kita bertemu lagi (1)
kita bertemu lagi (1)
Sinta yang baru menyelesaikan semua pekerjaannya. Langsung mengambil barang-barangnya di loker penyimpanan karyawan.
Aisyah datang menghampirinya dan melihat wajah Sinta yang sejak bertemu dengan Jeffery, raut wajahnya terlihat sangat murung dan tidak menceritakan apapun padanya.
"Sinta, kamu kenapa?" Tanya Aisyah, dia menatap wajah Sinta dengan serius.
Sinta menoleh dan melihat kearah Aisyah.
"Nanti aku ceritakan semuanya. Disini bukan tempat yang cocok untuk membicarakan dia," jawab Sinta. Dia menarik tangan Aisyah dan mereka pun pergi meninggalkan tempat itu.
Aisyah mengangguk dan dia mengikuti Sinta.
Mereka pun pulang bersama.
Di dalam taksi.
"Sin, kamu baik-baik saja kan? Jeffery tidak melakukan hal yang aneh-aneh kan? Tapi tadi aku mendengar kalian berdua bertengkar dan kamu juga menangis," tanya Aisyah, dia merasa sangat khawatir, karena jika sudah menyangkut Jeffery, dia takut Sinta kembali menderita lagi.
Sinta menoleh kearah Aisyah dan memeluknya.
Tubuhnya terlihat sedang gemetar karena ada rasa takut didalam hatinya.
"Ai, aku takut," ucap Sinta.
"Takut? Takut kenapa? Ada apa Sinta? Apakah Jeffery sudah menyakiti kamu?!" Tanya Aisyah, dia langsung terbakar api amarah.
Sinta menggelengkan kepalanya.
"Iya, tapi ada yang lebih menakutkan. Dia … dia mau menyakiti suamiku. Aku takut dia menyakitinya dan dia mengatakan akan membunuh Daffin jika aku masih bersamanya. Ai, aku tidak mau kehilangan dia, aku tidak mau!" Ucap Sinta, air matanya langsung jatuh dari sudut matanya.
Aisyah tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Si brengsek itu! Bisa-bisanya dia mengatakan itu padamu. Memang harus diberi pelajaran pria semacam dia," ucap Aisyah, dia merasa ingin sekali memukul wajah Jeffery saat ini juga.
"Ai, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau Daffin disakiti olehnya. Aku tidak mau Ai! Dia segalanya untukku, aku tidak mau terjadi apapun padanya Ai."
Sinta terus menangis, dia sudah membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi pada Daffin dan itu semua atas tindakan gila dari Jeffery.
Aisyah mengusap pundak Sinta dan dia menghela nafas pendek.
"Kamu tidak perlu merasa khawatir, suami kamu adalah orang yang hebat. Dia jauh lebih kaya dari Jeff dan juga aku merasa sangat yakin jika Jeff tidak akan bisa menyentuhnya. Kamu harus yakinkan itu semua ya Sinta. Suami kamu bukan pria biasa, jadi lebih baik daripada kamu memikirkan hal itu, kita makan es krim langganan kita. Bagaimana?" jal Aisyah, dia mencoba untuk menghibur Sinta agar tidak merasa sedih lagi.
Sinta mengangguk dan dia langsung menghapus air matanya yang membasahi pipinya.
"Kamu benar Ai, aku terlalu mengkhawatirkannya dan itu membuat aku merasa panik seperti ini. Mungkin aku terlalu takut kehilangannya, jadi aku bisa seperti ini," jawab Sinta. Dia tersenyum kearah Aisyah dan berusaha menenangkan hatinya.
Aisyah mengusap bahu Sinta dan tersenyum padanya.
"Ya, sangatlah wajar kalau kamu merasa ketakutan Sinta. Suami kamu sangat baik dan semua karakter suami idaman ada padanya. Hhhmmm … kamu sangat beruntung Sinta karena bisa memiliki suami terbaik seperti dia dan keputusan yang sangat bagus untuk meninggalkan si brengsek tidak tahu malu itu, aku saja sangat membencinya apalagi kamu Sinta. Kamu pasti sangat kesal sekali padanya, ya kan?" Tanya Aisyah, dia selalu terbawa emosi jika sudah membahas pria yang bernama Jeffery.
"Iya, aku bersyukur telah bertemu dengan Daffin. Ya walaupun pertemuan kita saat itu, uhhukk … sangat memalukan!" Ucap Sinta, dia tidak mau menceritakan secara detail tentang awal pertemuan mereka dan pernikahan kilat yang terjadi saat itu.
Aisyah tertawa senang karena Sinta memang benar-benar sudah melupakan Jeffery dan menjalani hidup yang baru dengan pria yang sangat baik dan tentunya dia adalah suaminya saat ini.
Tidak lama kemudian. Mereka pun sampai di tempat yang dituju.
Sinta dan Aisyah pun turun dan berjalan bersama menuju tempat penjual es krim.
Tidak jauh dari tempat mereka membeli es krim.
Ada pria tampan yang baru saja keluar dari restoran yang tidak jauh dari tempat Sinta membeli es krim saat ini.
Dia sedang berjalan dan ditangan kanannya, dia sedang memegang ponsel yang dia tempelkan ditelinganya.
Pria tampan itu pun sangat sibuk dengan panggilan teleponnya dan tiba-tiba tanpa sengaja dia melihat sosok Sinta yang sedang membeli es krim berdua dengan Aisyah. Mereka sedang tertawa bersama sambil menunggu es krim.
Pria tampan itu pun merasa sangat terkejut dan dia mengabaikan orang yang sedang bicara dengannya.
"Kamu!" Ucap pria tampan itu yang tidak lain adalah Aksan.
Dia terkejut dan tanpa sadar telah mengabaikan panggilan teleponnya.
"Halo, pak! Apakah anda masih disana?" Tanya orang yang sedang bicara dengan Aksan saat ini.
Aksan langsung terkejut dan kembali berbicara.
"Oh ya pak! Saya masih disini. Disini sinyalnya kurang bagus. Nanti kita lanjutkan pembicaraan kita, bagaimana?" Ucap Aksan. Dia berpura-pura mengatakan itu karena dia merasa penasaran dengan Sinta. Karena semenjak dia bertemu dengan Sinta saat itu, Aksan terus memikirkan Sinta.
Dia merasa jika Sinta adalah anak perempuan itu.
Untungnya orang yang mengobrol dengan Aksan mengerti, dia pun mengakhiri panggilan telepon dan berjalan mendekati Sinta.
Sinta yang baru saja mendapatkan es krimnya langsung merasa terkejut saat melihat sosok Aksan yang berada tepat didepannya saat ini.
Sinta langsung merasa terkejut dan hampir saja es krimnya terjatuh. Namun Aksan langsung menahannya.
"Awas! Es kamu itu … hampir saja jatuh!" Ucap Kasan dan dia menangkap es krim Sinta.
Sinta langsung tersadar dari keterkejutannya dan melihat kearah es krim miliknya.
"Ehh … aku minta maaf ya!" Ucap Sinta, dia mengambil es krimnya yang dipegang oleh Aksan dan itu malah jadi tumpah ditangannya.
Aksan tersenyum dan dia mengambil sapu tangan dari sakunya.
"Oh, iya tidak apa-apa. Kamu tidak perlu meminta maaf!" Ucap Aksan. Dia tersenyum ramah dan membuang es krim yang sudah rusak itu.
Sinta mengambil tissue basah yang ada didalam tasnya. Dia memberikan itu kepada Aksan.
"Gunakan ini, pasti itu terasa sangat lengket," ucap Sinta sambil menyodorkan tissu basah itu.
Aksan mengambilnya dan dia membersihkan tangannya dengan tissue basah.
Aisyah datang menghampiri Sinta dan melihat ada pria tampan didepannya. Memakai setelan abu-abu dan terlihat jika dia adalah pria kaya yang tidak jauh beda dengan Daffin dan juga Jeffery.
Aisyah berdiri dibelakang Sinta dan terus mengamati Aksan.
Aisyah takut jika Aksan akan menyakiti Sinta dan parahnya dia takut jika Aksan akan mengganggu kehidupan rumah tangga Sinta dan juga Daffin. Memikirkan semua itu.
Aisyah langsung menarik lengan Sinta dan berbisik," Sinta, kamu harus berhati-hati."
Sinta mengangguk, dia juga takut saat melihat Aksan, apalagi dia tahu jika Aksan adalah suaminya Laura, wanita yang sering mengganggu Daffin dan juga pria didepan inilah yang membuat Daffin menjadi dingin terhadap wanita.
Mereka pun saling menatap satu sama lain.
Aksan tersenyum dan menatap Sinta dan mengamati wajah Sinta yang terlihat sangat cantik secara alami. Tanpa ada riasan sama sekali, rambut hanya dikuncir kuda dan memakai pakaian sederhana.
Sinta mengganti seragamnya di kantor. Karena dia merasa tidak nyaman jika pulang kerja harus memakai seragam itu.
Sinta dan Aisyah merasa ketakutan saat melihat tatapan Aksan yang tidak berkedip sama sekali.