My Husband from My First Love

Tidak Rela



Tidak Rela

0Di lantai bawah.     

Nick masih menunggu Daffin yang belum keluar dari kamarnya.     

Dia merasa tidak tenang dan terus melihat jam dipergelangan tangannya.     

Dari luar. Marco pun datang bersama Arya dan melihat ada Nick disana.     

"Bos Nick. Anda sudah ada disini?" Tanya Marco dengan nada sopan.     

Nick mengangguk dan dia pun langsung mengeluh.     

"Si Daffin. Kenapa dia jadi lelet seperti siput begini sih? Kita sudah terlambat tapi dia belum keluar juga! Apa mungkin dia meneruskan percintaannya didalam?! Arghh … Daffin, kamu lebih mementingkan otak mesum kamu daripada pekerjaan kamu yang penting ini," Ucap Nick. Dia merasa semakin kesal dan terus mengeluh.     

Marco dan Arya hanya bisa saling bertukar pandang satu sama lainnya dan tidak mau bicara apapun.     

Saat Nick baru selesai bicara, pintu kamar Daffin pun terbuka.     

Dia keluar sambil merangkul Sinta dengan eratnya. Mereka terus terlihat menempel dan tidak mau saling melepaskan satu sama lainnya.     

Ketiga pria yang ada di lantai bawah pun langsung melihat kearahnya tanpa mengedipkan matanya mereka sama sekali.     

Sinta merasa sangat malu saat dirinya mendapatkan tatapan aneh seperti itu dan membuat Sinta langsung menyembunyikan wajahnya didalam pelukan Daffin.     

Daffin melihat kearah Sinta dan bertanya, "kenapa sayang?"     

Sinta mengeluarkan kepalanya sedikit dan menatap kearah Daffin.     

"Aku merasa sangat malu karena mereka bertiga melihat kita seperti ini dan tatapan mereka ...," Sinta menghentikan ucapnya dan dia kembali menyembunyikan wajahnya didalam pelukan Daffin.     

Mendengar itu, Daffin melihat kearah mereka yang masih menatap kearahnya.     

Daffin langsung mengeratkan pelukannya dan menatap kearah ketiganya dengan tatapan menakutkan.     

"Hei, apa yang kalian lihat!" Ucap Daffin dengan nada setengah berteriak.     

Ketiganya langsung tersentak dari lamunannya.     

"Oh ... Eh … bos! Kami … kami," Marco langsung merasa salah tingkah dan dia merasa kebingungan sendiri.     

Nick tertawa bodoh dan dia pun membantu Marco untuk bicara.     

"Daff, kamu kenapa sangat lama sekali! Apa yang kamu lakukan didalam sampai menghabiskan waktu yang begitu lama, aku hampir jamuran menunggu kami disini. Lalu, jangan katakan kalau kamu sibuk dengan otak kotor kamu itu Daff?!" Ucap Nick, dia menutup mulutnya dan berusaha menahan tawanya.     

Sinta mengeluarkan kepalanya yang sejak tadi bersembunyi didalam pelukan Daffin.     

"Sayang, kenapa dia mengetahuinya? Apa jangan-jangan dia mengintip kita ya?" Ucap Sinta, dia pun langsung tertawa.     

Daffin menoleh dan dia melihat Sinta yang sedang tertawa.     

"Tanpa mengintip juga dia pasti sudah tahu apa yang kita lakukan sayang," jawab Daffin, dia langsung mengecup puncak kepala Sinta dan mengusapnya dengan lembut.     

"Sayang, aku harus pergi sekarang. Jaga diri kamu disini dan jangan nakal ya sayang," ucap Daffin. Dia kini mulai serius.     

Sinta yang tertawa langsung terdiam begitu saja. Tatapannya terlihat sedih dan dalam hatinya merasa sangat tidak rela jika harus berpisah dari Daffin.     

"Iya sayang, aku … aku, aku akan menjaga diri aku dengan baik dan kamu juga. Jaga diri kamu dengan baik disana," ucap Sinta. Dia memeluk Daffin dengan erat dan melanjutkan ucapannya lagi, "Jangan nakal dan jangan melirik wanita lain disana. Kalau itu terjadi, aku tidak mau mengenal kamu lagi," ucap Sinta, dia kini sudah berani mengancam Daffin.     

Daffin langsung tertawa saat mendengar itu.     

"Hahahaha ... Aku bukan pria semacam itu. Aku hanya mencintai kamu sayang. Ngomong-ngomong ancaman kamu ini sangat menakutkan sayang, aku sungguh merasa sangat ketakutan," ucap Daffin. Dia tertawa keras hingga membuat Sinta merasa malu sendiri.     

"Sayang, kamu … kamu, kamu menyebalkan!" Ucap Sinta. Dia memukul dada Daffin dan hendak mendorong tubuhnya namun Daffin malah mempererat pelukannya dan sangat sulit untuk melepaskan pelukannya sendiri.     

"Hahahaha ... Kamu sangat menggemaskan ketika kamu terlihat sedang cemburu. Aku sangat menyukainya," ucap Daffin. Dia masih saja tertawa.     

Ketiga pria didepannya hanya bisa menonton kemesraan mereka dan itu membuat ketiganya merasa sedih. Karena jiwa lajang mereka kini mulai meraung-raung dan juga sangat menginginkannya.     

Nick sudah tidak tahan lagi, dia langsung terbatuk kecil dan berkata, "Uhuukk … Hai Daff, mau sampai kapan kamu tidak melepaskan istri kamu. Ini sudah sangat terlambat. Kita harus pergi sekarang juga," ucap Nick. Dia sengaja mengatakan itu karena dia merasa jika dia melihat kemesraan Daffin dan Sinta terlalu lama. Jiwa lajangnya juga semakin bergejolak dan tentunya dia bisa ikut gila jika terus melihat adegan semacam itu tepat didepan matanya saat ini dan itu secara langsung.     

Daffin pun menganggukkan kepalanya dan mengerti apa yang dikatakan oleh Nick.     

Daffin melihat kearah Sinta dan mengecup keningnya.     

"Sayang, aku pergi dulu. Nanti setelah sampai, aku akan menghubungi kamu. Ingat! Kamu harus berhati-hati dan aku akan menyuruh beberapa orang untuk menjaga kamu," ucap Daffin.     

"Iya sayang, aku menunggu kamu disini. Oh ya sayang. Bolehkah aku ke rumah sakit? Aku ingin menemui kak Sansan, sudah lama aku tidak mengetahui kabarnya," ucap Sinta.     

Daffin sebenarnya tidak suka jika Sinta dekat dengan pria lain. Tapi dia juga tidak mungkin membatasi Sinta yang memiliki niat baik untuk Aksan. Apalagi status mereka hanyalah kakak dan adik.     

"Baiklah, kamu boleh menemuinya tapi jangan menyentuh tangannya atau apapun. Walau bagaimanapun dia itu seorang pria dan aku tidak suka ada pria yang menyentuh kamu," ucap Daffin, dia masih merasa sangat cemburu. Ya itulah Daffin, si pria super posesif.     

"Baiklah, aku berjanji tidak akan menyentuh tangannya atau bagian tubuh lainnya. Terima kasih ya sayang karena sudah mengizinkan aku untuk menemui kak Sansan," ucap Sinta. Dia tersenyum gembira dan langsung mencium pipi Daffin.     

"Baiklah sayang, aku pergi dulu. Jaga diri kamu dengan baik ya sayang," ucap Daffin, dia membalas ciuman Sinta dan akhirnya dia melepaskan pelukannya.     

Sinta mengantar Daffin hingga pintu keluar.     

Dia menatap Daffin yang berjalan semakin menjauh darinya hingga akhirnya dia pun masuk ke dalam mobil.     

Daffin menutup pintu dan membuka kaca jendelanya. Dia merasa tidak rela karena harus meninggalkan Sinta sendirian. Sinta dan Daffin saling menatap satu sama lainnya hingga Sinta melambaikan tangannya dan berkata, "Sayang! Hati-hati dijalan dan cepatlah kembali!" teriak Sinta yang masih memasang senyuman indah di wajahnya.     

Daffin membalas lambaian tangan Sinta dan dia pun menganggukkan kepalanya.     

Mobil pun mulai bergerak dan meninggalkan Sinta yang masih berdiri didepan pintu rumahnya.     

Sinta melihat perlahan mobil Daffin mulai menjauh dan hilang dari pandangannya saat ini.     

Setelah mobil Daffin tidak terlihat lagi.     

Sinta pun masuk ke dalam rumah dan mencoba menghubungi Aksan dan menanyakan keadaannya saat ini.     

Di dalam mobil, Daffin hanya bisa menghela nafas pendek. Baru beberapa menit meninggalkan Sinta tapi hatinya langsung merasa jika dia sudah merindukan Sinta.     

Nick menatap kearah Daffin yang kini berada tepat disebelahnya saat ini.     

"Daff, kamu baru beberapa menit berpisah tapi sudah layu seperti itu. Hahahaha … sudah seperti tanaman yang kurang air saja kamu Daff!" Ucap Nick. Dia berusaha mencairkan suasana yang hening dengan candaan yang sebenarnya tidaklah lucu.     

Daffin melirik kearah Nick dan berkata, "Aku memang layu Nick dan dia memanglah air bagiku. Ahhh … aku benar-benar tidak bisa berpisah dengannya," ucap Daffin. Dia seperti orang gila saat ini.     

Nick hanya menggelengkan kepalanya saat melihat sahabatnya seperti itu.     

"Baiklah. Aku tidak mau berkomentar apapun lagi, karena aku pun sama!" Ucap Nick. Dia menyerah karena dia juga sedang dalam suasana hati yang buruk jika mengingat tentang hubungan percintaannya saat ini.     

Tidak lama kemudian, mereka pun sampai didepan gedung perusahaan Daffin dan mobil pun berhenti disana.     

Marco menoleh dan berkata, "Bos, semuanya sudah siap."     

Daffin menganggukkan kepalanya dan dia pun langsung keluar dari mobilnya.     

Nick semakin merasa aneh. Bukannya mereka pergi ke Dermaga malah masuk ke dalam perusahaan Daffin.     

Nick pun mengikuti Daffin dari belakang dan bertanya, "Daff! Kenapa kita ada disini? Bukankah kita seharusnya pergi ke …," sebelum Nick menyelesaikan ucapannya Daffin langsung menoleh dan menatapnya.     

"Kamu diam, dan ikuti saja aku!" Ucap Daffin. Dia kembali berjalan dan meninggalkan Nick yang masih kebingungan.     

"Sialan kamu Daff! Kamu mau membuat aku mati karena penasaran!" Ucap Nick. Dia hanya menghela nafas pendek dan terpaksa hanya diam dan mengikuti Daffin dari belakang.     

Mereka pun masuk ke dalam lift dan Marco menekan tombol lantai paling atas.     

Ding …     

Pintu lift pun terbuka dan mereka pun sampai dilantai atas.     

Nick merasa terkejut saat melihat jika diatas gedung perusahaan Daffin adalah landasan mini untuk sebuah pesawat.     

"Woah … ini … ini, ini diatas gedung kan Daff?" Tanya Nick yang masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.     

Bukan hanya Nick yang merasa terkejut bahkan Arya pun tidak bisa mempercayai itu semua.     

"Bos! Anda sangat keren. Ini … ini, ini seperti di film-film action yang sering saya tonton," ucap Arya. Dia tidak sadar telah mengatakan hal itu.     

Daffin hanya tertawa melihat kedua orang itu.     

Entah Nick dan Arya, mereka terlihat seperti orang bodoh saja.     

Marco langsung menepuk bahu keduanya hingga keduanya langsung merasa terkejut.     

"Ayo, kita pergi sekarang!" Ucap Marco.     

Keduanya langsung mengangguk dan mereka pun masuk ke dalam jet pribadi milik Daffin yang didalamnya sangat mewah dan tentunya jika terlihat dari luar, pesawat ini terlihat kecil dan bisa mendarat di landasan sekecil apapun. Namun saat masuk ke dalam, ternyata cukup luas dan cukup untuk mereka berempat.     

Mereka pun masuk dan penerbangan pun dimulai.     

Nick masih merasa takjub dengan design pesawat mini milik Daffin dan tentunya pesawat ini tidak ada dimana pun karena ini adalah design Daffin sendiri.     

Setelah semuanya bersiap, penerbangan pun di mulai. Rencana pendaratan pesawat Daffin adalah di landasan diatas kapal laut yang sudah memulai pelayarannya sejak satu jam yang lalu.     

Diatas kapal itu sudah disediakan satu landasan khusus helikopter pribadi yang digunakan para orang kaya dan tentunya orang-orang kelas atas yang datang terlambat seperti Daffin dan tentunya hanya pesawat Daffin yang berbeda dengan yang lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.