Kita bertemu lagi
Kita bertemu lagi
Aisyah harus membeli obat untuk ibunya yang sudah berangsur-angsur pulih kembali.
Aisyah turun dari mobil dan dia pamit untuk pergi duluan.
"Terima kasih ya Sinta, mas Daffin sudah mengantar aku," ucap Aisyah, dia melambaikan tangannya dengan senyum cerah dari sudut bibirnya.
"Sama-sama, Ai kamu yakin turun disini? Tidak didepan gang rumah kamu saja?" Tanya Sinta sambil melihat kearah toko obat yang ada didepannya saat ini.
Aisyah mengangguk dan masih saja tersenyum.
"Tentu saja aku yakin, aku harus membeli obat untuk mama dan terima kasih ya karena berkat kamu, mama aku sudah mulai membaik dan dokter mengatakan keadaan mama aku sudah mulai stabil, sekali lagi aku ucapkan terima kasih sama kamu dan juga mas Daffin," ucap Aisyah, dia melihat kearah Daffin dan Daffin hanya mengangguk saja.
Daffin akan bersikap dingin pada wanita manapun, hanya pada Sinta lah dia akan bersikap berbeda.
Aisyah mengerti dengan sikap Daffin jadi dia tidak merasa tersinggung sama sekali. Dia melihat kearah Sinta dan tersenyum padanya.
"Sinta, terima kasih ya atas semua bantuan kamu, titip salam untuk nenek dan nanti aku pasti akan datang menjenguknya," ucap Aisyah.
Sinta mengangguk dan membalas senyuman Aisyah.
"Tentu saja, nanti aku akan menyampaikannya. Kamu hati-hati ya Ai," ucap Sinta dan dia membalas lambaikan tangan Aisyah.
Aisyah mengangguk dan dia pun pergi meninggalkan mobil Daffin.
Setelah Aisyah pergi, Daffin menutup kaca mobilnya dan pergi secepatnya dari tempat itu.
Dia menatap kearah Sinta dan berkata, "Sayang, kamu masih memiliki hutang penjelasan padaku," ucap Daffin.
Sinta mendekati Daffin dan dia langsung menyandarkan kepalanya di bahu Daffin dan memeluk erat lengannya.
"Sayang, aku harus menjelaskan apa? Bukankah kamu sudah mengetahui semuanya. Lalu aku harus menjelaskan apa lagi?" Tanya Sinta, dia benar-benar merasa bingung.
"Daffin melirik kearah Sinta dan dia tertawa melihat wajah Sinta yang kebingungan karena ucapannya sendiri.
"Hahahaha … kamu berhutang menjelaskan dengan satu atau dua ciuman padaku," ucap Daffin dan dia merubah ekspresi wajahnya.
Sinta langsung tertawa mendengar itu semua.
"Kamu menakuti aku sayang, aku bingung saat kamu mengatakan jika aku memiliki hutang penjelasan sama kamu. Hehehehe … kamu semakin nakal saja sayang," ucap Sinta. Dia tertawa sambil menyembunyikan wajahnya di lengan Daffin.
"Jadi, mana ciuman yang mau kamu berikan padaku? Ayolah sayang, berikan sekarang juga," ucap Daffin dengan suara manjanya. Dia merengek seperti bayi besar saja.
Sinta tertawa dan wajahnya memerah karena malu.
"Sayang, kamu itu kan sedang menyetir dan bisa berbahaya jika aku melakukannya sekarang, jadi lebih baik kita …," Sinta menghentikan ucapannya saat Daffin langsung menghentikan mobilnya karena lampu merah.
"Apa? Ayolah berikan sekarang juga," pinta Daffin dan sekali lagi dia merengek seperti bayi besar.
Sinta tertawa dan dia langsung mendekati wajah Daffin dan mencium pipinya dengan lembut.
Namun Daffin masih merasa kurang dan langsung mencium bibir Sinta dan melumatnya dengan penuh semangat. Hingga nafas keduanya terasa sesak dan akhirnya Daffin melepaskan bibirnya dan tertawa melihat Sinta yang wajahnya memerah karena kehabisan nafas olehnya.
"Hahahha … kamu sangat manis sayang, aku masih menginginkannya tapi …," saat Daffin hendak mencium bibir Sinta lagi terdengar suara klakson dari belakang. Daffin langsung menginjak pedal gas dan mobilnya kembali melaju dan rasa kesal menyelimuti hatinya.
Sinta tertawa saat melihat wajah kecewa yang terlihat jelas didepan matanya saat ini.
***
Di depan toko obat.
Aisyah baru saja datang dan disana terlihat banyak orang yang sedang mengantri.
"Haistt … banyak sekali disini? Pasti akan lama selesainya," keluh Aisyah karena langit sudah mulai gelap dan sebentar lagi masuk waktu malam hari.
Aisyah langsung masuk ke dalam barisan antrian sambil menunggu dia pun menyalakan ponselnya dan membaca berita-berita yang sedang viral di dunia Maya.
Satu persatu pun mulai selesai dan barisan pun terus maju ke depan.
Tanpa Aisyah sadari dari belakang ada yang mendorong tubuhnya dan karena dia terlalu terkejut dia pun menabrak pria yang ada didepannya dan sialnya dia memeluk pria itu tanpa sengaja.
"Oopss … aku minta maaf!" Ucap Aisyah dan dia langsung melepaskan pelukannya.
Pria yang ada didepannya juga merasa sangat terkejut dan saat dia menoleh mereka saling bertukar pandang satu sama lainnya.
Aisyah langsung diam membatu karena pria itu adalah pria yang menabraknya di depan pintu masuk tempat dia bekerja dan wajahnya mirip sekali dengan Jeffery.
Arya pun tidak kalah terkejutnya, dia melihat kearah Aisyah yang menurutnya sangat familiar. Arya diam-diam mengingat-ingat kembali karena dia sedikit melupakannya.
Tiba-tiba keduanya langsung merasa terkejut saat ada orang yang dibelakangnya berteriak.
"Hey, kalian cepat maju!"
Arya langsung menggelengkan kepalanya dan dia langsung maju ke depan dan Aisyah mengikutinya dari belakang.
Wajah Aisyah memerah karena malu. Dia menabrak pria yang ada didepannya untuk kedua kalinya dan ini sangat memalukan untuknya.
Arya berdehem dan melihat kearah belakang.
"Kamu, sepertinya kita pernah bertemu ya?!" Ucap Arya dan dia berusaha memulai percakapannya.
Aisyah mengangguk dan dia menunduk karena malu.
"Iya, kita pernah bertemu. Tapi kamu disini sedang apa?" Tanya Aisyah, dia terlalu grogi karena dia bingung harus bicara apa.
Arya menahan tawanya dan dia pun menjawab, "puft … Menurut kamu, aku sedang apa? Tidak mungkinkan aku sedang membeli beras disini?" Ucap Arya, dia ingin tertawa namun langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
Aisyah menaikkan alisnya dan dia juga ingin tertawa.
"Kamu sedang bercanda ya? Hhhmm … tapi menurutku tidak lucu sama sekali," ucap Aisyah. Dia memalingkan wajahnya namun dia tertawa kecil saat itu juga.
Arya tersenyum melihatnya. Karena ini pertama kalinya dia berinteraksi dengan wanita selain ibunya jadi dia merasa sedikit canggung namun menurutnya wanita yang ada didepannya terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Membuatnya ingin mengajaknya terus bercanda.
"Hehehe … kalau aku tidak lucu, kenapa kamu tertawa seperti itu?" Tanya Arya, dia kembali menggoda Aisyah.
Aisyah langsung menghentikan tawanya dan melirik kearah Arya.
"Aku … aku tertawa karena …," Aisyah menghentikan ucapannya karena tiba giliran Arya yang sudah berada didepan pelayan toko yang sudah menunggunya.
"Jangan banyak bicara lagi, cepat tebus obat kamu. Banyak orang yang sudah menunggu dibelakang," ucap Aisyah, dia sengaja mengalihkan ucapannya agar Arya tidak bertanya lagi padanya.
Arya melihat kearah depan dan apa yang dikatakan Aisyah adalah benar.
Dia pun tersenyum kearah Aisyah dan langsung menyerahkan resep obat yang dia cari.
Sambil menunggu, Arya menatap Aisyah yang ada didepannya saat ini sambil tersenyum padanya.