Kannoya Academy

I see....



I see....

0Yukina masih berusaha untuk memulihkan tubuh Time Ruiner.     

"Dasar..." keluh Deadman.     

Dari sekeliling tubuh Time Ruiner ditudungi oleh sebuah gelembung.     

"Gelembung itu bisa menjaga luka-luka Time Ruiner." Kata Deadman.     

"Dia tidak berbohong kan? Tapi kenapa! Dia aneh sekali." pikir Yukina.     

Deadman tertawa lagi.     

"Sudahlah." Kata Deadman.     

Deadman mengambil pedang besarnya itu.     

"Semua sihir yang ia miliki, ia lontarkan pada pedang itu." Pikir Yukina.     

Yukina melihat ke arah tubuh Deadman,     

"Sepertinya staminanya banyak, tetapi kurang lebih setengahnya sudah dikuras demi melawan Time Ruiner." Pikir Yukina.     

.     

Yukina bersiap.     

Deadman juga bersiap.     

.     

Mereka menerjang bersama.     

Yukina memerintahkan pedang-pedangnya yang menjadi sepasang sayapnya untuk bersatu pada satu pedang yang ia bawa. Semua pedang bersatu, tubuh Yukina bersama dengan perisainya dan pedangnya menjadi tak terlihat. Deadman tersenyum, ia merasa ditantang.     

Gerak tubuh Yukina menjadi lebih cepat.     

.     

Rupanya bagi Deadman hal itu adalah hal yang mudah, tak lama tubuh Deadman juga tak terlihat.     

"Di mana?" Pikir Yukina.     

Yukina merasakannya, Yukina menghindar. Pedang Deadman hampir menusuk tubuh Yukina.     

"Sihir kamuflase." Pikir Yukina.     

Yukina mengayunkan pedangnya pada Deadman. Semua angin yang ada berkumpul pada pedang Yukina. Pedang Yukina tertahan oleh pedang Deadman yang besar itu. Ledakan angin terjadi.     

Deadman tertawa. Pedang Yukina patah.     

"Apa? Apa yang terjadi? Mengapa patah sendiri?" Kejut Yukina.     

Deadman tertawa, Deadman mengayunkan pedangnya. Yukina mengambil perisainya dan menahan serangan Deadman.     

"... absorbtion." Kata Yukina.     

Dari atas perisai itu, sebuah lingkaran sihir terbentuk. Sihir-sihir pada pedang Deadman sedikit terhisap.     

Deadman tertawa lagi. Deadman melompat mundur, begitu juga dengan Yukina.     

.     

Deadman kembali menerjang ke arah Yukina. Yukina melemparkan perisainya itu ke arah Deadman. Dari jauh, Yukina mengendalikan gerak perisai itu. Deadman melihat perisai itu, lalu ia hanya menangkisnya dengan pedangnya sehingga perisai itu meluncur terjatuh. Tetapi Yukina mengendalikannya sehingga perisai itu berputar balik ke arah punggung Deadman. Saat perisai itu mengenai punggung Deadman, tanah melapisi punggung Deadman, es menusuk ke dalam tubuh Deadman, dan tumbuhan melilit seluruh tubuh Deadman. Yukina mengayunkan tangannya, perisai itu meluncur ke arah Yukina, meninggalkan semua elemen yang tertancap pada tubuh Deadman.     

Yukina menangkap perisai itu.     

Deadman sedikit kesakitan, lalu ia mencabut semua es yang menusuk pada punggung Deadman. Deadman kembali menerjang.     

Yukina melemparkan perisainya lagi. Perisai itu terhantam pada atas tanah. Gunungan-gunungan tanah keras yang dililit oleh ranting-ranting semak duri dan dengan setiap ujung tajam yang membeku muncul. Gunungan-gunungan itu muncul sangat cepat. Deadman tertawa lagi dan mengayunkan pedangnya di depan itu semua. Sebuah angin keras meniup dan menghancurkan semua gunungan-gunungan tanah itu beserta ranting-ranting itu.     

Yukina tersenyum. Deadman sedikit terkejut.     

Duri-duri pada ranting itu memang terpisah dari ranting-rantingnya, tetapi mereka masih adalah duri. Yukina melemparkan perisainya pada Deadman.     

Saat Deadman sibuk dengan perisai Yukina, Yukina mengendalikan angin disekitarnya untuk mengumpulkan semua duri-duri kecil itu.     

Deadman sudah selesai berurusan dengan perisai Yukina, perisai Yukina sudah hancur. Yukina meluncurkan angin yang ia kumpulkan pada Deadman. Duri-duri itu terlalu kecil untuk ditangkis oleh pedang yang besar. Duri-duri itu menusuk tubuh Deadman. Deadman hanya tertawa,     

"Kamu pintar juga." Kata Deadman.     

Deadman hendak mengayunkan tangannya, tetapi ia tidak dapat.     

"Ada apa? Stroke?" Tanya Yukina.     

"Enak saja." Kata Deadman, tetapi ia benar-benar tidak bisa menggerakkan tubuhnya.     

.     

Zirah Yukina bercahaya, lalu zirahnya berubah menjadi zirah Jejepangan. Bentuknya seperti samurai pengembara. Dua pedang muncul, Yukina mengambil kedua pedang itu.     

Yukina menerjang ke arah Deadman.     

"Oh aku tahu masalahnya." Kata Deadman.     

Deadman memberi sebuah tekanan pada tubuhnya, tubuhnya menjadi sangat berapi-api.     

"Membekukan darahku.... lumayan juga." Kata Deadman.     

Yukina sudah sampai di dekat Deadman, Yukina berputar, sebuah gelombang angin muncul. Gelombang itu menebas tubuh Deadman 2 kali lebih banyak.     

Deadman terpukul mundur sedikit, Yukina tidak berhenti.     

"Wind X Sword." Kata Yukina.     

Dengan tebasan menyilang yang 3 kali lebih banyak, Yukina berhasil memukul Deadman sedikit mundur.     

Yukina merasa sedikit curiga, Yukina melompat mundur.     

Deadman tertawa kecil,     

"Aneh sekali... mengapa kamu justru melompat mundur?" Tanya Deadman.     

Yukina bersiap.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Ibu, lihat." Kata Shinaiaru sambil menunjuk sebuah selaput aneh di depan mereka setelah mereka berlari dari lava itu.     

"Apa itu?" Tanya Alexa.     

Alexa menyentuh selaput itu, lalu ia merasa lemah, Alexa menarik kembali tangannya dari selaput itu.     

"Aneh.." kata Alexa sambil melihat tangannya yang menjadi sedikit gosong lemas itu.     

Shinaiaru melihat tangan Alexa, Shinaiaru mulai kesal dengan selaput itu.     

"Nakal! Nakal! Nakal!" Kata Shinaiaru perlahan sambil memukuli selaput itu dengan tentakel-tentakelnya.     

"Eh? Shinaiaru! Awas--" kata Alexa.     

Salah satu tentakel Shinaiaru menembus selaput itu. Shinaiaru melihat ke arah Alexa dengan santai.     

"Apa? Kamu tidak memiliki stamina?" Kejut Alexa.     

Shinaiaru masih melihat ke arah Alexa dengan penuh harapan, entah apa harapan itu.     

Alexa memahami selaput itu.     

"Oooh selama ini selaput ini menghisap stamina kita, tetapi jika kita tidak memiliki stamina, maka itu bukanlah masalah... tapi..." kata Alexa.     

"Dari kelas kita sepertinya tidak ada yang tidak memiliki stamina... golongan mereka benar-benar jarang rupanya." Kata Lucianna.     

"Bagaimana ini.." pikir Alexa.     

"Bahkan dari pahlawan pun yang tidak memiliki stamina hanyalah Sun Hero, dan Sun Hero sudah...." kata Osamu sedih.     

Mereka mulai sedikit putus asa, Alexa kembali melihat ke arah Shinaiaru, Shinaiaru masih melihat Alexa dengan penuh harapan.     

"Eh? Kenapa?" Tanya Alexa.     

Shinaiaru masih melihat ke arah kedua mata Alexa dengan penuh harapan.     

"Kamu mau masuk? Tapi aku tidak bisa masuk lho." Kata Alexa.     

"Oooh.." keluh Shinaiaru sedih.     

Shinaiaru duduk di samping Alexa sambil menunduk. Selaput yang tadinya bolong kembali menyatu.     

Alexa mengelus-elus kepala Shinaiaru.     

Lucianna duduk di samping Osamu sambil berbisik pada Osamu,     

"Bukannya Alexa sudah terlihat jelas seperti ibu Shinaiaru ya?"     

Osamu terkejut,     

"Betul sih... tapi bukan kan?" Bisik Osamu.     

"Hei aku dengar kalian lho!" Kata Alexa sedikit kesal.     

Osamu dan Lucianna langsung membatu.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Banyak juga." Pikir Nera.     

Gunungan-gunungan itu tetaplah muncul.     

Nera sudah mulai kelelahan.     

"Rupanya ms. Sheva benar... aku sangat lemah dalam sihir pertarungan." Pikir Nera.     

.     

Gunungan-gunungan itu sudah memojokkan Nera.     

"Light laser!"     

Sebuah sinar terpancar, sinar itu menyilaukan, Nera menunduk ke bawah, sebuah laser kecil menerobos gunungan-gunungan itu, lalu tak lama laser itu menjadi sangat besar. Gunungan-gunungan besar yang memojokkan diri Nera pun hancur, tetapi sebuah gunungan tajam yang memisahkan Aerum dan Nera tetaplah berdiri dengan kokoh.     

"Aerum? Bukannya kamu seharusnya membantu Yukina?" Tanya Nera.     

"Tidak..." jawab Aerum.     

"Seorang teman tidak boleh meninggalkan temannya demi alasan apapun, aku tak bisa meninggalkanmu sendirian begitu. Lagipula, Yukina akan lebih senang jika aku membantumu, aku yakin." Kata Aerum.     

Nera tersenyum,     

"Yaah... dasar Aerum sekarang nakal." Kata Nera.     

"Hah?!" Kejut Aerum.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

"Hm... aku merasa aku harus masuk ke dalam, Yukina belum muncul-muncul juga." Kata Butterfly.     

"Baiklah Butterfly, kalau mau, Butterfly boleh pinjam sihirku dahulu." Kata Alfred.     

"Ara ara, terimakasih." Kata Butterfly sambil membuat madu dari sihir Alfred. Butterfly meminumnya.     

"Oh! Apakah sihir Destroy masih aktif?" Kejut Establishment.     

"Tidak kok." Kata Butterfly.     

"Bagaimana?" Tanya Establishment.     

"Pedang itu sudah tidak bersihir dan sihirnya sudah berada di dalam tanganku kok." Kata Butterfly tenang.     

"Baiklah... berhati-hatilah di jalan." Kata Megan.     

Butterfly terbang ke dalam dengan kecepatan yang tinggi.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

.     

Deadman melemparkan pedangnya dengan sangat cepat, Yukina juga tidak kalah cepat untuk menghindarinya.     

"Camuflase." Kata Yukina.     

Tubuh Yukina mulai tidak terlihat lagi.     

"Kamuflase lagi? Bukannya aku bisa merasakanmu dengan sihir angin--" Tanya Deadman.     

Tetapi Deadman terkejut, Yukina seolah-olah benar-benar tidak ada.     

Deadman menggunakan kamuflasenya lagi.     

Deadman sangat kesusahan untuk mencari Yukina, bahkan seperti mustahil untuk menemukan letak Yukina saat ini.     

Leher Deadman tertebas. Darah mengalir dari lehernya. Deadman terkejut. Deadman segera mengambil kembali pedangnya dan menebas ke arah di mana ia menerima goresan itu, tetapi tidak ada hasil. Tangan kiri Deadman ditebas. Deadman terkejut lagi dan menebas ke arah itu, tetapi tidak ada hasil.     

Punggung Deadman ditebas, Deadman merasa kesal. Deadman menancapkan pedangnya ke atas tanah. Gunungan-gunungan tanah muncul di sekeliling Deadman dan angin mendorong ke bawah. Sebagian letak gunungan tanah itu hancur, Deadman mengetahui bahwa Yukina berada di sana. Deadman mengubah pedangnya menjadi sebuah lembing lalu melemparkannya ke arah Yukina dengan sangat cepat. Tetapi anehnya, ia bagaikan melempar kepada angin.     

"Apa? Aku yakin ia ada di situ!" Kata Deadman.     

Deadman datang kepada tempat Yukina itu, lalu berusaha untuk menyentuh tubuh Yukina. Saat tangannya hampir sampai pada tubuh Yukina, tangan yang hendak menyentuh tubuh Yukina tertebas.     

"Kamu benar-benar di sana!" Kata Deadman.     

Deadman mengepalkan tangannya, kumpulan seluruh elemen membara pada kepalan tangan Deadman. Deadman memukul tubuh Yukina, tetapi Deadman bagai memukul angin.     

"Apa ini?" Kejut Deadman.     

Yukina melompat dan menebas punggung Deadman dengan kedua pedangnya.     

Gunungan-gunungan tanah lainnya mulai dihancurkan oleh Yukina.     

"Aneh sekali." Pikir Deadman.     

.     

.     

"Ternyata begitu..." pikir Yukina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.