Fight, again?
Fight, again?
Butterfly melihat sekitarnya, rasanya ia ada di sebuah ruangan yang gelap.
Ia melihat sesosok kupu-kupu.
"Ara ara... seperti sihir parasit, tetapi bukan." Kata Butterfly.
Butterfly mulai berpikir, "sebenarnya aku tidak terkena sihir parasit sih... karena ibuku juga memiliki sayap ini dan juga nenek.... itu memang bagian dalam sihir kami... terus kok jadi sihir parasit?"
Butterfly mendatangi sosok kupu-kupu itu.
"Butterfly, tanpamu kamu tidak bisa apa-apa!" Kata sosok kupu-kupu itu.
Butterfly memukulnya dengan kencang,
"Bahkan aku tidak memerlukanmu!" Katanya.
Sosok kupu-kupu itu langsung terjatuh.
"Karena aku tidak terkena sihir parasit. Sihir parasit muncul dari seorang penjahat dan sekarang sihir itu sudah mudah dikalahkan. Jika memang dari keluarga, maka itu bukanlah sihir parasit." Kata Butterfly.
"Bagaimana jika kamu baru mengalaminya sekarang?" Tanya sosok kupu-kupu itu yang lalu memukul perut Butterfly. Tetapi Butterfly hanya diam saja dan pukulan itu tidak berefek apapun.
"Ara ara... kasihan..." kata Butterfly.
Butterfly memukul balik sosok kupu-kupu itu dengan kencang hingga ia terlemparkan.
Sosok kupu-kupu itu menghilang.
"Eh... begini saja?" Kejut Butterfly.
Seorang berjalan mendatanginya.
"Ara ara... siapa itu?" Tanya Butterfly.
Lelaki itu memakai jubah hitam dan masker yang aneh.
"Maaf.... ini bukanlah sihir parasit yang dibangkitkan. Ini adalah sihir baru." Kata lelaki itu.
"Ara ara... kamu pasti pembuat sihir parasit. " Kata Butterfly.
Lelaki itu mengangguk,
"Ya, benar. Pahlawan memang hebat. Ini adalah sedikit mutasi dari sihir itu. Memang aku sengaja menaruh sihir-sihir parasit dan membuat orang-orang memberikan segenap stamina mereka untuk perlindungan yang kujanjikan. Hahahaha, bodoh sekali mereka, justru itu akan merasuk anak-anak mereka yang tidak tahu apapun itu!" Tawa lelaki itu.
"Ara ara... jahatnya.." kata Butterfly.
"Lalu, dengan mutasi itu, sekarang ada padamu." Kata lelaki itu.
Sosok kupu-kupu itu kembali, dan disampingnya berdiri sosok-sosok penjahat yang pernah Butterfly kalahkan sebelumnya.
"Ini adalah semua musuh-musuhmu, aku membaca memorimu dan mengambil semua yang terkuat, selamat menikmati." Kata lelaki itu yang tak lama menghilang.
"Ara ara.. dia sendiri tidak ikut bertarung.." kata Butterfly.
Semua musuh itu memandang kepada Butterfly. Mereka mengepungnya karena banyak sekali musuh-musuh kuat yang Butterfly pernah kalahkan. Tetapi bukannya ketakutan, Butterfly justru terlihat sangat tenang. Butterfly hanya tersenyum.
.
.
.
.
.
.
"A.. aduh..." kata Ardolph.
"Hai Ardolph, akhirnya kamu bangun juga." Kata lelaki berjubah hitam dan bermasker aneh.
"Eh? Kamu siapa?" Kejut Ardolph.
Lelaki itu merentangkan kedua tangannya.
"Selamat menikmati hasil dari mutasi sihir parasit!" Kata lelaki itu, lalu lelaki itu menghilang.
"Parasit lagi?" Keluh Ardolph.
Ardolph berdiri dan melihat.
"Ardolph! Hhhhrgghhhhh!"
"Kito?!" Kejut Ardolph.
"Hahahaha! Ardolph, mari kita bersenang-senang.... dengan mimpi burukmu!"
"S-Shinoka?" Kejut Ardolph.
"Ini semua untuk kedamaian, lihatlah, sekarang kamu yang menyebabkan ini semua!"
"Eric." Kata Ardolph.
Dan juga,
"...."
"Tak mungkin.... Yukina?" Kejut Ardolph.
"Belum semua lho!"
"Parasit..." kata Ardolph.
Ardolph melihat mereka semua.
"Apakah aku harus melawan mereka semua?" Pikir Ardolph.
Ardolph menelan ludahnya,
"Earth Knight!" Kata Ardolph.
Ardolph memakai zirah tanahnya itu.
"Sandstorm." Kata Yukina.
Yukina memakai zirah angin yang bernuansa Mesir.
Eric mengangkat tangannya, muncullah beberapa batu yang siap dilontarkan.
"Hihihihihihii!" Kata Shinoka sambil mengayunkan pisaunya.
"Ardolph! Grhhhhhhh!" Teriak Kito.
Tiba-tiba Shinoka berdiri di samping Ardolph,
"Hoi hoi Ardolph... lihatlah mereka, aku sudah menyelamatkan mu!" Kata Shinoka.
"Apa?" Kejut Ardolph.
Ardolph melihat ke sekelilingnya, lalu melihat bahwa semua musuhnya sudah takluk.
Shinoka mendatangi Eric yang tergeletak di atas lantai. Shinoka mulai melakukan pembedahan.
"Mau lihat organnya? Karena kamu penasaran mengapa ia bodoh, kan?" Tanya Shinoka.
"Tidak... hentikan!" Teriak Ardolph.
"Oh? Tidak tertarik... bagaimana dengan... dia?" Tanya Shinoka. Shinoka menarik kepala Yukina.
"Hentikan!" Teriak Ardolph.
Shinoka tertawa.
"Sebentar..." pikir Ardolph.
"Ilusi! Dasar!" Kata Ardolph yang lalu mengayunkan kapaknya pada arah belakangnya, karena ia tahu bahwa sebenarnya Shinoka ada di belakangnya selama ini. Lalu ilusi itu menghilang.
Tetapi saat ilusi menghilang, pedang Yukina sudah berada di depan kepala Ardolph.
"Bagaimana ini?" Pikir Ardolph.
.
.
.
.
.
"Aduh..." keluh Denzel.
"Apa itu?" Pikir Denzel.
"Selamat datang di dalam uji coba mutasi sihir parasit." Kata lelaki itu.
"Eh? Jadi kamu dalangnya!" Kata Denzel.
Lelaki itu tertawa,
"Baru sadar?" Tanyanya.
Lalu lelaki itu menghilang. Denzel melihat sekelilingnya.
"Denzel-kun! Kamu memang manis ya! Hihihihihi!"
"Junko?" Kejut Denzel.
Tetapi Junko ini tidak seperti biasanya, ia penuh darah dan ia membawa sebuah pisau dan cambuk.
"Ayo bermain, Denzel-kun~" kata Junko.
Lalu muncul lagi seseorang di samping Junko.
"Aku sudah berlatih lagi dan lagi! Meskipun aku hanya memiliki satu tangan, tetapi aku tidak akan kalah!"
"Techno.." kata Denzel.
"Hoi hoi... sayang sekali kau memiliki gadis yang tak berguna.."
"Rheinalth? Sejak kapan?" Kejut Denzel.
"Huh? Kamu terkejut dengan aku yang seperti ini? Aneh." Kata Rheinalth dingin.
"Ara ara... Denzel. Saat kamu tak terkendali, kamu memanglah liar."
"Butterfly?" Kejut Denzel.
"Mengangkat satu kota itu sudah lumayan ringan bagiku sekarang."
"Hehehe, Amiko memang hebat!"
"Aino juga."
"Apa? Kak Amiko, Aino, dan Tenji?" Kejut Denzel.
"Sampai kapan kamu terkejut terus? Ayo mulai!" Kata Rheinalth.
Denzel hendak mundur, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak,
"Sihir Junko!" Pikir Denzel.
Mereka semua mendatangi Denzel dengan perlahan-lahan.
.
.
.
.
Sementara itu, di luar diri mereka.
"..."
Ardolph mengayunkan kapaknya.
"Aneh... seranganmu seperti sembarangan." Kata Yukina.
Ardolph hanya diam saja. Ardolph tetap mengayunkan kapaknya. Yukina terus mundur.
Ardolph terus maju mengayunkan kapaknya.
Lalu di belakang Yukina sudah ada sebuah gedung.
"Ini saatnya! " pikir Yukina.
Ardolph mengayunkan kapaknya, tetapi sebelum Yukina terkena oleh ayunan kapak itu, Yukina sudah melompat, jadi Ardolph hanya menebas angin dan gedung itu. Yukina mendarat di atas kapak Ardolph dan menjadikannya sebagai tumpuan lompatannya.
Yukina melompat sangat tinggi.
"Aku akan pakai teknik itu!" Pikir Yukina.
Yukina berada di langit, dan di sana angin berhembus.
Yukina mengumpulkan angin itu kepada pedangnya. Angin itu menjadi sangat deras hembusannya.
Yukina menerjunkan diri dengan angin deras yang ada bersama dengan pedangnya.
"Karena ini adalah Sandstorm, serangannya akan sangat hebat!" Pikir Yukina.
"Semoga saja berhasil." Pikirnya lagi.
Yukina terjun sangat cepat, lebih cepat dibandingkan yang dahulu.
Ardolph melihat ke arah langit, Ardolph mengarahkan kapaknya ke tanah dan energi tanah yang banyak dan kuat berkumpul.
"Ayo..." pikir Yukina.
Yukina sudah dekat, Yukina mulai mengancang-ancang untuk menebas Ardolph. Ardolph juga mengancang-ancang untuk mengayunkan kapaknya.
Lalu, senjata mereka saling beradu. Gelombang angin kuat muncul dan menghempaskan semua benda-benda yang amat kuat. Tanah juga mulai hancur.
"Memang pedangku sudah hancur setengahnya, tetapi ini masih bisa dibuat untuk bertarung." Pikir Yukina. Yukina menaruh tekanan lebih pada pedangnya, gelombang angin kuat muncul lagi dan menghempaskan benda-benda di sekitar mereka.
Yukina terus menaruh tekanan dan sihir pada pedangnya, sehingga kapak Ardolph mulai retak.
Gelombang angin lainnya muncul. Gelombang itu menghempaskan tanah di sekitarnya.
Akhirnya kapak Ardolph hancur,sebuah gelombang angin besar muncul. Yukina melompat mundur.
Ardolph hanya terdorong ke belakang dan sebagian dari baju zirahnya, terutama di bagian dada, hancur.
"Oh.." kata Yukina.
Yukina memalingkan padangannya.
Ardolph merentangkan tangannya, kapak yang rusak menghilang, baju zirah Ardolph juga berubah.
"Land Spartan."
"Aduh jangan..." pikir Yukina dengan mukanya yang sedikit memerah.
Baju zirah Ardolph menjadi seperti Spartan dengan dua kapak kecil di tangannya.
Ardolph menerjang ke arah Yukina. Yukina menjadi kurang fokus dikarenakan oleh baju zirah Ardolph. Yukina jadi lebih sering terkena serangan.
"Warrior of sky!" Kata Yukina.
Baju zirahnya berubah menjadi baju zirah nan indah, dengan 3 pasang sayap dan 2 pasang sayap yang tidak terlihat, sayap itu terbuat dari pedang yang melayang.
Yukina membawa pedang dan perisainya.
Yukina bersiap-siap untuk menyerang, begitu juga dengan Ardolph.
.
.
.
.
.
"Aduh... aku merindukan Denzel-kun, tetapi aku takut jika ia membenciku..." kata Junko kecewa.
Tak lama, Junko mencium bau-bau khas milik Denzel. Junko segera berlari mendekat,
"DENZEEEL-KUUUUUUN!" Teriaknya.
Tetapi aneh, Denzel memakai jubah hitam.
Junko tidak peduli dengan hal itu,
"DENZEL-KUUUUN!" Teriak Junko yang lalu memeluknya dengan amat erat.
"JUNKO-SAAAN!" Panggil Denzel.
"Eh? Apa itu?" Kejut Junko.
"Karena kamu memanggilku Denzel-kun, aku akan memanggilmu Junko-san... atau Junko-chan, aku belum memutuskan." Kata Denzel.
"Eeh... panggil Junko saja." Kata Junko.
Junko mencium bau-bau Denzel di leher Denzel.
"WAAAAAAAH! SUNGGUH BAU YANG SANGAT INDAH!" Kata Junko.
Denzel hanya tersenyum saja, justru ikut tertawa.
"Eh, reaksinya berbeda... biasanya jika aku melakukan hal yang aneh, dia pasti memprotes." Pikir Junko.
"JUNKO-SAN! AKU MENYAYANGIMU!" Kata Denzel.
Junko sangat terkejut,
"AKU JUGA MENYAYANGIMUU! DENZEL-KUUUN! BAHKAN DISAAT KITA BELUM SALING MENGENAL!" Balas Junko.
"Kalau begitu, kita menikah saja!" Kata Denzel.
"HIYAAAAA! AKHIRNYA AKU BERSAMA DENZEL SELAMANYA!" Kata Junko yang lalu ia terhanyut di dalam imajinasinya.
"Nanti kita akan mempunyai 300 anak dan kita akan hidup berbahagia di sebuah rumah kecil, tidak apa-apa rumah kecil tidak masalah. Lalu kita akan bermain dengan cucu-cucu kita juga! Aaaaaaaah, indahnyaa!" Kata Junko.
"Ide bagus, ayo kita wujudkan sekarang!" Kata Denzel.
"Eh.. tunggu... ini terlalu cepat." Kata Junko yang sudah tersadar kembali.
"Terlalu cepat bagaimana? Makin cepat makin baik kan?" Kata Denzel.
"Denzel... kamu tidak seperti biasanya." Kata Junko.
"Oh, benarkah? Aku hanya mencurahkan isi hatiku kok kepadamu, karena hanya kamu yang kupercayai." Kata Denzel.
"Hm.. aneh... Denzel tidak akan terang-terangan seperti ini." Pikir Junko.
Lalu sosok lelaki berjubah hitam dan bermasker aneh muncul.
"Selamat datang, ms. Bloody." Kata lelaki itu.
"Eeeh... aku bukan ms. Bloody lagi." Kata Junko.
"Kamu bertanya-tanya mengapa Denzel, pacarmu, seperti ini kan? Itu karena sihirku. Tenang saja, ia tidak sadar apa yang telah ia katakan." Kata lelaki itu.
"Begitu..." jawab Junko.
Junko menggerakkan tangannya, tangan lelaki itu mulai mengeluarkan darah yang banyak.
"Darah... benar-benar khas ms. Bloody." Kata lelaki itu. Junko telah mengambil sedikit darah milik lelaki itu.
"Kamu adalah Controler... pencipta sihir parasit.." kata Junko.
Lelaki itu tertawa kecil.
"Benar..." pikir Junko.
Lelaki itu duduk di atas sebuah batu dengan sebuah popcorn.
"Mengapa ada makanan?" Tanya Junko.
"Aku ingin menonton kalian berdua, kalian menarik." Kata Controler, lelaki itu.
Controler memakan popcorn nya sambil melihat Denzel dan Junko. Controler menggerakkan tangannya, lalu Denzel menerjang ke arah Junko.
.
.
Denzel melewati Junko begitu saja, tetapi tangan Junko tidak dapat digerakkan, rasanya seperti terborgol di belakang tubuh.
"Hm... begitu..." kata Junko.
Junko berdiri menghadap ke arah Denzel.
"Setindaknya... aku harus mengalahkan Controler, agar yang lain segera terbebas." Pikir Junko.