My Husband from My First Love

Berpikir positif dulu



Berpikir positif dulu

0Daffin menoleh dan melihat kearah Nick yang telah datang menghampirinya.     

"Ada apa Nick?" Tanya Daffin. Dia menatap wajah Nick yang terlihat pucat sejak awal mereka bertemu tadi sore.     

Nick terdiam sejenak. Dia pun menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan.     

Daffin menaikkan alisnya dan bertanya lagi.     

"Ada apa? Ayolah cepat katakan! Ini sudah larut malam dan kamu tahukan jika istriku sudah menungguku di rumah. Dia pasti sedang mengkhawatirkan aku," ucap Daffin. Dia merasa sangat gelisah karena ingin secepatnya pulang ke rumah dan menagih janji kepada Sinta yang tadi siang mengatakan jika malam ini dia akan malanjutkan percintaannya, yang Daffin rasakan jika dia belum merasa cukup untuk stock nya tiga hari ke depan.     

karena tiga hari mereka akan berpisah dan itu sangat berat untuk Daffin sendiri dan juga untuk Daffin juniornya.     

Nick menghela nafas pendek dan dia menatap kearah Daffin.     

"Daff, apakah kamu akan percaya dengan apa yang akan aku katakan sebentar lagi?" Tanya Nick, bibir dan tangannya gemetar karena dia juga tidak bisa menahan masalah itu oleh dirinya sendiri.     

Daffin yang awalnya merasa sangat kesal karena Nick telah mengganggu waktunya, kini malah berubah menjadi memiliki perasaaan simpati.     

Daffin tidak pernah melihat Nick bersikap seperti ini. Biasanya Nick terlihat selalu bersemangat dan dari raut wajahnya pasti selalu ada tawa yang menghiasi wajahnya.     

"Ada apa? Kamu kenapa Nick? Apakah kamu sedang memiliki masalah?" Tanya Daffin. Dia merangkul bahu Nick dan mengajaknya untuk duduk di sofa secara bersama. Daffin tidak jadi pulang dan saat ini dia hanya ingin tahu masalah dari sahabatnya ini.     

Nick pun duduk begitu pula Daffin, dia pun duduk tepat disebelah Nick.     

Setelah keduanya duduk. Nick kembali menatap Daffin dan dia pun mulai bicara lagi.     

"Daff, aku … aku, aku tidak tahu harus percaya siapa sekarang? Apakah aku harus percaya dengan apa yang aku lihat secara langsung atau aku harus percaya dengan perasaan aku ini Daff," ucap Nick. Dia mengusap kasar wajahnya dan kembali menatap kearah Daffin.     

Daffin semakin tidak mengerti, dia mengerenyitkan dahinya dan bertanya kepada Nick.     

"Apa maksud kamu Nick? Jangan katakan jika dia melakukan hal gila di belakang kamu? Ayo cepat katakan Nick!" Ucap Daffin, dia menggoyang-goyangkan bahu Nick agar Nick mau bicara secepatnya.     

Nick langsung terkejut dan dia pun kembali menatap kearah Daffin, Nick pun bicara dengan suara lirih.     

"Daff. Menurut kamu, apa yang wanita lakukan bersama seorang pria tampan, bergandengan mesra dan dia masuk ke dalam hotel, lalu mereka masuk berdua dan tidak keluar lagi dari tempat itu?" Tanya Nick.     

Daffin langsung merasa terkejut dengan pertanyaan Nick.     

Daffin semakin merasa curiga.     

"Tunggu sebentar? Ini siapa orangnya? Nick jangan katakan kalau Wilma yang melakukannya?" Tanya Daffin, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nick.     

Nick hanya menganggukkan kepalanya dan dia langsung mengusap kasar wajahnya.     

"Iya, tadi siang aku melihatnya masuk ke dalam hotel bersama pria asing. Ya dia jauh lebih tampan dariku, mereka saling merangkul mesra dan aku merasa sangat penasaran lalu mengikutinya. Saat aku mengikuti mereka. Mereka masuk ke dalam kamar lalu menguncinya. Aku menunggu selama satu jam lebih tapi mereka tak kunjung keluar. Sebenarnya aku ingin mendobrak pintu itu. Tapi aku takut, aku takut jika akan terjadi salah faham dan itu membuat Wilma merasa sangat malu karena sikapku itu. Kamu tahu kan Daff bagaimana perasaan aku padanya. Aku sangat mencintainya dan apapun yang dia lakukan aku selalu mendukungnya. Tapi, jika dia benar-benar berselingkuh dengan pria itu, aku … aku, aku tidak tahu harus bagaimana," ucap Nick. Dia merasa hatinya terasa sesak dan rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya.     

Daffin mengerti perasaan Nick dan Daffin juga sebagai pria pasti memiliki pemikiran yang sama dengan Nick. Karena didalam kamar itu hanya ada mereka berdua dan pastinya yang Daffin tahu didalam kamar itu pasti akan ada sesuatu yang luar biasa yang akan terjadi diantara mereka berdua.     

Namun, Daffin tidak ingin memperkeruh suasana. Dia pun berusaha menenangkan sahabatnya dengan kata-kata bijaknya.     

"Nick, kita tidak boleh berpikiran terhadap Wilma. Mungkin didalam sana ada orang lain yang menunggu mereka. Kita belum menemukan bukti yang kuat jika Wilma berselingkuh dibelakang kamu. Jadi, lebih baik kita selidiki ini semua dan tentunya harus ada bukti agar semuanya lebih jelas," ucap Daffin. Dia menepuk lembut bahu Nick dan tersenyum kepadanya.     

"Jadi, berpikirlah positif dulu dan jangan biarkan pikiran buruk mencemari perasaan cinta kamu terhadap Wilma. Kalian sudah menjalin hubungan cukup lama dan kamu sendiri yang mengerti tentang dia kan, jadi kamu juga yang harus memikirkan semuanya dengan baik-baik. Jangan sampai, gara-gara salah faham malah merusak hubungan kalian," ucap Daffin.     

Dia melepaskan tangannya dari bahu Nick dan melihat kembali kearah jam yang ada dipergelangan tangannya.     

Daffin merasa semakin bersalah karena sudah membuat Sinta menunggunya lebih lama.     

Nick tidak memperdulikan Daffin yang sudah terlihat gelisah. Dia masih sibuk dengan perasaannya sendiri.     

"Daff, apakah mungkin Wilma masih mencintaiku? Akhir-akhir ini dia selalu sibuk dan tidak pernah ada waktu untuk aku. Daff, apakah mungkin dia benar-benar …," Nick menghentikan ucapannya karena Daffin langsung menyelanya.     

"Sudahlah, daripada kamu terus menyiksa pikiran kamu dengan hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Lebih baik kamu temui Wilma dan bicara lah dengan dia secara baik-baik," ucap Daffin. Dia bangun dari tempat duduknya dan tiba-tiba ponselnya berbunyi.     

Nick menghela nafas panjang dan dia langsung menyandarkan punggungnya dipunggung sofa.     

"Kamu benar Daff, aku terlalu berlebihan. Terima kasih atas sarannya. Nanti setelah kita kembali dari acara itu, aku akan bicara dengannya," ucap Nick. Hatinya terasa lebih baik setelah mengeluarkan seluruh keluh kesah yang ada didalam hatinya sejak tadi.     

Daffin tersenyum dan dia pun menganggukkan kepalanya.     

"Bagus! Itu baru Nick yang aku kenal, baiklah. Aku mau mengangkat telepon dulu. Sayangku sepertinya sudah sangat merindukan ku," ucap Daffin, dia terkekeh sendiri.     

Nick yang murung langsung ingin tertawa melihat ekspresi wajah Daffin yang tiba-tiba berubah saat bicara dengan Sinta di telepon.     

"Hahahaha … Sial! Sepertinya kamu benar-benar sudah di mabuk cinta Daff! Dasar ya, seorang Daffin yang dingin berubah menjadi pria manja yang … menggelikan!" Ucap Nick dia tertawa sendiri.     

Daffin tidak memperdulikan ucapan Nick. Dia hanya bisa tertawa sendiri dan bergumam.     

"Dasar kau Nick, seperti tidak pernah merasakan jatuh cinta saja!" Ucap Daffin, dia tersenyum sendiri dan dia pun langsung berjalan menjauhi Nick agar Nick tidak mengganggunya saat berbicara dengan sinta. Karena baginya Sinta hanya boleh bicara dengannya dan Sinta hanya miliknya. Itulah sikap posesif seorang Daffin yang semakin hari semakin menjadi-jadi.     

Setelah berada cukup jauh dari posisi Nick. Daffin pun menekan tombol 'ok' dan dia pun mulai menjawabnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.