Saving
Saving
"Aku tak bisa tidur.." keluh Yukina.
"Tidak apa-apa... saat menjaga kamu boleh tidur sebentar." Kata Ardolph.
"Baiklah..." jawab Yukina.
.
"Apa? Kakak ke mana?" Kejut Raynell yang saat datang ke villa milik Ermin.
"Raynell, Raynard, dan Rayner, kakak ada misi mendadak, maaf kakak lupa memberitahukannya kepada kalian." Kata Toshiko.
"Baiklah." Jawab Raynell.
Mereka berkomunikasi lewat sihir telepati.
"Benar-benar sihir telepati yang kuat... hingga jarak jauh pun kita masih bisa berkomunikasi.." pikir Toshiko.
"Toshiko, kita akan menjaga tempat ini. Mohon kerja samanya." Kata Nera.
"Ya, aku juga." Jawab Toshiko.
.
"Baiklah... aku tidur sebentar.." kata Yukina sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding.
"Oh kakak, selamat datang." Kata Ni Nyoman Caya.
Ardolph dan Asuka melihat keadaan I Made Arnawa, ia masih lemas seperti sebelumnya.
"Dari dua tahun yang lalu kakak sudah tidak mau makan..." keluh Ni Nyoman Caya.
"Dua tahun?" Kejut Asuka.
"Ya, karena sumber sihir di sini sangat kuat, terkadang tidak makan tidak masalah, tetapi lama kelamaan tubuh tidak akan tahan." Kata Ni Nyoman Caya.
"Oh, begitu.. kamu tahu banyak ya." Kata Ardolph.
"Ya! Aku belajar dari kakak Ni Wayan Galuh." Kata Ni Nyoman Caya.
"Oh, dia adalah peneliti sihir kan?" Tanya Asuka.
"Benar!" Kata Ni Nyoman Caya.
Yukina berusaha tidur, tetapi ia tidak dapat.
"Duuh... tidur...." keluh Yukina.
Yukina melihat ke arah I Made Arnawa.
"Sepertinya aku tidak boleh tertidur.." pikir Yukina.
"... berbaring sedikit seharusnya tidak apa.." pikir Yukina.
Yukina berbaring di atas lantai.
I Made Arnawa bersandar di dinding dan terus menatap dengan kosong.
"Kakak! Lihat ini!" Kata Ni Nyoman Caya sambil menunjukkan pin yang diberikan oleh Yukina.
I Made Arnawa hanya diam saja.
"Pin ini akan membuat kakak menjadi hebat!" Kata Ni Nyoman Caya sambil memasangkan pin itu pada jaket yang dipakai oleh kakaknya pada bagian dada kirinya.
I Made Arnawa diam saja, sepertinya ia sudah tidak peduli akan apapun.
"Kakak terlihat hebat!" Kata Ni Nyoman Caya sambil tertawa kecil.
I Made Arnawa diam saja.
.
"Denzel, Junko, dimohon bantuannya ya! Aku sudah mengumpulkan banyak sample dari tubuh I Made Arnawa." Kata kakak I Made Arnawa, Ni Wayan Galuh.
"Baiklah, tapi Junko tidak bisa menggunakan sihir Junko secara maksimal saat ini." Kata Junko.
"K-Kenapa?!" Kejut Denzel.
Junko diam sebentar, lalu,
"Karena Denzel membuat Junko banyak kehilangan darah saat ini!" Kata Junko.
"Hah?!" Kejut Denzel kebingungan.
"Baiklah, kita mulai saja." Kata Ni Wayan Galuh.
Mereka mulai memeriksa sample-sample itu.
"Darah I Made Arnawa... ada suatu keanehan." Kata Junko.
"Kenapa?" Tanya Denzel.
"Lihat.. dari pikiran I Made Arnawa, Junko membaca pikiran I Made Arnawa, dan hal ini menunjukkan bahwa I Made Arnawa dapat mengendalikan sihir I Made Arnawa sebelum I Made Arnawa menginjak usia 13 tahun, dan semenjak I Made Arnawa berusia 13 tahun, sihir I Made Arnawa justru sangat tidak terkontrol. Ada apa ini?" Tanya Junko.
"Ini bisa jadi karena perubahan tubuhnya atau bisa disebut peralihan." Kata Ni Wayan Galuh.
"Tapi... aneh sekali rasanya.." kata Junko.
"Benar.." jawab Ni Wayan Galuh.
"Coba periksa sebabnya?" Tanya Denzel.
"Baiklah... I Made Arnawa mulai tidak terkendali pada tanggal 9 Januari. Sihir I Made Arnawa mulai bergelora mengikuti perasaan I Made Arnawa.." kata Junko.
"Itu adalah tanggal lahirnya!" Kejut Ni Wayan Galuh.
"Lalu... puncak gelora sihir I Made Arnawa... pada saat I Made Arnawa marah terhadap seseorang lelaki yang mengganggu teman I Made Arnawa. Sebuah gempa bumi terjadi di sisi lain negara ini dan karena salah satu teman yang I Made Arnawa sayangi sedang berlibur di tempat itu, teman I Made Arnawa itu... tertelan oleh gempa bumi itu.." kata Junko sedih.
"Benar, saat itu rakyat jadi dihebohkan dengan gempa itu, dan semenjak itu I Made Arnawa belum merasakan apapun... hingga yang kedua, ia dilukai oleh seseorang, dan tangannya terluka, lalu danau di daerah lain berubah warna menjadi merah." Kata Ni Wayan Galuh.
"Kamu tahu banyak ya.." kata Denzel.
"Tentu saja, aku adalah kakaknya!" Kata Ni Wayan Galuh.
"Benar... semenjak ulang tahun I Made Arnawa ke 13 tahun, sihir I Made Arnawa bergelora, pasti ada sesuatu yang memicu sihir I Made Arnawa ... entah itu mutasi atau sesuatu yang lain..." kata Junko.
"Mutasi... aku tidak menemukan mutasi apapun." Kata Denzel.
"Berarti bukan mutasi." Kata Ni Wayan Galuh.
"Jadi... Junko merasa I Made Arnawa telah memakan sesuatu... dan hal itu membuat sihir I Made Arnawa bergelora?" Tanya Junko.
"Hm... setauku dia tidak alergi apapun..." kata Ni Wayan Galuh.
"Tetapi, ada sihir-sihir yang memicu sihirnya untuk bergelora." Kata Denzel.
"Apa saja itu, sayang?" Tanya Junko.
"Itu adalah... sihir perasaan? Sihir perasaan yang dicampur dengan sihir pengendali." Kata Denzel.
"Oh.. jadi kalian berdua adalah pasangan kekasih?" Tanya Ni Wayan Galuh.
"B-Bukan!" Kejut Denzel.
"Benar sekali!" Kata Junko.
"J-Junkooo.." keluh Denzel dengan mukanya yang merah.
Ni Wayan Galuh tertawa kecil, lalu mulai melanjutkan pencariannya.
"Berarti, I Made Arnawa tidak boleh terkena sihir pengendali, perasaan, keduanya itu, sihir peningkatan stamina, dan sihir penguras stamina tentunya. Karena jika kita memberinya sihir pengendali, sihirnya akan makin berkuasa dan bergelora dengan perasaannya dan kemungkinan makin sulit untuk dihilangkan sebesar 50%. Jika diberi sihir perasaan, maka sihirnya akan makin berkuasa dan kemungkinan untuk dihilangkan dan dikendalikan akan semakin sulit, sebesar 70%. Jika diberi keduanya, maka tidak akan bisa dihilangkan lagi. Jika terkena sihir penguras stamina, ia bisa mati, dan jika terkena sihir peningkatan stamina, ia akan semakin kuat." Kata Denzel.
"Kalau sihir magic-eater, seperti sihir Butterfly?" Tanya Junko.
"Jika begitu... kemungkinan ada dua, satu.. sihir I Made Arnawa akan tetap berada di tangan Butterfly dan jika Butterfly menunjukkan perasaan, laut dan tanah akan bergelora sesuai dengan perasaan Butterfly. Kedua... sihir di tangan Butterfly, tapi karena stamina milik Butterfly berbeda jauh dengan stamina milik I Made Arnawa, ia akan melebihi standar staminanya dan terkena efek buruk hingga kematian, dan sihir I Made Arnawa akan kembali pada dirinya." Kata Denzel.
"Begitu..." kata Junko sedih.
"Untuk menangkar keliaran sihirnya, kita bisa memberinya sihir segel, tetapi jika disegel, ia akan semakin liar." Kata Ni Wayan Galuh.
"Kalau begitu, sihir apa.." tanya Denzel.
"Em... sebentar.." kata Ni Wayan Galuh sambil berpikir.
"Bagaimana dengan sihir penghilangan efek?" Tanya Junko.
"Bisa juga itu!" Kata Ni Wayan Galuh.
"Benar, tapi kita coba cek lagi Denzelku." Kata Junko.
"Baiklah...." kata Denzel sambil mengutak-atik hologramnya.
Setelah beberapa saat,
"Bisa." Kata Denzel.
"Baiklah, aku akan mencari obat penghilang efek!" Kata Ni Wayan Galuh sambil berjalan ke lemari-lemari penyimpanan obat-obatan sihir.
"Maaf, Galuh, obat itu telah habis." Kata salah satu anak buahnya.
"Begitu.." jawab Ni Wayan Galuh.
"Aku akan mencarinya." Kata Ni Wayan Galuh.
"Biar kutemani." kata anak buahnya itu.
"Tidak usah, kamu siapkan yang diperlukan." Kata Ni Wayan Galuh.
Lalu Ni Wayan Galuh meninggalkan tempat itu.
.
"Hai." Kata Alvina.
"Hai." Jawab Fire Core.
Mereka berdua terdiam.
"Akward sekali.." pikir Alvina.
Alvina melihat luka bakar pada kulit di daerah mata kirinya.
"Aku ingin menanyakannya... tetapi aku takut jika itu mengganggunya." Pikir Alvina.
"Kita sudah diberikan sihir translator, jadi kita bisa memahami satu dengan yang lainnya." Pikir Alvina sambil melihat alat yang diletakkan pada kedua kupingnya.
"Benar-benar mirip milik Denzel." Pikir Alvina.
Sampai saat ini pun mereka tetap berdiam.