dengan tangan kirinya dan menarik tubuh Alfred ke atas dengan tangan kanannya. Lalu setelah Alfred dapat berdiri di permukaan, Alvina segera melompat dan berdiri di samping Alfred.
Alfred menggendong Alvina lagi dan menghindar lagi.
"Ada apa ini?" Pikir Alfred.
.
.
.
.
.
"Cuaca baik-baik saja... ini pasti guncangan dari musuh." Kata Lucianna.
Di bawah tumpuan Alexa, tiba-tiba sebuah lubang muncul. Alexa terjatuh.
"Alexa!" Kejut Osamu.
Banyak tentakel muncul dari ransel yang ia bawa.
"Eh?" Kejut Alexa.
Tentakel itu membungkus Alexa sekaligus menahannya agar tidak terjatuh.
"Shinaiaru!" Kejut Aerum.
"Roots." Kata Nera.
Akar-akar kuat menutup semua lubang.
"Dengan begini seharusnya aman." Kata Nera.
Nera melapisi semua dinding dengan akar tumbuhan yang kuat.
Tetapi, tanah bergerak-gerak dengan kuat.
Banyak akar terputus.
"Apa?" Kejut Osamu.
"Roots!" Kata Nera.
Akar-akar kembali melapisi.
Tetapi percuma saja.
Sebuah gunungan tanah menghantam Osamu dengan kuat. Karena terhantam, Osamu terlempar dan ia juga menabrak Lucianna.
Sebuah lubang membuka dengan lebar, sehingga mematahkan semua akar-akar milik Nera.
Lucianna dan Osamu terjatuh, Lucianna memegang kerah baju Osamu dan Lucianna mengaitkan payungnya pada akar Nera yang masih terlihat.
Lucianna hendak melemparkan Osamu ke atas, tetapi fisiknya kurang kuat.
Tanah di atas mereka mulai menutup.
"Bertahanlah!" Kata Aerum.
"Light!" Kata Aerum.
Cahaya berkumpul di bawah Lucianna dan Osamu.
Dari punggung Aerum, muncul sepasang sayap. Aerum terbang ke arah Osamu dan Lucianna dengan cepat. Aerum hendak menarik payung Lucianna, tetapi tiba-tiba, sebuah gunungan tanah menghantam tangan Aerum dengan kencang hingga tangannya memar. Aerum melepaskan payung Lucianna karena terkejut.
Lucianna dan Osamu terjatuh di atas cahaya yang dibuat oleh Aerum.
Aerum memerintahkan agar cahaya itu mengangkat mereka berdua. Tetapi, sebelum sampai ke permukaan, tanah sudah menutup.
Aerum mencoba untuk menghancurkan tanah itu, tetapi setiap kali sihirnya mengenai permukaan tanah itu, tanah menjadi makin tebal.
"Aerum, lepaskan saja." Kata Lucianna dari bawah.
Aerum membalas,
"Nanti... kalian..." kata Aerum.
"Tidak apa-apa... kita bisa melindungi diri kok." Jawab Osamu.
Aerum menelan ludahnya.
"Baiklah." Kata Aerum.
Aerum melepaskan mereka.
Aerum segera terbang ke arah Nera dan Alexa yang masih diangkat oleh Shinaiaru.
Akhirnya Alexa sampai di permukaan.
Tanah bergerak-gerak lagi.
Banyak gunungan tanah muncul hendak menghantam mereka bertiga.
Shinaiaru mengeluarkan tentakel nya dan menahan semua gunungan tanah itu sendirian. Tentakelnya mulai berdarah-darah.
"Kita harus bantu! Roots! Heal!" Kata Nera. Akar-akar muncul dan menahan gunungan-gunungan tanah itu, dan sihir penyembuhan sedang aktif pada tentakel-tentakel Shinaiaru.
Tetapi, gunungan tanah itu bertambah.
"Light!" Kata Aerum.
Cahaya menyinari Nera, Shinaiaru, dan Alexa. Mereka bertambah sedikit lebih kuat.
"Light." Kata Aerum lagi.
Sebuah bola cahaya muncul di tangannya. Aerum melemparkannya ke arah gunungan-gunungan tanah itu. Beberapa dari mereka hancur, tetapi yang lainnya masih ada.
Karena terlalu fokus pada gunungan-gunungan tanah, sebuah lubang besar muncul di bawah mereka. Nera, Aerum, dan Alexa terjatuh. Tetapi Shinaiaru menahan jatuhnya Alexa ke dalam lobang.
Tanah segera menutup, hanya Alexa dan Shinaiaru yang berada di permukaan.
"Teman-teman...." kata Alexa khawatir.
"Ibu..." kata Shinaiaru.
"A-Aku bukan ibumu." Kata Alexa.
.
.
.
.
.
.
Megan terjatuh.
"Aku di mana... tanpa kusadari.. saat aku sedang menguap... tiba-tiba aku..." pikir Megan.
"Aneh... kosong sekali..." pikir Megan.
"Sepertinya ada seseorang di sana.."
Suara seorang lelaki terdengar. Suaranya sangat mengancam.
"Ah!" Kejut Megan pelan.
.
.
.
.
.
"Eeeeeh!" Kejut Denzel.
"DENZEEELKUUU!" Teriak Junko.
Junko merangkul tangan Denzel erat-erat.
"Barrier!" Kata Denzel.
Sebuah perisai menaungi Denzel dan Junko.
Tetapi hantaman tanah itu sangat kuat. Perisai Denzel hancur.
Saat Denzel hampir terhantam, Junko melemparkannya ke sisi lain dan Junko melompat pada Denzel.
"J-Junko..." kejut Denzel yang dilemparkan itu.
Saat mereka mendarat, sebuah lubang muncul di atas mereka.
"Lubang di atas?" Pikir Denzel.
Tanah di bawah mereka tiba-tiba menghantam mereka dari bawah, sehingga mereka berdua terlempar ke atas.
Lubang itu menutup.
.
.
.
.
Ms. Love berhasil menghindari semua hantaman dan lubang-lubang yang bermunculan.
"Aneh.." pikir ms. Love.
"Seharusnya... jika Time Stop sudah menghentikan waktu dan memeriksa semuanya, ia seharusnya sudah memperkirakan ada hal ini." Pikir ms. Love.
"Atau jangan-jangan..." pikir ms. Love.
"Orang-orang yang tadi Time Stop sebutkan... itu belum semua? Apakah ada yang disembunyikan?" Pikir ms. Love.